ON TWENTY

Rabu, 21 September 2011

ON TWENTY

Pernahkah kau memikirkan angka 20? Sebuah angka yang ternyata cukup besar jika kembali dipikirkan dan dibandingkan. 20, sebuah angka cantik yang jelas lebih besar dari angka 17. Pernahkah kau memandanginya dan memikirkannya dengan seksama? Memikirkan apapun yang mungkin berada dibaliknya. Entah mengapa pikiranku penuh dengannya. Malam ini rasanya hatiku berdesir jika mengingatnya, karena sebentar lagi angka itu akan menghiasi diriku. Yah, tepat jam 12 nanti tiba saatnya hari menginjakkan diri pada tanggal 22 september dan saat itulah detik-detik umurku sudah dapat dibilang berkepala dua.

So, dalam detik-detik menjelang  dinobatkannya diriku sebagai gadis berusia 20 tahun, aku ingin mengungkapkan segala bentuk terima kasihku kepada orang-orang yang sudah menghiasi hidupku dalam 20 tahun ini. Hmm.. sepertinya saat tulisan ini di publish, angka 20 itu sudah bertengger di tubuhku.

Oke, mungkin catatan kali ini juga akan terasa lebih panjang dari biasanya dan harusnya malah lebih panjang, sepanjang perjalanan 20 tahun. Itu artinya, harusnya catatan ini baru selesai dibaca setelah 20 tahun lamanya=D.

Keburu kiamat kali, masa hidup 20 tahun dihabiskan hanya untuk baca catatan ini?

=)

Bismillahirrahmanirrahim….
Dengan nama Allah dan semoga kita tetap berpegang di jalanNya dalam petunjuk Al-quran dan Hadist Rasulullah SAW. Semoga sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada Baginda Rasulullah, panutan kita dengan segala keindahan akhlaknya.

Ya Allah, izinkanlah aku menuliskan beberapa bait kata, sebagai ungkapan segala rasa atas jasa mereka yang telah memberikan hidupku penuh warna. Ya Allah, jagalah mereka agar senantiasa teguh di jalanMu.

Kepada ibu dan ayah yang begitu kucintai dan kusayangi…

Walau kalian tak dapat membaca catatan ini lewat kaca monitor dan selancaran dunia maya, cukuplah mereka yang membacanya dan terutama Allah yang tak pernah tidur dan Maha Tahu sebagai saksi atas rasa terima kasihku kepada kalian. Biarlah mereka menjadi saksi atas rasa cinta dan sayangku yang takkan pernah putus kepada kalian. Dan biarkanlah tangan ini menari, mengetikkan setiap kata yang mewakili derasnya hati untuk selalu mengingat kasih sayang kalian.

Ibu, sebenarnya jari ini begitu tak kuasa menuliskannya. Ucapan kata terima kasih tentu tak akan dapat menggantikan segala bentuk pengorbananmu saat detik-detik memunculkanku ke dunia, segala bentuk kasih sayangmu dalam mengantarkanku hingga dewasa, segala penjagaanmu ketika aku sakit, segala perhatianmu dalam mengurus kebutuhanku, hingga segala kerasnya kau memikirkan kebertahananku dalam hidup. Walau hanya dalam kurun waktu 19 tahun  mengarungi dunia bersamamu, bagiku kau adalah wanita terhebat, wanita paling tegar dan wanita yang paling kuat yang pernah ada dalam hidupku.

Ayah, seperti halnya kepada ibu, jari ini pun juga tak sanggup menuliskannya. Ucapan kata terima kasih memang belum cukup untuk menggantikan segala pengorbananmu, segala bimbinganmu, cinta dan kasih sayangmu. Tapi izinkanlah aku untuk menuliskan beribu-ribu terima kasih atas pelajaran hidup dari perjalananmu, beribu-ribu terima kasih atas kesabaranmu, penyisihan harta untuk kebertahanan hidupku hingga sampai sekarang pun, melalui sebuah anggaran dana pensiunan dari jabatanmu, kau yang terbaring di tanah membiayai kebutuhan hidupku. Dan walau dengan ayah hanya mengarungi hidup selama 16 tahun, bagiku kau adalah lelaki terhebat yang pernah ada dalam hidupku. Bagiku, perjalanan hidupmu adalah sebuah perjalanan penuh inspiratif.

Ibu, ayah, sekarang anakmu yang bernama Maulida Azizah ini sudah mendapatkan predikat usia 20 tahun. Ternyata, dia sudah cukup lama mengarungi dunia. Terima kasih atas segalanya. Walaupun anakmu ini kadang masih sering sedih merindukanmu, semoga dia bisa menjadi hamba yang pandai bersyukur atas segala nikmat Tuhannya. Walaupun dia masih sering membayangkan betapa menyenangkannya jika bisa berbagi cerita dengan kalian, semoga cerita hidupnya adalah cerita yang dapat menginspirasi banyak orang. Walaupun anakmu ini masih sering membayangkan dapat menerbitkan buku lalu memamerkannya kepada kalian seraya berkata “Ayah, Ibu, hobby nulisku dulu sekarang berbuah buku”, semoga suatu saat dia memang bisa menerbitkan buku. Walaupun anakmu ini masih sering membayangkan betapa menyenangkannya jika photo wisudanya nanti akan di apit diri kalian, semoga dia akan berhasil menjadi sarjana science yang dapat bermanfaat bagi sekitarnya. Walaupun anakmu ini kadang membayangkan betapa membahagiakannya jika di photo pernikahannya nanti akan ada sosok kalian berdua, semoga suatu saat nanti dia akan menjadi istri sholehah bagi suaminya. Dan walaupun-walaupun lainnya yang sering membuktikan bahwa dia masih terbayang-bayang sosok kalian dan terlalu sering merindukan kalian, semoga dia dapat menjadi gadis yang pandai menjaga diri dari hiruk pikuk dunia dan menjadikan kematian sebagai peringatan.

Ibu, ayah, terima kasih atas segalanya. Bahkan ketika kalian sudah menemui takdir untuk kembali kepada Yang Maha Kuasa, kalian masih tetap mengajarkanku banyak hal. Jika kemudian aku kembali datang dengan beberapa kata, kadangkala aku selalu memikirkan kematian kalian sebagai pelajaran tanpa kamus, yang mengajarkan arti hidup dan membuktikan bahwa hidup adalah untuk wujudkan rasa syukur dan sabar. Walau rasa “sendiri” itu kadang-kadang muncul dan menjadikan daerah melankoli terlalu gampang menyelimuti, atau kadang kala datang rasa iri melihat kelengkapan angggota keluarga orang lain, semoga rasa-rasa itu justru melatih dirinya untuk menjadi sosok dewasa dan mandiri, tak gampang bergantung pada orang lain walaupun masih sering sekali mengantungi kakak-kakaknya.

Ibu, ayah tak terasa anakmu sekarang sudah 20 tahun. Usia yang kata orang adalah ukuran usia matang bagi seseorang. Ukuran usia yang harusnya dapat menjadikannya menjadi sosok dewasa dan dapat meletakkan segala sikapnya pada tempatnya. Semoga anakmu ini dapat menjalani usia barunya dengan lebih baik lagi dengan memanfaatkan sisa umurnya sebaik mungkin.

Dan yang terakhir, sesungguhnya ini bukan rasa terima kasihku yang terakhir karena masih banyak lagi hal-hal yang menuntutku untuk berterima kasih kepada kalian. Untuk kali ini, aku ingin berterima kasih kepada kalian yang telah melahirkan kakak-kakak terbaik untukku. Kakak Imuth dan kakak Fizah, yang kini masih telaten memikirkanku. Kadangkala rasanya diri ini merasa berdosa pada mereka. Di usia 20 tahun ini, harusnya diriku sudah tak bergantung kepada mereka. Usia 20 tahun, bukankah itu bukan usia anak-anak? Tapi sayang, diri ini masih tak mampu.

Untuk kakak-kakakku yang begitu kusayangi, terima kasih atas segala perhatian dan pengorbanannya. Terima kasih atas segala hari-hari penuh warna sebagai keluarga. Banyak cerita memang dan terima kasih atas segala cerita yang dapat dikenang. Terima kasih atas segala bimbingannya, nasehatnya, cerita-cerita dan kebersamaan yang masih dijaga. Atau kadang melabuh bersama, mengenang masa lalu, kembali tertawa atas cerita lucu yang lama, atau kadang bersama mengagumi kembali  sosok-sosok hebat ibu dan ayah kita, lalu kemudian diam-diam rindu dan meneteskan air mata. Terima kasih atas segala pemberiannya baik materi maupun non materi. Sungguh, adikmu ini tak dapat menghitung berapa banyak pemberian yang sudah kalian berikan. semoga suatu saat, dia dapat membalas segala jasa yang telah kalian berikan. Doa selalu kuhanturkan untuk keluarga kecil kalian, semoga keluarga kakak-kakakku semua adalah sekuarga sakinah, mawaddah warohmah.

Kakakku tercinta, sekarang adikmu sudah berusia 20 tahun. Walaupun dia masih sering kekanak-kanakan, semoga di usianya sekarang ini dia bisa lebih dewasa lagi, bercermin dari sosok-sosok kalian yang sudah mengarungi dunia lebih dulu darinya.

Ibu, Ayah, Kak Imut, Kak Fizah, apakah kalian tahu betapa aku sangat bersyukur kepada Allah atas segala warna yang diberikannya, atas segala sosok-sosok kalian yang dihadirkannya dalam hidupku. Semoga Allah senantiasa melimpahkan kasih sayangnya kepada kita semua. Amiin ya rabbal alamiin..=)

Sudah kubilang, tulisan kali ini adalah panjang. Rasa terima kasihku belum berhenti sampai disini. Masih banyak nama yang belum keluar lewat tarian keyboard netbookku ini.

Kembali aku ingin mengungkapkan rasa terima kasihku kepada mereke-mereka yang menguaskan banyak warna kepada hidupku.

Pertama, terima kasih kepada masa TKku walau aku banyak lupa nama-nama mereka yang terlibat di dalamnya. Terima kasih untuk satu-satunya tetangga rumahku. Kepada mereka yang mengisi masa SDku, Humairoh, Fatma, beserta the krucils lainnya seperti Mariati, Faris, Novia (ah, bagaimana ya mereka sekarang? Tetangga-tetangga yang menjadi teman mainku setiap hari).

Terima kasih juga kepada teman masa SDku Fahriatul Yunida yang paling banyak menoreh warna baik merah, kuning hijau maupun kelabu saat SD dan baru saja aku tahu ternyata kau sedang dirundung duka. Semoga engkau tabah dalam menghadapinya dan aku tahu kau pasti lebih tegar dariku.

Hmm.. ini masih berkutat dengan teman SDku, terima kasih untuk temanku Ina, Lisda, Mawaddah, Jenifer, Yeni. Aku juga masih ingat masa SDku dengan Rita, Rahman, Budi, dan siapa ya itu namanya? Waaah.. kenapa aku jadi lupa >,<.. satu lagi seorang gadis cewek yang sangat berkesan namun aku lupa namanya. Yang jelas, terima kasih atas masa SDnya. Walau beberapa aku tak tahu dimana mereka berada.

Masih berkutat masa SD, masih ada satu nama yang bagiku cukup sakral. Karena dari dialah aku pertama kali mengenal yang namanya majalah bobo. Sebuah majalah yang ternyata cukup membuatku gila menulis sebuah cerita pendek atau berani sekali bermimpi jadi penulis skenario dan sutradara. Terima kasih untuk Roni, entah dimana kau sekarang berada dan bagaimana wujudmu. Dalam hal tulis menulis aku juga cukup berterima kasih kepada teman SDku Jennifer. Masih ingat sekali saat-saat kami bertukaran buku, membaca karya masing-masing. Padahal kalau dibaca kembali, karya anak SD itu benar-benar datar =.=”

Terima kasih juga untuk guru-guru ngajiku saat SD, Ibu Ida, kemudian wali kelasku Bu sapa ya? Astaghfirullah… tega nian daku lupa>,<,, pokoknya ibu itulah.. ibu yang cukup berkesan dan all of guru-guru bersama teman-teman SDN Pasar baru 2 Pagatan.

Kini menjajaki masa-masa SMP. Terima kasih untuk sahabatku tercinta yang masih setia menjadi makhluk yang paling kucari saat di Banjarmasin. Ayoh dan Nida, Love you so much. Kalian cukup banyak mengisi hari-hariku, dan memberikan warna yang beragam. Juga kepada Intan, Restu, Laily, Hana, Ulfah, Sabrina, Eka. Oke, satu masa yang paling bersinar saat kita semua berkecimpung di dunia MC FM, bertemu dengan Kaori, Meirin, dkk, menorehkan banyak cerita yang bahkan ada yang berujung panjang.

 Terima kasih juga untuk para guru, Pak Isro beserta istrinya Kak Melisa, Pak Taufik yang cukup membuatku dapat mencicipi indahnya menjadi orang “gila” di panggung teater walau sekarang aku sudah lupa cara-cara berakting. Bu Sholatiah dan pak Jayadi, betapa saat masa di ajar dengan kalianlah aku merasa matematika itu mudah. Tapi mengapa sekarang terasa susah@.@? Terima kasih dan beribu terima kasih untuk teman-teman dan guru-guru SMP Islam Sabilal Muhtadin yang sudah mewarnai masa putih biruku.

Masih masa SMP, terima kasih untuk sepupuku Aulia dan Aman juga paman yang telah memberikan tumpangan rumahnya selama diriku menempuh studi masa SMP. Juga kepada sepupuku Lisna, Faisal, Iyus. Ada hal yang tak pernah kulupakan saat berada di rumah kalian sewaktu kelas 1 SMP, dan menjadi awal lebih banyaknya lagi warna dahsyat dalam hidupku.

Terima kasih juga kepada mereka-mereka yang telah mengisi masa putih abu-abuku terutama pada masa-masa di asrama. Terima kasih kepada temanku Irva dan Ila atas masa-masa gila saat di asrama. Kepada Fusha, Mbak Endah dan juga Rahma. Hei, sadarkah kalian telah sedikit menganggu keluguan dan kepolosanku=D? kepada Mbak Faiz yang masih sedikit mengingatkanku atas menyenangkannya main drama. Terima kasih kepada Lala, Gena, Satiti, Memey, Estu dan all of anak-anak Damaskus.

Mengingat asrama, sebenarnya ini adalah masa-masa yang memang bisa dibilang cukup rumit warnanya. Segala kearifan dan bahkan kekonyolan banyak kudapat disana. Asrama MAN3 Malang, terima kasih banyak atas naungannya selama tiga tahun. Ada ustadz yang benar-benar berkesan selama disana yaitu Ustadz Taufik dan Ustadz Gunawan, semoga Allah melimpahkan berkah dan kasih sayang kepada beliau atas ilmu-ilmu yang diturunkannya. Menyesal rasanya dulu tak memanfaatkan masa di asrama dengan baik untuk menyerap habis ilmu-ilmu mereka. Terima kasih Ustadz atas petuah-petuahnya selama ini. Terima kasih juga kepada pengasuh asrama damaskus yang sudah sangat sering saya repotkan. Mom Nita, ustadzah Muhrofin dan Ustadzah Vita.

Terima kasih untuk teman-teman masa SMAku, Tsabita Sabrina, teman yang bagiku cukup unik. Terima kasih kepada Eva, Nufa, Hilda, Opha and the genknya seperti Marlina, Sofa, Rilla dan Dina, teman-teman IPA2.

Ucapan terima kasih juga tak lepas untuk seluruh guru-guru di MAN3 Malang. Terima kasih kepada Pak Insan yang dulu sabar sekali mengajarkan kami mata kuliah Fisika, mengantarkan kami agar dapat lulus UN. Terima kasih kepada Pak Sukri yang cukup menginspirasi saya dalam pelajaran biologi, juga Bu Yayuk, Bu Farida yang begitu pandai dalam memahamkan matematika, Pak Jito yang cukup membuat suasana pelajaran kimia terasa menyenangkan, Pak Pur, Bu Lilis yang membuat saya sering terkagum-kagum padanya dan seluruh guru-guru MAN 3 Malang yang tidak bisa disebutkan satu-satu.

Phew, mengingat masa SMA memang tak akan ada habisnya. Satu kata, terima kasih kepada seluruh teman-teman MAN3Malang dan juga asrama yang sudah memberikan banyak warna bagi hidupku.

Dan sekarang, menginjak masa kuliah. Masa yang ternyata memberikan banyak rasa nano-nano di dalamnya. Untuk mereka-mereka yang ada disini, aku pun ingin mengungkapkan terima kasih banyak.

Oke, mungkin catatan kali ini akan kututup. Lho? Kok ditutup? Bukankah mereka yang disini belum disebutkan satu-satu? Catatan ini juga masih kurang panjang dari yang dikira. Bukankah aku bilang kali ini catatannya akan lebih panjang dari biasanya? Memang, memang akan panjang. Yah, itu jika mereka-mereka yang mengisi hari-hariku saat aku menjadi mahasiswa kumasukkan juga satu persatu. Kalian tahukan bahwa mereka-mereka yang masih mengisi hari-harimu adalah yang akan paling banyak teringat. Saking banyaknya mereka yang kuingat berserta jasa-jasanya, rasanya ingin sekali memberikan mereka semua ruang khusus. Dimana? Dalam doa-doa panjang agar hubunganku dengan mereka-mereka menjadi lebih baik lagi dalam usia 20 tahunku.

Ribuan terima kasih sebenarnya sudah kupersiapkan. Tapi, biarlah mereka, teman-teman yang masih akan mengisi hariku sampai kepala dua ini terlewati tersebut kusimpan dalam doa-doa. Semoga ke depannya, kami semua dapat saling mengisi hari dengan lebih baik lagi. Semoga Allah senantiasa mengikat hati kami untuk bertaut dijalanNya, saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran.

Untuk mereka-mereka yang merasa masih akan saling mengisi bersamaku dalam usia 20 tahunku ke depan, terima kasih banyak untuk warna kemarin dan semoga aku bisa memberikan warna yang lebih baik lagi untuk kalian semua=)

Mengenai Saya

Foto saya
Apalah arti sebuah nama, tapi ternyata nama sangatlah berarti. siapa nama anda dan bisa jadi kehidupan anda adalah seperti nama anda,,,

Entri Populer

Followers

Daftar Blog Saya