Rindu Itu,,,

Sabtu, 13 Oktober 2012


Aku tidak mengerti, mengapa seharian ini banyak perasaan berkecamuk dalam hati. Lama sudah blog ini tak pernah kusentuh. Sekedar menyematkan jemari, menuliskan segala isi hati.

Tuhan, bukan maksud hati menggugat takdir. Tapi rindu ini selalu menyeruak tanpa tepi. Tuhan, bukan maksud hati menggugat takdir. Tapi rasa ini begitu kuat merobek relung hati.

Kadangkala aku tak tahu apa yang bisa membuatku bahagia? Tawa itu menyemai, senyum itu lepas. Apakah itu bisa dikatakan bahagia? Akupun tak tahu karena di sisi lain, tiba-tiba ruang terasa begitu hampa dan keramaian terasa sepi.

Hari ini, kulihat banyak kabar dari para mahasiswa UIN. Mereka bergembira menyambut wisuda. Seluruh keluarganya pun berdatangan hingga tebersit dalam hati, “Saat aku wisuda, siapa yang akan menghadiri?” Ah, tapi kutepis perasaan bodoh itu. Sudah kutepis, tapi saat melihat teman sendiri begitu termotivasi setelah ditelpon ibu mereka, aku pun hanya bisa menggigit bibir. Rindu itu menyeruak. Ingin sekali kudapat motivasi itu. Tapi nyatanya hidupku masih terasa hampa. Apa sebab?

Kali ini aku sadar bahwa aku terlalu rindu dengan kata “Keluarga”.

Jika kemudian banyak orang berkata, “Kau masih punya kakak!”. Ya, aku masih punya kakak yang sudah memiliki keluarga kecilnya masing-masing. Kakak adalah kakak dan tak akan pernah bisa menjadi ibu bagi kita.

Maka, saat catatan ini kutulis. Kalian yang masih punya orang tua haruslah bersyukur. Mereka adalah harta kalian yang paling berharga. Bahkan amarahnya suatu saat akan menjadi hal yang paling dirindukan.

Ini fakta, saat ayah tiada, materilah yang terasa. Tapi, saat ibu tak ada, psikologismulah yang akan sedikit terguncang. Sebelum semua itu datang pada kalian, bahagiakan mereka agar tak ada penyesalan yang tersisa.

Kalian tahu, betapa aku rindu dengan perhatian kecil seorang ibu walau hanya dengan perkataan, “Bagaimana kuliahmu Nak? Makan apa? Belajar yang rajin!” dan aku pun merindukan ayah yang tanpa kata, tanpa suara mengirimkan banyak fasilitas  tak terduga. Dan saat kurasakan lagi, ternyata aku lebih rindu pada marah mereka kepadaku. Amarah yang muncul, saat anaknya sudah salah melangkah. Sekarang aku pun tak tahu, bagaimana langkahku. Saat sudah tak tahu kemana arah, aku tak dapat bertanya pada mereka kemanakah aku harus pergi. Saat aku tak tahu apa yang harus kulakukan, aku tak dapat bertanya pada mereka tentang nasihat yang harus kujalani.


~Rabbii… titip rindu untuk ibu dan ayah, dan hanya Engkaulah yang punya kuasa untuk selalu mengarahkaku pada jalan ridhoMu~

Mengenai Saya

Foto saya
Apalah arti sebuah nama, tapi ternyata nama sangatlah berarti. siapa nama anda dan bisa jadi kehidupan anda adalah seperti nama anda,,,

Entri Populer

Followers

Daftar Blog Saya