Entahlah

Senin, 15 April 2013

Malam ini aku tidak bisa tidur. Dari jam lima sore aku memerhatikan layar laptop, meneruskan novel. Membuat novel adalah pekerjaan yang kusukai. Tapi sebenarnya dari dulu aku menulis novel sebagai pelampiasan hati. Melampiaskan emosi yang tidak bisa kukeluarkan. Contohnya saat ujian nasional aku tidak lulus. Aku menuliskan kemarahan dan kesedihanku. Namun emosiku itu kubentuk dalam sebuah novel. Itulah yang kulakukan. Menulis untuk menerapi jiwaku yang terbungkus oleh emosi terpendam. Namun novel kali ini bukan pelampiasan emosiku, melainkan rancanganku dan temanku untuk sebuah novel yang akan kami ikutkan dalam sebuah lomba.
Malam ini kepalaku sakit, karena aku menahan sesak. Aku tak tahu kepada siapa aku harus bercerita. Tiap malam juga sudah kulakukan, menjerit menyebut nama Tuhan. Aku berkali-kali berdoa, berkali-kali beristighfar. Tapi rasanya kepalaku mau pecah. Terlalu banyak gejolak emosi dalam diriku.
Sudah dua minggu ini kakakku tidak menelponku. Aku tahu, beliau pasti sibuk dengan ponakan baruku. Waktu kakak melahirkan, aku coba telepon beliau namun kakak ipar yang angkat. Setelahnya kakak telpon balik, tapi tidak bisa berbicara banyak karena anaknya yang baru lahir tiba-tiba menangis. Jadilah pembicaraan kala itu terpotong. Kakak berjanji untuk menelponku, tapi beliau tidak menelpon juga. Ini membuatku sedih.
Aku tahu aku harus bahagia dengan kelahiran ponakan. Tapi sejujurnya lahirnya ponakan membuatku justru tambah merasa kesepian. Aku harus menghadapi kenyataan bahwa perhatian kakakku yang pertama tak akan seperti dulu lagi. Itu sudah bisa kuprediksi. Tapi aku lebih tak mau jika ponakan tak ada. Itu akan membuat kakakku tidak bahagia. Kakak dan suaminya sudah menanti bayi itu lima tahun lamanya. Penantian yang lama dan panjang.
Aku tak bisa berdiri sendiri. Kadang aku bingung menentukan jalan untuk masa depanku. Apa rencanaku setelah lulus nanti. Berbagai rencana muncul dengan banyak opsi. Aku tak tahu dan semua itu masih tak pasti. Aku bingung, aku tak tahu arah dan aku tak tahu tempat bertanya. Aku tak mungkin mengeluhkan semua ini kepada kakakku. Itu tak mungkin. Mereka sudah cukup jengah dengan keluhanku. Mereka tak akan suka dengan keluhanku. Tapi disini aku sendiri, tak mengerti. Aku sungguh tak tahu jalan mana yang harus kutiti. Kakak tidak pernah mengarahkanku, tapi dia seringkali meragukan mimpiku. Namun saat aku bertanya sebaiknya bagaimana, tak pernah ada jawaban dari mereka. Itu membuatku tenggelam dalam keputus asaan. Aku berontak dengan tekadku, tapi sesungguhnya aku lemah. Sesungguhnya aku benar-benar lemah. Aku tak bisa berdiri sendiri. Itu sulit.

Rasanya aku berada dalam dua jalan yang benar-benar membuatku lelah. Jika aku mengikuti keinginan kakak yang tak jelas arahannya, aku akan lelah. Namun, jika aku bertahan dengan keputusanku, aku pun lelah. Aku lelah berdiri sendiri, tanpa ada orang yang peduli. Aku tak mengerti kepada siapa aku harus mengadu. Sesak dadaku malam ini. Rindu ayah ibu menyeruak hati. 

Mengenai Saya

Foto saya
Apalah arti sebuah nama, tapi ternyata nama sangatlah berarti. siapa nama anda dan bisa jadi kehidupan anda adalah seperti nama anda,,,

Entri Populer

Followers

Daftar Blog Saya