tag:blogger.com,1999:blog-90732165905742423172024-03-13T23:17:40.544-07:00Dari CeritaHanya sebuah rangkaian imajinasi dan memori yang terangkum dalam kata demi kataAzizah Maulidahttp://www.blogger.com/profile/11965350216511591125noreply@blogger.comBlogger29125tag:blogger.com,1999:blog-9073216590574242317.post-55823460773587811502013-04-15T10:21:00.002-07:002013-04-15T10:21:22.440-07:00Entahlah<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: inherit;">Malam ini aku tidak
bisa tidur. Dari jam lima sore aku memerhatikan layar laptop, meneruskan novel.
Membuat novel adalah pekerjaan yang kusukai. Tapi sebenarnya dari dulu aku
menulis novel sebagai pelampiasan hati. Melampiaskan emosi yang tidak bisa
kukeluarkan. Contohnya saat ujian nasional aku tidak lulus. Aku menuliskan
kemarahan dan kesedihanku. Namun emosiku itu kubentuk dalam sebuah novel. Itulah
yang kulakukan. Menulis untuk menerapi jiwaku yang terbungkus oleh emosi
terpendam. Namun novel kali ini bukan pelampiasan emosiku, melainkan
rancanganku dan temanku untuk sebuah novel yang akan kami ikutkan dalam sebuah
lomba.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: inherit;">Malam ini kepalaku
sakit, karena aku menahan sesak. Aku tak tahu kepada siapa aku harus bercerita.
Tiap malam juga sudah kulakukan, menjerit menyebut nama Tuhan. Aku berkali-kali
berdoa, berkali-kali beristighfar. Tapi rasanya kepalaku mau pecah. Terlalu banyak
gejolak emosi dalam diriku.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: inherit;">Sudah dua minggu ini
kakakku tidak menelponku. Aku tahu, beliau pasti sibuk dengan ponakan baruku. Waktu
kakak melahirkan, aku coba telepon beliau namun kakak ipar yang angkat. Setelahnya
kakak telpon balik, tapi tidak bisa berbicara banyak karena anaknya yang baru
lahir tiba-tiba menangis. Jadilah pembicaraan kala itu terpotong. Kakak berjanji
untuk menelponku, tapi beliau tidak menelpon juga. Ini membuatku sedih. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: inherit;">Aku tahu aku harus
bahagia dengan kelahiran ponakan. Tapi sejujurnya lahirnya ponakan membuatku
justru tambah merasa kesepian. Aku harus menghadapi kenyataan bahwa perhatian
kakakku yang pertama tak akan seperti dulu lagi. Itu sudah bisa kuprediksi. Tapi
aku lebih tak mau jika ponakan tak ada. Itu akan membuat kakakku tidak bahagia.
Kakak dan suaminya sudah menanti bayi itu lima tahun lamanya. Penantian yang
lama dan panjang.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: inherit;">Aku tak bisa berdiri
sendiri. Kadang aku bingung menentukan jalan untuk masa depanku. Apa rencanaku
setelah lulus nanti. Berbagai rencana muncul dengan banyak opsi. Aku tak tahu
dan semua itu masih tak pasti. Aku bingung, aku tak tahu arah dan aku tak tahu
tempat bertanya. Aku tak mungkin mengeluhkan semua ini kepada kakakku. Itu tak
mungkin. Mereka sudah cukup jengah dengan keluhanku. Mereka tak akan suka
dengan keluhanku. Tapi disini aku sendiri, tak mengerti. Aku sungguh tak tahu
jalan mana yang harus kutiti. Kakak tidak pernah mengarahkanku, tapi dia
seringkali meragukan mimpiku. Namun saat aku bertanya sebaiknya bagaimana, tak
pernah ada jawaban dari mereka. Itu membuatku tenggelam dalam keputus asaan. Aku
berontak dengan tekadku, tapi sesungguhnya aku lemah. Sesungguhnya aku
benar-benar lemah. Aku tak bisa berdiri sendiri. Itu sulit.<o:p></o:p></span></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: inherit;">Rasanya aku berada
dalam dua jalan yang benar-benar membuatku lelah. Jika aku mengikuti keinginan
kakak yang tak jelas arahannya, aku akan lelah. Namun, jika aku bertahan dengan
keputusanku, aku pun lelah. Aku lelah berdiri sendiri, tanpa ada orang yang
peduli. Aku tak mengerti kepada siapa aku harus mengadu. Sesak dadaku malam
ini. Rindu ayah ibu menyeruak hati. </span><span style="font-family: Times New Roman, serif;"><o:p></o:p></span></span></div>
Azizah Maulidahttp://www.blogger.com/profile/11965350216511591125noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-9073216590574242317.post-33286571404519202392012-10-13T05:19:00.000-07:002012-10-13T05:19:06.997-07:00Rindu Itu,,,<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Aku tidak mengerti, mengapa seharian ini
banyak perasaan berkecamuk dalam hati. Lama sudah blog ini tak pernah kusentuh.
Sekedar menyematkan jemari, menuliskan segala isi hati. <br />
<br />
Tuhan, bukan maksud hati menggugat takdir. Tapi rindu ini selalu menyeruak
tanpa tepi. Tuhan, bukan maksud hati menggugat takdir. Tapi rasa ini begitu
kuat merobek relung hati.<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kadangkala aku tak tahu apa yang bisa
membuatku bahagia? Tawa itu menyemai, senyum itu lepas. Apakah itu bisa
dikatakan bahagia? Akupun tak tahu karena di sisi lain, tiba-tiba ruang terasa
begitu hampa dan keramaian terasa sepi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Hari ini, kulihat banyak kabar dari para
mahasiswa UIN. Mereka bergembira menyambut wisuda. Seluruh keluarganya pun
berdatangan hingga tebersit dalam hati, “Saat aku wisuda, siapa yang akan
menghadiri?” Ah, tapi kutepis perasaan bodoh itu. Sudah kutepis, tapi saat
melihat teman sendiri begitu termotivasi setelah ditelpon ibu mereka, aku pun
hanya bisa menggigit bibir. Rindu itu menyeruak. Ingin sekali kudapat motivasi
itu. Tapi nyatanya hidupku masih terasa hampa. Apa sebab?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kali ini aku sadar bahwa aku terlalu
rindu dengan kata “Keluarga”.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jika kemudian banyak orang berkata, “Kau
masih punya kakak!”. Ya, aku masih punya kakak yang sudah memiliki keluarga
kecilnya masing-masing. Kakak adalah kakak dan tak akan pernah bisa menjadi ibu
bagi kita.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Maka, saat catatan ini kutulis. Kalian yang
masih punya orang tua haruslah bersyukur. Mereka adalah harta kalian yang
paling berharga. Bahkan amarahnya suatu saat akan menjadi hal yang paling
dirindukan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ini fakta, saat ayah tiada, materilah
yang terasa. Tapi, saat ibu tak ada, psikologismulah yang akan sedikit
terguncang. Sebelum semua itu datang pada kalian, bahagiakan mereka agar tak ada
penyesalan yang tersisa.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kalian tahu, betapa aku rindu dengan
perhatian kecil seorang ibu walau hanya dengan perkataan, “Bagaimana kuliahmu
Nak? Makan apa? Belajar yang rajin!” dan aku pun merindukan ayah yang tanpa
kata, tanpa suara mengirimkan banyak fasilitas tak terduga. Dan saat kurasakan lagi, ternyata
aku lebih rindu pada marah mereka kepadaku. Amarah yang muncul, saat anaknya
sudah salah melangkah. Sekarang aku pun tak tahu, bagaimana langkahku. Saat sudah
tak tahu kemana arah, aku tak dapat bertanya pada mereka kemanakah aku harus
pergi. Saat aku tak tahu apa yang harus kulakukan, aku tak dapat bertanya pada
mereka tentang nasihat yang harus kujalani.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">~Rabbii… titip rindu untuk ibu dan ayah, dan hanya Engkaulah yang punya kuasa untuk selalu mengarahkaku pada jalan
ridhoMu~<o:p></o:p></span></div>
Azizah Maulidahttp://www.blogger.com/profile/11965350216511591125noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-9073216590574242317.post-7924173527627659292011-10-06T22:18:00.001-07:002011-10-06T22:18:30.637-07:00Presentasi #part II<link href="file:///C:%5CUsers%5Cmaulida%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><!--[if gte mso 9]><xml> <o:OfficeDocumentSettings> <o:RelyOnVML/> <o:AllowPNG/> </o:OfficeDocumentSettings> </xml><![endif]--><link href="file:///C:%5CUsers%5Cmaulida%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Cmaulida%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:EnableOpenTypeKerning/> <w:DontFlipMirrorIndents/> <w:OverrideTableStyleHps/> </w:Compatibility> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--"/> <m:smallFrac m:val="off"/> <m:dispDef/> <m:lMargin m:val="0"/> <m:rMargin m:val="0"/> <m:defJc m:val="centerGroup"/> <m:wrapIndent m:val="1440"/> <m:intLim m:val="subSup"/> <m:naryLim m:val="undOvr"/> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0in;
margin-right:0in;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page WordSection1
{size:8.5in 11.0in;
margin:1.0in 1.0in 1.0in 1.0in;
mso-header-margin:.5in;
mso-footer-margin:.5in;
mso-paper-source:0;}
div.WordSection1
{page:WordSection1;}
-->
</style><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style> <![endif]--> <br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Hari itu adalah hari yang paling kami nantikan. Pasalnya, hari itu adalah tiba waktunya bagi kami untuk mempresentasikan hasil makalah kami. Perjuangan panjang mengolahnya masih terngiang-ngiang di kepala, dari pusingnya cari data sampai permasalahan kami yang berusaha keras memahami bagaimana caranya menggunakan software genstat. Software ini adalah sangat baru bagi kami karena kami biasanya menggunakan software Minitab dalam praktikum. Bertanya pada kakak tingkat pun ternyata tak guna karena mereka <span> </span>juga belum pernah menyentuh software tersebut. Alhasil, kami benar-benar belajar secara otodidak, mencari sendiri tutorialnya, mencobanya secara perlahan dan gagal berkali-kali. Beruntung saat itu ada teman kami yang bersedia membantu kami untuk belajar bersama mempelajari genstat. Rasanya jika outputnya berhasil muncul, decak senang sudah tak tertahankan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Jika kembali mengenang detik-detik menuju presentasi, maka presentasi inilah yang memang paling berkesan. Pasalnya, anggota kelompok kami yang terdiri dari 4 anggota rata-rata satu kosan kecuali satu orang. Dan yang namanya kerja kelompok memang harus berkelompok, Maka kami tentu tak boleh melupakan teman kelompok kami satunya. Alhasil kami bertiga seringkali sibuk menghubungi teman kami yang satu tersebut. Dan sialnya, operator yang sedikit tak beres kdang-kadang membuat kami terlihat panik dalam menghubunginya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Memiliki teman-teman kerja kelompok satu kosan, cukup menyenangkan memang tapi ternyata juga cukup merepotkan. Kemudahannya adalah kami yang gampang berkoordinasi karena sering bertemu. Namun, karena selalu bertemu itulah kadang membuat psikologi sedikit terganggu, <span> </span>semua menjadikan<span> </span>pembicaraan tak jauh-jauh dari pekerjaan kelompok yang belum selesai. Dari repotnya mencari data, sampai kembali melakukan undian untuk menentukan pembagian tugas materi. Dari ada yang bingung sampai bahagia karena berhasil memahami dengan baik. Dari leganya bagian tugas sudah selesai dan gelisahnya menunggu jawaban dari anggota kelompok kami yang kebetulan kosnya mencar tak satu kosan dengan kami.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">H-1, adalah hari yang paling merepotkan, karena saat itu masih harus membereskan sisa-sisa tugas yang belum selesai. Dari pembuatan presentasi power point, pengeditan makalah dan penjilidan juga penggandaan. Padahal kami juga harus menjadikan semuanya dalam satu file softcopy<span> </span>keping CD dan dikumpulkan jam 7 pagi. Entahlah dan kami juga tak tahu mengapa kami jadi terlihat begitu repot. Seringkali kami saling kunjung-mengunjungi kamar untuk membahas serpihan tugas yang belum selesai sampai bangun-bangunan pada malam hari kembali merapikan yang belum rapi. Semua itu sampai membuat seluruh teman-teman kosan geleng-geleng kepala sampai heran memangnya ada tugas apa hingga kami bisa serepot itu. Dan lucunya, kami pun juga turut bangun-bangunan dengan teman kelompok kami satunya yang kosannya masih jauh dipandang mata. Seperti hendak menghadapi sebuah tugas besar kami pun mengerjakan makalah dan presentasi dengan amat sungguh-sungguh.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Hari H tiba dan saatnya presentasi. Dengan modal <i>pede aja lagi</i> kami pun menyiapkan LCD dan perlengkapan lainnya, juga membagikan photocopy makalah kepada teman-teman. Kenapa kemudian kusebutkan modal itu adalah modal <i>pede aja lagi</i>, karena memang itulah salah satu modal penting. Tapi modal ini hanya digunakan untuk mempertahankan nilai dan bukan untuk memahamkan mahasiswa. Jika kalian kemudian tak tahu jawaban akan pertanyaan temanmu di dalam kelas, padahal saat itu dosen akan mengurangi nilaimu jika tak dapat menjawabnya, maka keluarkanlah modal satu ini. jawablah pertanyaan temanmu tersebut dengan sangat meyakinkan. Yakinlah jika kemudian dia masih tak paham, dia pasti akan memilih mengangguk setuju karena melihat wajah dan jawabanmu seakan-akan kamu sudah sangat memahami materi dengan sangat baik. Yah seperti itulah yang kemudian kelompok kami alami.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Waktu itu kami sudah selesai memaparkan materi dengan baik, mempresentasikan dengan semestinya. Ketika kalian mempresentasikan sesuatu, saat itulah kemudian kalian menjelaskan materi dengan tujuan agar teman-temanmu dapat memahaminya dengan baik. Paparkanlah materi dengan niat tulus ikhlas agar temanmu dapat mencerna materinya. Namun jangan lupa juga untuk mengeluarkan performa terbaikmu dan berlagaklah seperti orang yang paling tahu dalam hal itu<span> </span>untuk meyakinkan dosen, agar beliau menganggap kalian sudah sangat memahami materinya dengan sangat amat baik sehingga nilai sempurna pun mudah dikantongi =p.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Saat itu, memang hal itulah yang kami lakukan. Presentasi dengan membawa rasa percaya diri yang sangat tinggi. Ketika ada pertanyaan yang kemudian kami tak tahu jawabannya dengaan pasti, kami tetap menjawab apa adanya sambil tak lupa<span> </span>menyatakannya dengan sangat meyakinkan walau kami pun tak yakin dengan kebenarannya. Hahaha.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Presentasi pun selesai dan kami mengakhirinya dengan sangat puas sebenarnya. Namun tiba-tiba rasa puas itu sirna ketika Profesor Henny maju ke depan lalu mengeluarkan kata-kata yang sangat menusuk hati.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Saya sebenarnya kecewa!”<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Eh? Serasa ada reruntuhan bangunan yang jatuh menimpa. Kata-kata itu benar-benar membuat rasa percaya diri yang awalnya kami bangun tiba-tiba luntur seketika. <i>Kecewa?</i> Hati kami tiba-tiba menciut lalu mencari-cari apa kesalahan yang kami buat. Apakah persiapan kami memang kurang bagus dan tidak seperti yang diharapkan professor Henny? Kami pun menggigit bibir dalam hati dan kemudian menunduk sedih kembali meraba mencari letak salahnya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Yah, jadi saya benar-benar kecewa!”<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kata-kata yang membuat hati ini menangis seketika.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Tapi bukan pada keempat anak yang di depan!” ucapnya kemudian kembali.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Hati kami kembali tergelitik mendengarnya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Ealah!” salah satu teman kelompokku yang bernama Akhmad kholidul Azhar berujar lega. Masih ingatkan siapa dia di catatan sebelumnya? Nama penentu nasib majunya kelompok 8. Hha..<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Satu-persatu dari kami pun juga menghebuskan nafas lega berkali-kali. Senyum yang awalnya terlipat kini kembali terentang.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Tolong hargai keempat teman kalian yang presentasi ya! Akan sangat sakit hati sekali ketika kita presentasi tiba-tiba ada yang datang terlambat!” rupanya professor Henny sedang menyinggung teman kami yang terlambat masuk kelas padahal waktu perkuliahan di undur setengah jam lamanya, “Nanti kalian balas saja mereka, tak usah ikut hadir dan tak usah ikut ujian mereka!” kata beliau kemudian entah bercanda atau tidak. Yang jelas saat itu rasa lega sudah cukup membuyarkan kata-kata professor Henny selanjutnya.<o:p></o:p></span></div>Azizah Maulidahttp://www.blogger.com/profile/11965350216511591125noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9073216590574242317.post-47288531143970850212011-10-06T22:15:00.000-07:002011-10-06T22:15:56.491-07:00Presentasi #part ISudah lama tak posting blog, karena sebenarnya saya lebih senang posting catatan d FB. Tapi berhubung teman dekat saya tak punya FB,, postingan ini saya khususkan untuknya^^,,<br />
<br />
<link href="file:///C:%5CUsers%5Cmaulida%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><!--[if gte mso 9]><xml> <o:OfficeDocumentSettings> <o:RelyOnVML/> <o:AllowPNG/> </o:OfficeDocumentSettings> </xml><![endif]--><link href="file:///C:%5CUsers%5Cmaulida%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5Cmaulida%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:EnableOpenTypeKerning/> <w:DontFlipMirrorIndents/> <w:OverrideTableStyleHps/> </w:Compatibility> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--"/> <m:smallFrac m:val="off"/> <m:dispDef/> <m:lMargin m:val="0"/> <m:rMargin m:val="0"/> <m:defJc m:val="centerGroup"/> <m:wrapIndent m:val="1440"/> <m:intLim m:val="subSup"/> <m:naryLim m:val="undOvr"/> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0in;
margin-right:0in;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page WordSection1
{size:8.5in 11.0in;
margin:1.0in 1.0in 1.0in 1.0in;
mso-header-margin:.5in;
mso-footer-margin:.5in;
mso-paper-source:0;}
div.WordSection1
{page:WordSection1;}
-->
</style><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style> <![endif]--> <br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Entahlah dan aku pun juga heran kepada diriku sendiri. Hari itu aku baru saja melewati sebuah presentasi yang paling mengesankan dalam hidupku sampai saat ini. Kalau dipikir-pikir, ini hanya sebuah presentasi biasa layaknya kita maju ke depan memaparkan beberapa materi. Tapi entah mengapa tiap detik menujunya menjadi sangat penuh arti.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Waktu itu tepat tanggal 22 september, beberapa kertas gulungan sempurna berada di tangan dosen kami Profesor Henny yang dijuluki anak-anak dengan sebutan Einstein. Selain karena orang ini sudah bertitel professor dan memiliki banyak titel lagi di belakanganya, rambut orang ini keriting mengembang kesamping layaknya Einstein yang sering digambarkan orang-orang. Dengan nama </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Prof.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dr.Ir.H. Henny Pramoedyo , MS sudah cukup membuat pikiran ini menilai bahwa orang ini sudah banyak makan ilmu pengetahuan. Pertama kali melihatnya, hati ini berdesir meraba bagaimanakah karakter orang ini sebenarnya. Dengan kacamata juga selipan guyonan diantara pembicaraannya yang berbobot, orang ini layak disebut keren dan unik. Setiap peraturan perkuliahannya begitu menantang. Tugas-tugas yang diberikan bersifat tak umum <span> </span>dan yang paling kusuka adalah caranya untuk menitikberatkan sebuah nilai kejujuran dan kedisiplinan pada mahasiswanya. Karena kita pun tahu bahwa di jaman sekarang, kejujuran itu teramat mahal didapat.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kembali pada tanggal 22 september, saat itu mahasiswa statistika A 2009 terlihat amat tegang dengan wajah harap-harap cemas. Pasalnya, ketika itu akan ditentukan kelompok siapakah yang maju pertama kali untuk presentasi<span> </span>mata kuliah biometrika. Melihat persyaratan tugas paper dan presentasinya yang penuh syarat, seperti data yang dimiliki haruslah data asli dari skripsi mahasiswa yang belum diolah sampai tuntutan penggunaan software yang kami sama sekali belum pernah menyentuhnya. Dan kami harus menyelesaikan makalah dan bahan presentasinya dalam waktu 4 hari. Semua pun tak mau kedapatan duluan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Ada yang mau maju duluan? Ayo silahkan!” kata Proffesor Henny kemudian.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Profesor Henny mempersilakan mahasiswa yang hendak maju pertama kali.<span> </span>Namun sayangnya mahasiswa kompak hanya <span> </span>berdiam diri. Semua lirak-lirik teman sekelompoknya memohon agar masing-masing berdoa tak dapat yang maju duluan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Ayo, ini masih dasar lho materinya! Kalau kedalam lagi semakin susah!”<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Rasanya kata-kata Profesor Heny itu masih tak mempan. Walaupun materinya mudah, tapi jika maju duluan tetap saja mahasiswa tak mau jika hanya diberi waktu 4 hari dengan persyaratan ini itu yang tak seperti biasanya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Kalau tak ada yang mau maju duluan, berarti kita undi!”<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Mendengar kata undi, sontak hati para mahasiswa berdesir. Otak statistika mereka pun bermain.<span> </span>Jika di undi, maka kelompok mereka semua pasti akan memiliki peluang yang sama yaitu 0.07. Tapi tak apalah, peluang itu masih lebih kecil dari 0.5. Walau begitu, semua tetap gelisah karena bagaimana pun juga semuanya masih sebuah ketidakpastian yang nyata. Kita tak pernah tahu kelompok mana yang akan maju. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Hei, ditanya Mas Idul tuh, berani nggak duluan?” Rani, teman satu kelompokku tiba-tiba menyenggolku membuatku kemudian melongo dengan kata-katanya. <i>Tidak, tidak!</i> Aku belum siap jika maju duluan! Lebih baik yang kedua, biar kita bisa melihat bagaimana hasilnya kelompok pertama, lalu belajar daripadanya. Peluangnya 0.07.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Rani sebenarnya juga terlihat cemas, “Materinya sih tak masalah! Datanya ini yang susah nyarinya!” gumamnya kemudian dan membuatku mengangguk setuju dalam hati.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kertas pun di undi, membuat seluruh mahasiswa menggigit bibir sambil komat kamit dalam hati berdoa semoga bukan kelompok mereka yang maju. Mata pun tak mau lepas sedetik pun dari tangan Proffesor Henny dan tak sabar untuk mendengar angka berapa yang akan keluar dari mulut beliau. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Profesor Henny tersenyum bercanda dan berkata, “Jangan-jangan kau tulis angka satu semua dikertas ini Pry!” katanya pada Apry, penanggung jawab mata kuliah biometrika di kelasku tersebut.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Semua pun mulai berkicau dan jelas saja hati kelompok satu pada berdesir semua. Mungkin dalam hati mereka sudah mulai menyiapkan pelajaran buat Apry jika itu benar-benar terjadi.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Baik, yang akan maju duluan adalah kelompoknya…” katanya lagi dan kemudian sambil membuka satu kertas yang sudah di undi, setelahnya lalu melihat catatan nama kelompok. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dan di saat itulah titik klimaks dari kegelisahan para mahasiswa yang tak mau maju presentasi pertama kali.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Jangan-jangan kelompok kita,” tiba-tiba temanku Dinda bergumam sambil harap-harap cemas dan sontak membuatku menatapnya protes. <i>Aduh Dinda, jangan didoakan seperti itu. its first time dan kita masih belum tahu apa-apa mengenai Profesor Henny.</i> <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Kelompok 8!” ucap professor Henny. Mendengarnya, seketika hatiku lega karena aku adalah kelompok 9. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Kelompok 8, Ahmad..” tiba-tiba pak Henny mulai menyebutkan nama. <i>Ahmad?</i> Akupun kemudian bertanya-tanya dan mulai menerawang layaknya peramal. <i>Ahmad?</i> Sebenarnya tepatnya adalah pikiran <i>shocked</i> tak percaya<i>. Ahmad?</i><span> </span>Bukankah ada salah satu kelompokku yang awal namanya Ahmad. Jangan-jangan…<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Kholidul… “ yah, hatiku pun kemudian pasrah. “Azhar..” rasanya seperti mendengar palu hakim berbunyi tiga kali menyatakan keputusan sidang. Ahmad kholidul Azhar, salah satu nama yang termasuk anggota kelompokku. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tapi kenapa kelompok 8? Sepertinya professor Henny salah melihat daftar nama kelompok.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Ahmad kholidul Azhar, Ranika Permata, Maulida Azizah, Dinda Rinai!” kata professor Henny kemudian lengkap menyebutkan nama anggota kelompok yang akan maju.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Rani seketika mengkerutkan keningnya heran, “Lho? Pak? Itu beneran kelompok 8?” katanya kemudian bingung. Pasalnya kami adalah kelompok 9.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Proffesoor Henny kembali menatap kertas dengan wajah berkerut, mungkin membenarkan fokus matanya pada kertas.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Iya, kelompok 8 ini!” katanya kemudian yakin.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Rani masih menampakkan wajah heran dan membuat professor henny seperti tersangka yang hendak menipu mahasiswanya, “Temenan iki rek, aku lho nggak salah lihat! Tanya o Apry!” katanya kemudian dengan menggunakan bahasa Jawa ke beberapa mahasiswanya sambil mencari-cari sosok Apry. “Ki, kelompok 8 iki!” katanya lagi sambil memperlihatkan kertas undian satu persatu kepada mahasiswa dan malah membuat mahasiswa tertawa.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Rani menatapku mempertanyakan keheranannya sedangkan aku hanya bisa tersenyum kecut menerimanya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Baiklah, intinya benar-benar kelompokkulah yang akan maju presentasi 4 hari lagi. Rasanya hati ini menangis dalam hati mendengarnya. Padahal saat itu tepat adalah hari ulang tahunku. Tugas presentasi dari Proffesor Henny tiba-tiba seperti kado ulang tahun menggenaskan yang pernah kuterima. Bayangan agenda hari Jumat, sabtu dan minggu sudah menari-nari dalam otak. Tak ada waktu untuk menyalurkan hobby meneruskan novel yang sudah digarap. Tapi apa lagi yang mau dikata, walaupun tak mau maju presentasi, pada saatnya juga giliran itu akan tiba. Jadi terima sajalah…<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Usai dari perkuliahan, kami sontak menanyakan perihal kelompok kepada Apry, penanggung jawabnya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Heh Pry, kok bisa sih kami kelompok 8, bukannya jarkoman kami kelompok 9!”<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Heh Pry, ngaku kamu! Jangan-jangan kertasnya isinya angka 8 semua ya!”<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Heh Pry, tanggung jawab pokoknya!”<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Semua ini salah Apry!”<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Apry pun menjawab dengan hati entahlah, “Emang awalnya kalian kelompok 9, nggak tahu juga kenapa jadi berubah! Pokoknya yang fix kertas yang kalian tanda tangani!”<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pokoknya semua salah Apry. Hahaha… peace Apry ^^!!<o:p></o:p></span></div>Azizah Maulidahttp://www.blogger.com/profile/11965350216511591125noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-9073216590574242317.post-27191192643985356552011-09-21T17:07:00.001-07:002011-09-21T17:07:21.474-07:00ON TWENTY<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">ON TWENTY<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pernahkah kau memikirkan angka 20? Sebuah angka yang ternyata cukup besar jika kembali dipikirkan dan dibandingkan. 20, sebuah angka cantik yang jelas lebih besar dari angka 17. Pernahkah kau memandanginya dan memikirkannya dengan seksama? Memikirkan apapun yang mungkin berada dibaliknya. Entah mengapa pikiranku penuh dengannya. Malam ini rasanya hatiku berdesir jika mengingatnya, karena sebentar lagi angka itu akan menghiasi diriku. Yah, tepat jam 12 nanti tiba saatnya hari menginjakkan diri pada tanggal 22 september dan saat itulah detik-detik umurku sudah dapat dibilang berkepala dua. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">So, dalam detik-detik menjelang<span> </span>dinobatkannya diriku sebagai gadis berusia 20 tahun, aku ingin mengungkapkan segala bentuk terima kasihku kepada orang-orang yang sudah menghiasi hidupku dalam 20 tahun ini. Hmm.. sepertinya saat tulisan ini di publish, angka 20 itu sudah bertengger di tubuhku. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Oke, mungkin catatan kali ini juga akan terasa lebih panjang dari biasanya dan harusnya malah lebih panjang, sepanjang perjalanan 20 tahun. Itu artinya, harusnya catatan ini baru selesai dibaca setelah 20 tahun lamanya=D. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Keburu kiamat kali, masa hidup 20 tahun dihabiskan hanya untuk baca catatan ini?</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">=)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Bismillahirrahmanirrahim….<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dengan nama Allah dan semoga kita tetap berpegang di jalanNya dalam petunjuk Al-quran dan Hadist Rasulullah SAW. Semoga sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada Baginda Rasulullah, panutan kita dengan segala keindahan akhlaknya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ya Allah, izinkanlah aku menuliskan beberapa bait kata, sebagai ungkapan segala rasa atas jasa mereka yang telah memberikan hidupku penuh warna. Ya Allah, jagalah mereka agar senantiasa teguh di jalanMu.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kepada ibu dan ayah yang begitu kucintai dan kusayangi…<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Walau kalian tak dapat membaca catatan ini lewat kaca monitor dan selancaran dunia maya, cukuplah mereka yang membacanya dan terutama Allah yang tak pernah tidur dan Maha Tahu sebagai saksi atas rasa terima kasihku kepada kalian. Biarlah mereka menjadi saksi atas rasa cinta dan sayangku yang takkan pernah putus kepada kalian. Dan biarkanlah tangan ini menari, mengetikkan setiap kata yang mewakili derasnya hati untuk selalu mengingat kasih sayang kalian.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ibu, sebenarnya jari ini begitu tak kuasa menuliskannya. Ucapan kata terima kasih tentu tak akan dapat menggantikan segala bentuk pengorbananmu saat detik-detik memunculkanku ke dunia, segala bentuk kasih sayangmu dalam mengantarkanku hingga dewasa, segala penjagaanmu ketika aku sakit, segala perhatianmu dalam mengurus kebutuhanku, hingga segala kerasnya kau memikirkan kebertahananku dalam hidup. Walau hanya dalam kurun waktu 19 tahun <span> </span>mengarungi dunia bersamamu, bagiku kau adalah wanita terhebat, wanita paling tegar dan wanita yang paling kuat yang pernah ada dalam hidupku. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ayah, seperti halnya kepada ibu, jari ini pun juga tak sanggup menuliskannya. Ucapan kata terima kasih memang belum cukup untuk menggantikan segala pengorbananmu, segala bimbinganmu, cinta dan kasih sayangmu. Tapi izinkanlah aku untuk menuliskan beribu-ribu terima kasih atas pelajaran hidup dari perjalananmu, beribu-ribu terima kasih atas kesabaranmu, penyisihan harta untuk kebertahanan hidupku hingga sampai sekarang pun, melalui sebuah anggaran dana pensiunan dari jabatanmu, kau yang terbaring di tanah membiayai kebutuhan hidupku. Dan walau dengan ayah hanya mengarungi hidup selama 16 tahun, bagiku kau adalah lelaki terhebat yang pernah ada dalam hidupku. Bagiku, perjalanan hidupmu adalah sebuah perjalanan penuh inspiratif. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ibu, ayah, sekarang anakmu yang bernama Maulida Azizah ini sudah mendapatkan predikat usia 20 tahun. Ternyata, dia sudah cukup lama mengarungi dunia. Terima kasih atas segalanya. Walaupun anakmu ini kadang masih sering sedih merindukanmu, semoga dia bisa menjadi hamba yang pandai bersyukur atas segala nikmat Tuhannya. Walaupun dia masih sering membayangkan betapa menyenangkannya jika bisa berbagi cerita dengan kalian, semoga cerita hidupnya adalah cerita yang dapat menginspirasi banyak orang. Walaupun anakmu ini masih sering membayangkan dapat menerbitkan buku lalu memamerkannya kepada kalian seraya berkata “Ayah, Ibu, hobby nulisku dulu sekarang berbuah buku”, semoga suatu saat dia memang bisa menerbitkan buku. Walaupun anakmu ini masih sering membayangkan betapa menyenangkannya jika photo wisudanya nanti akan di apit diri kalian, semoga dia akan berhasil menjadi sarjana science yang dapat bermanfaat bagi sekitarnya. Walaupun anakmu ini kadang membayangkan betapa membahagiakannya jika di photo pernikahannya nanti akan ada sosok kalian berdua, semoga suatu saat nanti dia akan menjadi istri sholehah bagi suaminya. Dan walaupun-walaupun lainnya yang sering membuktikan bahwa dia masih terbayang-bayang sosok kalian dan terlalu sering merindukan kalian, semoga dia dapat menjadi gadis yang pandai menjaga diri dari hiruk pikuk dunia dan menjadikan kematian sebagai peringatan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ibu, ayah, terima kasih atas segalanya. Bahkan ketika kalian sudah menemui takdir untuk kembali kepada Yang Maha Kuasa, kalian masih tetap mengajarkanku banyak hal. Jika kemudian aku kembali datang dengan beberapa kata, kadangkala aku selalu memikirkan kematian kalian sebagai pelajaran tanpa kamus, yang mengajarkan arti hidup dan membuktikan bahwa hidup adalah untuk wujudkan rasa syukur dan sabar. Walau rasa “sendiri” itu kadang-kadang muncul dan menjadikan daerah melankoli terlalu gampang menyelimuti, atau kadang kala datang rasa iri melihat kelengkapan angggota keluarga orang lain, semoga rasa-rasa itu justru melatih dirinya untuk menjadi sosok dewasa dan mandiri, tak gampang bergantung pada orang lain walaupun masih sering sekali mengantungi kakak-kakaknya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ibu, ayah tak terasa anakmu sekarang sudah 20 tahun. Usia yang kata orang adalah ukuran usia matang bagi seseorang. Ukuran usia yang harusnya dapat menjadikannya menjadi sosok dewasa dan dapat meletakkan segala sikapnya pada tempatnya. Semoga anakmu ini dapat menjalani usia barunya dengan lebih baik lagi dengan memanfaatkan sisa umurnya sebaik mungkin.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dan yang terakhir, sesungguhnya ini bukan rasa terima kasihku yang terakhir karena masih banyak lagi hal-hal yang menuntutku untuk berterima kasih kepada kalian. Untuk kali ini, aku ingin berterima kasih kepada kalian yang telah melahirkan kakak-kakak terbaik untukku. Kakak Imuth dan kakak Fizah, yang kini masih telaten memikirkanku. Kadangkala rasanya diri ini merasa berdosa pada mereka. Di usia 20 tahun ini, harusnya diriku sudah tak bergantung kepada mereka. Usia 20 tahun, bukankah itu bukan usia anak-anak? Tapi sayang, diri ini masih tak mampu.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Untuk kakak-kakakku yang begitu kusayangi, terima kasih atas segala perhatian dan pengorbanannya. Terima kasih atas segala hari-hari penuh warna sebagai keluarga. Banyak cerita memang dan terima kasih atas segala cerita yang dapat dikenang. Terima kasih atas segala bimbingannya, nasehatnya, cerita-cerita dan kebersamaan yang masih dijaga. Atau kadang melabuh bersama, mengenang masa lalu, kembali tertawa atas cerita lucu yang lama, atau kadang bersama mengagumi kembali<span> </span>sosok-sosok hebat ibu dan ayah kita, lalu kemudian diam-diam rindu dan meneteskan air mata. Terima kasih atas segala pemberiannya baik materi maupun non materi. Sungguh, adikmu ini tak dapat menghitung berapa banyak pemberian yang sudah kalian berikan. semoga suatu saat, dia dapat membalas segala jasa yang telah kalian berikan. Doa selalu kuhanturkan untuk keluarga kecil kalian, semoga keluarga kakak-kakakku semua adalah sekuarga sakinah, mawaddah warohmah.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kakakku tercinta, sekarang adikmu sudah berusia 20 tahun. Walaupun dia masih sering kekanak-kanakan, semoga di usianya sekarang ini dia bisa lebih dewasa lagi, bercermin dari sosok-sosok kalian yang sudah mengarungi dunia lebih dulu darinya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ibu, Ayah, Kak Imut, Kak Fizah, apakah kalian tahu betapa aku sangat bersyukur kepada Allah atas segala warna yang diberikannya, atas segala sosok-sosok kalian yang dihadirkannya dalam hidupku. Semoga Allah senantiasa melimpahkan kasih sayangnya kepada kita semua. Amiin ya rabbal alamiin..=)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sudah kubilang, tulisan kali ini adalah panjang. Rasa terima kasihku belum berhenti sampai disini. Masih banyak nama yang belum keluar lewat tarian keyboard netbookku ini.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kembali aku ingin mengungkapkan rasa terima kasihku kepada mereke-mereka yang menguaskan banyak warna kepada hidupku.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pertama, terima kasih kepada masa TKku walau aku banyak lupa nama-nama mereka yang terlibat di dalamnya. Terima kasih untuk satu-satunya tetangga rumahku. Kepada mereka yang mengisi masa SDku, Humairoh, Fatma, beserta the krucils lainnya seperti Mariati, Faris, Novia (ah, bagaimana ya mereka sekarang? Tetangga-tetangga yang menjadi teman mainku setiap hari).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Terima kasih juga kepada teman masa SDku Fahriatul Yunida yang paling banyak menoreh warna baik merah, kuning hijau maupun kelabu saat SD dan baru saja aku tahu ternyata kau sedang dirundung duka. Semoga engkau tabah dalam menghadapinya dan aku tahu kau pasti lebih tegar dariku.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Hmm.. ini masih berkutat dengan teman SDku, terima kasih untuk temanku Ina, Lisda, Mawaddah, Jenifer, Yeni. Aku juga masih ingat masa SDku dengan Rita, Rahman, Budi, dan siapa ya itu namanya? Waaah.. kenapa aku jadi lupa >,<.. satu lagi seorang gadis cewek yang sangat berkesan namun aku lupa namanya. Yang jelas, terima kasih atas masa SDnya. Walau beberapa aku tak tahu dimana mereka berada.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Masih berkutat masa SD, masih ada satu nama yang bagiku cukup sakral. Karena dari dialah aku pertama kali mengenal yang namanya majalah bobo. Sebuah majalah yang ternyata cukup membuatku gila menulis sebuah cerita pendek atau berani sekali bermimpi jadi penulis skenario dan sutradara. Terima kasih untuk Roni, entah dimana kau sekarang berada dan bagaimana wujudmu. Dalam hal tulis menulis aku juga cukup berterima kasih kepada teman SDku Jennifer. Masih ingat sekali saat-saat kami bertukaran buku, membaca karya masing-masing. Padahal kalau dibaca kembali, karya anak SD itu benar-benar datar =.=”<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Terima kasih juga untuk guru-guru ngajiku saat SD, Ibu Ida, kemudian wali kelasku Bu sapa ya? Astaghfirullah… tega nian daku lupa>,<,, pokoknya ibu itulah.. ibu yang cukup berkesan dan all of guru-guru bersama teman-teman SDN Pasar baru 2 Pagatan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kini menjajaki masa-masa SMP. Terima kasih untuk sahabatku tercinta yang masih setia menjadi makhluk yang paling kucari saat di Banjarmasin. Ayoh dan Nida, Love you so much. Kalian cukup banyak mengisi hari-hariku, dan memberikan warna yang beragam. Juga kepada Intan, Restu, Laily, Hana, Ulfah, Sabrina, Eka. Oke, satu masa yang paling bersinar saat kita semua berkecimpung di dunia MC FM, bertemu dengan Kaori, Meirin, dkk, menorehkan banyak cerita yang bahkan ada yang berujung panjang.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span> </span>Terima kasih juga untuk para guru, Pak Isro beserta istrinya Kak Melisa, Pak Taufik yang cukup membuatku dapat mencicipi indahnya menjadi orang “gila” di panggung teater walau sekarang aku sudah lupa cara-cara berakting. Bu Sholatiah dan pak Jayadi, betapa saat masa di ajar dengan kalianlah aku merasa matematika itu mudah. Tapi mengapa sekarang terasa </span><a href="mailto:susah@.@"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">susah@.@</span></a><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">? Terima kasih dan beribu terima kasih untuk teman-teman dan guru-guru SMP Islam Sabilal Muhtadin yang sudah mewarnai masa putih biruku.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Masih masa SMP, terima kasih untuk sepupuku Aulia dan Aman juga paman yang telah memberikan tumpangan rumahnya selama diriku menempuh studi masa SMP. Juga kepada sepupuku Lisna, Faisal, Iyus. Ada hal yang tak pernah kulupakan saat berada di rumah kalian sewaktu kelas 1 SMP, dan menjadi awal lebih banyaknya lagi warna dahsyat dalam hidupku.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Terima kasih juga kepada mereka-mereka yang telah mengisi masa putih abu-abuku terutama pada masa-masa di asrama. Terima kasih kepada temanku Irva dan Ila atas masa-masa gila saat di asrama. Kepada Fusha, Mbak Endah dan juga Rahma. Hei, sadarkah kalian telah sedikit menganggu keluguan dan kepolosanku=D? kepada Mbak Faiz yang masih sedikit mengingatkanku atas menyenangkannya main drama. Terima kasih kepada Lala, Gena, Satiti, Memey, Estu dan all of anak-anak Damaskus.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Mengingat asrama, sebenarnya ini adalah masa-masa yang memang bisa dibilang cukup rumit warnanya. Segala kearifan dan bahkan kekonyolan banyak kudapat disana. Asrama MAN3 Malang, terima kasih banyak atas naungannya selama tiga tahun. Ada ustadz yang benar-benar berkesan selama disana yaitu Ustadz Taufik dan Ustadz Gunawan, semoga Allah melimpahkan berkah dan kasih sayang kepada beliau atas ilmu-ilmu yang diturunkannya. Menyesal rasanya dulu tak memanfaatkan masa di asrama dengan baik untuk menyerap habis ilmu-ilmu mereka. Terima kasih Ustadz atas petuah-petuahnya selama ini. Terima kasih juga kepada pengasuh asrama damaskus yang sudah sangat sering saya repotkan. Mom Nita, ustadzah Muhrofin dan Ustadzah Vita.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Terima kasih untuk teman-teman masa SMAku, Tsabita Sabrina, teman yang bagiku cukup unik. Terima kasih kepada Eva, Nufa, Hilda, Opha and the genknya seperti Marlina, Sofa, Rilla dan Dina, teman-teman IPA2. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ucapan terima kasih juga tak lepas untuk seluruh guru-guru di MAN3 Malang. Terima kasih kepada Pak Insan yang dulu sabar sekali mengajarkan kami mata kuliah Fisika, mengantarkan kami agar dapat lulus UN. Terima kasih kepada Pak Sukri yang cukup menginspirasi saya dalam pelajaran biologi, juga Bu Yayuk, Bu Farida yang begitu pandai dalam memahamkan matematika, Pak Jito yang cukup membuat suasana pelajaran kimia terasa menyenangkan, Pak Pur, Bu Lilis yang membuat saya sering terkagum-kagum padanya dan seluruh guru-guru MAN 3 Malang yang tidak bisa disebutkan satu-satu.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Phew</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">, mengingat masa SMA memang tak akan ada habisnya. Satu kata, terima kasih kepada seluruh teman-teman MAN3Malang dan juga asrama yang sudah memberikan banyak warna bagi hidupku.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dan sekarang, menginjak masa kuliah. Masa yang ternyata memberikan banyak rasa nano-nano di dalamnya. Untuk mereka-mereka yang ada disini, aku pun ingin mengungkapkan terima kasih banyak. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Oke, mungkin catatan kali ini akan kututup. Lho? Kok ditutup? Bukankah mereka yang disini belum disebutkan satu-satu? Catatan ini juga masih kurang panjang dari yang dikira. Bukankah aku bilang kali ini catatannya akan lebih panjang dari biasanya? Memang, memang akan panjang. Yah, itu jika mereka-mereka yang mengisi hari-hariku saat aku menjadi mahasiswa kumasukkan juga satu persatu. Kalian tahukan bahwa mereka-mereka yang masih mengisi hari-harimu adalah yang akan paling banyak teringat. Saking banyaknya mereka yang kuingat berserta jasa-jasanya, rasanya ingin sekali memberikan mereka semua ruang khusus. Dimana? Dalam doa-doa panjang agar hubunganku dengan mereka-mereka menjadi lebih baik lagi dalam usia 20 tahunku.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ribuan terima kasih sebenarnya sudah kupersiapkan. Tapi, biarlah mereka, teman-teman yang masih akan mengisi hariku sampai kepala dua ini terlewati tersebut kusimpan dalam doa-doa. Semoga ke depannya, kami semua dapat saling mengisi hari dengan lebih baik lagi. Semoga Allah senantiasa mengikat hati kami untuk bertaut dijalanNya, saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Untuk mereka-mereka yang merasa masih akan saling mengisi bersamaku dalam usia 20 tahunku ke depan, terima kasih banyak untuk warna kemarin dan semoga aku bisa memberikan warna yang lebih baik lagi untuk kalian semua=)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div>Azizah Maulidahttp://www.blogger.com/profile/11965350216511591125noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-9073216590574242317.post-46188571976266901822011-08-05T16:35:00.000-07:002011-08-10T16:53:14.801-07:00[Kaca] Berbagi<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Gadis kecil itu tiba-tiba ingin sekali membeli es krim. Maka, pergilah dia kepada ibunya dan mencoba meminta uang untuk membeli es krim. Ibu pun memberinya uang yang jumlahnya bagi si gadis kecil terlampau besar. Matanya berbinar melihat uang yang banyak tersebut. Dia pun segera pergi ke sebuah toko dan membeli sebuah es krim. Dia memilih es krim yang menurutnya tidak murah dan juga tidak mahal.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Biasanya kalau ibu memberinya uang, maka sebanyak apapun sudah menjadi miliknya. Tapi entah mengapa gadis kecil ini berinisiatif untuk mengembalikan sisa uangnya karena menurutnya uang yang diberi ibunya terlampau lebih banyak. Dan ketika sang gadis mengembalikan uang, ibu malah menegurnya karena sesuatu.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Belinya cuman satu?”<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Si gadis kecil mengangguk.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Kok cuman satu? Yang lain nggak dibelikan?”<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Si gadis melirik kesepupu-sepupunya yang saat itu lagi berada di rumahnya. Tak sedikit pun terpikir olehnya untuk membelikan sepupunya es krim. Dia merasa uang yang dia pegang adalah milik ibunya. Kalau sepupunya mau es krim, sepupunya harus minta uang juga pada ibunya sendiri.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Kalau punya makanan itu harus berbagi! Ayo belikan juga yang lainnya es krim!” kata ibu lagi seraya memberikan uang yang sudah dikembalikan si gadis kecil sebelumnya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Setelah peristiwa tersebut, sang gadis kecil pun mendapat pelajaran tentang pentingnya berbagi kepada sesama. Maka tahulah dia sekarang arti kedermawanan. Dari ibunyalah dia belajar harusnya berbagi.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pernah suatu saat ibunya memasak dan masakannya begitu wangi. Sang gadis ikut memperhatikan masakan ibunya di kala siang tersebut. Ibunya pun mengatakan sesuatu padanya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Kalau masakan kita wangi dan tercium tetangga, kita harus membagi kepada mereka!”<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Si gadis mencerna kata-kata ibunya tersebut dalam hati sampai dia dewasa dan menemukan sebuah hadis. Ternyata apa yang disampaikan ibunya waktu itu adalah tuntunan Rasulullah SAW yang harusnya kita ikuti. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><i><span class="apple-style-span"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; color: black; font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“</span></span><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; color: black; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kami bertanya kepada Rasulullah,”Wahai Rasulullah, apa hak tetangga itu?</span><span class="apple-converted-space"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; color: black; font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></span><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; color: black; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Rasulullah saw menjawab, “Jika ia berhutang kepadamu, maka berilah dirinya hutang, jika ia meminta bantuan, bantulah ia, jika ia membutuhkan sesuatu, berilah ia, jika ia sakit maka kunjungilah, jika ia mati maka selenggarakanlah jenazahnya; jika ia mendapatkan kebaikan, bergembiralah dan ucapkanlah suka cita kepadanya, jika ia ditimpa musibah, turutlah sedih dan berduka.</span><span class="apple-converted-space"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; color: black; font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></span><b><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; color: black; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Janganlah engkau menyakitinya dengan api periuk belangamu (maksudnya jika anda memasak jangan sampai baunya tercium tetangga), kecuali engkau memberi sebagian kepadanya.</span></b><span class="apple-converted-space"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; color: black; font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></span><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; color: black; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Janganlah, engkau mempertinggi bangunan rumahmu, agar bisa melebihi rumahnya, dan menghalangi masuknya angin, kecuali atas izin darinya, <b>jika engkau membeli buah-buahan, maka berikan sebagian buah itu kepadanya,</b></span><span class="apple-converted-space"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; color: black; font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><b> </b></span></span><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; color: black; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><b>Jika engkau tidak mau memberinya, maka masukkan ia ke dalam rumahnya dengan sembunyi-sembunyi, dan janganlah anakmu keluar dengan membawa satupun buah itu, sehingga anaknya menginginkannya.</b>Apakah kalian memahami apa yang aku katakan kepada kaliuan, bahwa hak tetangga tidak akan pernah ditunaikan kecuali oleh sedikit orang yang dikasihi</span><span class="apple-converted-space"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; color: black; font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></span><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; color: black; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Allah?</span></i><span class="apple-converted-space"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; color: black; font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></span><span class="apple-style-span"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; color: black; font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">[Hadits hasan, tersebut dalam Tafsir Qurthubiy]</span></span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>Azizah Maulidahttp://www.blogger.com/profile/11965350216511591125noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9073216590574242317.post-88519498885557029672011-08-05T07:56:00.000-07:002011-08-05T07:56:40.245-07:00[Kaca] Letakkan Pada Tempatnya<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman', serif;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman', serif;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Gadis kecil bermata coklat itu pulang dengan hati riang. Dia baru saja selesai melaksanakan ibadah sholat tarawih di sebuah Mesjid dekat rumahnya. Di rumah, dia menemukan ibunya yang masih sibuk di dapur, membereskan piring-piring yang belum dicuci sehabis berbuka.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman', serif;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman', serif;"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sang anak menatap ibunya berbinar, dia ingin mengabarkan sesuatu yang menurutnya adalah hal yang membanggakan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Bu, tadi waktu ceramah aku membaca Al-quran. Hari ini bacaan Al-quranku bertambah Bu!” katanya sambil menatap wajah ibunya dengan wajah riang berharap mendapat pujian yang pantas.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Namun, bukan pujian yang diapatkannya melainkan sebuah teguran.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Lho? Kok membaca Al-qurannya waktu ceramah?” sang ibu menatapnya lembut. “Kalo ada yang ceramah harus didengarkan! Nggak boleh itu membaca Al-quran waktu ada yang ceramah!”<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sang anak terdiam. Perbuatan yang dikiranya membanggakan ternyata sebenarnya salah dimata ibunya. Karena gadis itu cenderung malas mendengarkan ceramah, dia pun ingin menggunakan waktu tersebut untuk menambah bacaan Al-qurannya. Gadis kecil tersebut sebenarnya sedih, namun setelahnya dia pun selalu menahan diri ketika ada ceramah berlangsung untuk membaca Al-quran. <span> </span>Jangan membaca Al-quran waktu ada yang ceramah, itulah <i>mind set</i>nya saat itu. membaca Al-quran adalah ibadah, namun tak seharusnya dilaksanakan saat ada yang ceramah.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dan saat dewasa, ketika sang gadis mengingat kembali peristiwa tersebut, 1 pelajaran yang didapatkannya. Sebenarnya yang disampaikan ibunya tersebut <span> </span>adalah adab dalam mendengarkan. Begitu banyak waktu yang bisa kita gunakan untuk menambah bacaan Al-quran kita. Tapi kenapa harus saat ceramah berlangsung? Saat seseorang memberikan kita sebuah ilmu, sebuah nasihat yang seharusnya kita tanamkan dalam hati dan amalkan dalam perbuatan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="background: white; color: #333333; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Maka, tepatlah sang gadis kemudian berpikir "</span></span><strong><span style="background: white; color: #333333; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Letakkanlah sesuatu itu pada tempatnya</span></strong><span class="apple-style-span"><span style="background: white; color: #333333; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">". Kadang kala memang kita melakukan sesuatu tidak pada tempatnya. Yang dilakukan adalah hal yang dinilai baik, namun sayangnya waktunya tidak pas.</span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div></span>Azizah Maulidahttp://www.blogger.com/profile/11965350216511591125noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9073216590574242317.post-62265504591616474882011-08-04T19:01:00.000-07:002011-08-04T19:01:46.276-07:00[Kaca] Tentang Sabar<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Seorang gadis datang kepada temannya dan mengeluh panjang lebar.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Aku sedang punya masalah! Ini benar-benar masalah yang besar! Aku butuh solusi yang benar-benar konkrit!!!”<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Ya, aku tahu! Sabarlah!” temannya menjawab.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Sekarang aku tak butuh sabar! Aku butuh solusi yang kongkrit!”<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Temannnya terdiam. Wajahnya mengkerut. Hampir saja amarahnya mau keluar, tapi jika amarah itu keluar, dia tidak akan menjadi orang yang sabar dalam menghadapi orang yang tak sabar. Dia pun menghembuskan napasnya berat.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Sesungguhnya aku menjadi teramat sedih. Apakah sabar hanya sebuah teori?”<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sang gadis terdiam. Lama gadis itu menunduk. Tiba-tiba bahunya terguncang dan ketika gadis tersebut mengangkat wajahnya, yang terlihat adalah merahnya mata dan hidung. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Aku sudah tidak tahan. Aku tak kuat! Aku benar-benar benci dengan kondisi ini!”<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">~~~~<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sesungguhnya kunci kesuksesan adalah sabar. Semua orang mungkin akan setuju dengan hal ini. Kunci sukses adalah sabar. Betapa kita ternyata didahuli alam dalam kesabaran. <span> </span>Alam berdiri di atas kesabaran, yakni “kebertahapan”. Matahari tak akan muncul secara tiba-tiba, menjadi kupu-kupu yang indah butuh tahapan panjang dalam mencapainya. Sel telur yang dibuahi perlu 9 bulan untuk menjadi manusia yang lahir ke dunia. Kita takkan menjadi manusia dewasa tanpa kesabaran dan perawatan dari ibu kita. Bahkan Allah SWT menciptakan langit dan bumi itu adalah dalam enam masa. Begitulah Allah SWT mengajarakan kita bahwa segala urusan haruslah tegak dalam kesabaran.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222222; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dari Suhaib ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, <b><i>"Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mu'min: Yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya."</i></b> (HR. Muslim)</span><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222222; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></span></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in; vertical-align: baseline;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222222;">Sebuah hadis yang luar biasa tentang pesona seorang Mukmin. </span></span><span class="apple-converted-space"><span style="color: #222222;"> </span></span><span style="color: #222222;">ketika ia mendapatkan kebaikan, kebahagian, rasa bahagia, kesenangan dan lain sebagainya, ia akan refleksikan dalam bentuk penysukuran terhadap Allah SWT. Karena ia tahu dan faham bahwa hal tersebut merupakan anugerah Allah yang diberikan kepada dirinya. Dan tidaklah Allah memberikan sesuatu kepadanya melainkan pasti sesuatu tersebut adalah positif baginya.<o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in; vertical-align: baseline;"><span style="color: #222222;"><br />
</span></div><div style="background-attachment: scroll; background-position-x: 0px; background-position-y: 0px; background-repeat: repeat; border-color: initial; border-style: initial; line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in; vertical-align: baseline;"><span style="color: #222222;">Sebaliknya, jika ia mendapatkan suatu musibah, bencana, rasa duka, sedih, kemalangan dan hal-hal negatif lainnya, ia akan bersabar. Karena ia meyakini bahwa hal tersebut merupakan pemberian sekaligus cobaan bagi dirinya yang pasti memiliki rahasia kebaikan di dalamnya. Sehingga refleksinya adalah dengan bersabar dan mengembalikan semuanya kepada Allah SWT.<span class="apple-style-span"><o:p></o:p></span></span></div><div style="background-attachment: scroll; background-position-x: 0px; background-position-y: 0px; background-repeat: repeat; border-color: initial; border-style: initial; line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in; vertical-align: baseline;"><span style="color: #222222;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sabar bukan hanya sabar dalam menghadapi ujian. Ternyata kita dituntuk bersabar dalam segala hal. Sabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah, sabar dalam meninggalkan segala perbuatan maksiat. Sabar berarti <span class="apple-style-span"><span style="color: #222222;">menahan diri dari sifat kegeundahan dan rasa emosi, kemudian menahan lisan dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tidak terarah.</span></span></span><o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222222;"><br />
</span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Sesungguhnya hanya orang-orang bersabarlah yang diberi pahala tanpa dihitung (tidak terbatas).”</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> (Q.S Az-zummar: 10)<span class="apple-style-span"><span style="color: #222222;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><br />
</div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-indent: .5in;"><span style="background: white; color: #333333;">Semoga kita semua adalah termasuk orang yang sabar dan saling nasehat menasehati dengan kesabaran...<o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><br />
</div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-indent: .5in;"><i><span style="background: white; color: #333333;">“Demi masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian kecuali mereka yang beriman, beramal saleh, serta saling menasehati dengan kebenaran dan<span class="apple-converted-space"><span> </span></span><em>saling menasehati dengan kesabaran</em><span class="apple-converted-space">” </span>(Q.S Al-Ashr: 1-3)<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><br />
</div>Azizah Maulidahttp://www.blogger.com/profile/11965350216511591125noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9073216590574242317.post-79737322400713626662011-07-31T17:05:00.001-07:002011-08-04T19:02:55.067-07:00[Ceritaku] Bertemu Ibu<div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: large;"><br />
</span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;">Tulisan ini ku ketik tepat setelah aku bangun dari tidur dan kemudian deras mencucurkan air mata kembali. Hari pertama puasa, tak kusangka malah kulalui dengan beribu butir air mata. Aku tak dapat menahannya karena kerinduan yang luar biasa yang terpancar dari dalam hatiku. Rindu pada ibuku. Bulan ramadhan ini adalah ramadhan pertamaku tanpa seorang ibu. Ibu yang biasanya selalu menelponku, menanyakan sahur apa dan buka apa. Jika kemudian beliau menemukan sesuatu yang kurang special di dalam menuku, beliaupun memintaku untuk meningkatkan kualitas makananku.</span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;"><br style="line-height: 16px;" /></span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;">Kali ini kedua kalinya aku menangis di depan umum. Tadi malam aku menangis rindu dalam sholatku. Tarawih membuatku teramat merindukannya hingga tetesan bening menetes tak terkendali saat aku tarawih. Tapi ini ada efeknya, sholat Isya dan tarawihku tiba-tiba khusyuk luar biasa. Karena di sela rinduku, aku pun menyadari bahwa ternyata dunia ini semu dan sementara. Ujung dari segalanya adalah akhirat.</span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;"><br style="line-height: 16px;" /></span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;">Dari tadi malam dan hari ini, aku tak henti-hentinya merindukan ibu. Aku pun menangis. Air mataku tak dapat kubentung. Disela diamku, air mata sering nakal lewat mengalir begitu saja hingga tadi pagi, setelah selesai sahur, sholat subuh berjamaah dan membaca Al-Quran setengah juz, aku pun tidur karena mengantuk. Sebelum tidur, aku masih sempat meneteskan air mata rindu. Dan tiba-tiba, dalam tidurku aku bermimpi berjumpa dengan ibuku. Mungkin ini efek dari begitu luar biasanya aku merindukan ibu. Disela mimpi-mimpiku yang sedikit tak jelas, tiba-tiba aku bermimpi berada di ruang tengah kos dan ibuku datang.</span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;"><br style="line-height: 16px;" /></span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;">“Mama?”</span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;"><br style="line-height: 16px;" /></span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;">Seperti baru melihat sesuatu yang sudah lama sekali diidamkan, seperti mendapatkan surprise tak terduga, Sontak, aku langsung berlari memeluknya dengan erat. Dan tiba-tiba di dalam mimpi tersebut aku menangis sesenggukan sambil memeluknya. Emosiku keluar melalui tetesan air mata yang sama derasnya ketika emosiku bermain saat tarawih tadi malam. Beliau pun memelukku erat lalu membelaiku.</span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;"><br style="line-height: 16px;" /></span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;">“Mama…!” kataku sambil menangis. Kuarasakan bahwa emosiku saat itu benar-benar bermain, mengeluarkan air mata yang tak terekendali.</span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;"><br style="line-height: 16px;" /></span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;">“Sudah.. sudah..!” Beliau membelaiku hangat, menenangkan. Ini seperti dulu ketika aku tak sengaja jatuh kemudian menangis terisak. Mama datang menghampiriku, menggendongku, membelaiku dan menyapu perlahan bagian yang bengkak, sambil meneguhkanku mengatakan aku kuat dan menenangkan.</span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;"><br style="line-height: 16px;" /></span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;">“Mama.. maafkan aku!” aku tak tahu, tiba-tiba di mimpi tersebut aku berkata seperti itu. Meminta maaf atas segala kesalahanku yang lalu. Memang akhir-akhir ini aku juga sering menangis karena mengingat kesalahanku. Penyesalan-penyesalan atas sikapku terhadap ibu, atau penyesalan belum sempat memberikannnya yang terbaik ketika beliau masih hidup.</span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;"><br style="line-height: 16px;" /></span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;">Ketika aku mengatakan itu, tiba-tiba ibu mengguncangku seperti nada protes atas permintaan maafku. Seakan-akan beliau tak mau aku terus menangis meminta maaf padanya karena beliau sudah memaafkannya dari dulu. Hal ini malah tambah membuatku menangis setelah sadar dari mimpi.</span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;"><br style="line-height: 16px;" /></span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;">“Sudah!” katanya lagi menenangkan. “Ibu baik-baik saja. Tidak usah khawatir. Sudah nak, jangan menangis!”</span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;"><br style="line-height: 16px;" /></span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;">“Mama….” Kataku lagi sambil memeluknya lebih erat. “Aku sayang mama!” kataku lagi dan ini membuatku lebih deras mengeluarkan air mata.</span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;"><br style="line-height: 16px;" /></span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;">Aku masih menangis dalam pelukanya dan beliau terus menenangkanku sambil menceritakan apa yang di alaminya di dalam kubur. Inilah yang membuatku merasa mimpiku begitu unik. Dalam mimpi aku menyadarai ibu yang sudah tiada. Beliau mengatakan keadaannnya dalam kubur dan menanggapi pertanyaanku yang tiba-tiba menanyakan tentang ayah. Karena dalam mimpi tersebut, aku pun menyadari bahwa kubur ibu dan kubur ayah berdampingan. Aku bertanya “Mana ayah? Kenapa tidak kesini?”</span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;"><br style="line-height: 16px;" /></span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;">Tapi sayang aku lupa semua percakapanku dengan ibu. Yang jelas, mimpi tersebut membuatku lebih lega. Dan aku benar-benar bahagia bisa memimpikannya. Paling tidak, aku kembali merasakan hangatan pelukannya seorang ibu walau di dalam mimpi.</span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;"><br style="line-height: 16px;" /></span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;">Hingga sampai saat ini aku masih tak bisa mengingat apa saja yang dikatakan ibu padaku. Yang kuingat hanya di atas. Juga satu kata “Sebenarnya ibu sudah habis dimakan sawah!” yang dikatakan ibu dengan semangat bercerita. Seperti gaya ibu bercerita tentang apa saja yang dialaminya seaktu ibu masih hidup. Kata-kata yang unik. Tapi dalam mimpi tersebut aku mengangguk dan mengiyakan jasadnya sudah melebur pada tanah karena kubur ibu memang di dekat sawah. Itulah pikiranku dalam mimpi tersebut.</span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;"><br style="line-height: 16px;" /></span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;">Aku merasa bahagia bisa memimpikannya pagi ini.<strong style="line-height: 16px;"> Walau hanya sebuah mimpi</strong> dan <strong style="line-height: 16px;">mungkin hanya efek dari kerinduanku yang luar biasa padanya</strong>. Paling tidak, <strong style="line-height: 16px;">skenario mimpi tersebut berhasil membuatku merasakan kehadiran seorang ibu.</strong> Juga atas jawaban-jawaban ibu tentang keadaannya di alam sana walaupun aku lupa dan benar-benar lupa apa yang sudah dikatakan ibu padaku hingga ku bisa setenang ini.</span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;"><br style="line-height: 16px;" /></span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;">Setelah mimpi tersebut usai, mataku membuka perlahan dan tak kusangka aku kembali menangis hingga tulisan ini kubuat. Tapi setelahnya tiba-tiba aku merasakan ketenangan yang sangat. Benar-benar berkah di bulan ramadhan.</span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: large;"><br />
</span></div><blockquote style="border-left-color: rgb(204, 204, 204); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; color: grey; line-height: 16px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 10px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;">“Ya Allah, ampunilah segala dosa ibuku….”</span></div></blockquote><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: large;"><br />
</span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;">Sebuah kutipan pusis dari Kahlil Gibran</span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: large;"><br />
</span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"></div><blockquote style="border-left-color: rgb(204, 204, 204); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; color: grey; line-height: 16px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 10px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;">Ibu merupakan kata tersejuk yang dilantunkan oleh bibir – bibir manusia.</span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;">Dan “Ibuku” merupakan sebutan terindah.</span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;">Kata yang semerbak cinta dan impian, manis dan syahdu yang memancar dari kedalaman jiwa.</span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;">Ibu adalah segalanya. Ibu adalah penegas kita dikala lara, impian kata dalam rengsa, rujukan kita di kala nista.</span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;">Ibu adalah mata air cinta, kemuliaan, kebahagiaan dan toleransi. Siapa pun yang kehilangan ibinya, ia akan kehilangan sehelai jiwa suci yang senantiasa</span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;">merestui dan memberkatinya.</span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: large;"><br />
</span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;">Alam semesta selalu berbincang dalam bahasa ibu. Matahari sebagai ibu bumi yang menyusuinya melalui panasnya.</span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;">Matahari tak akan pernah meninggalkan bumi sampai malam merebahkannya dalam lentera ombak, syahdu tembang beburungan dan sesungaian.</span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: large;"><br />
</span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;">Bumi adalah ibu pepohonan dan bebungaan. Bumi menumbuhkan, menjaga dan membesarkannya. Pepohonan</span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;">dan bebungaan adalah ibu yang tulus memelihara bebuahan dan bebijian.</span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;">Ibu adalah jiwa keabadian bagi semua wujud.</span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;">Penuh cinta dan kedamaian.</span></div></blockquote><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: large;"><br />
</span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: large;"><br />
</span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><strong style="line-height: 16px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;">MARI MULIAKAN IBU</span></strong></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;"><br style="line-height: 16px;" /></span></div><blockquote style="border-left-color: rgb(204, 204, 204); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; color: grey; line-height: 16px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 10px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;"><strong style="line-height: 16px;">Dari sahabat abu hurairah radiyalhu ‘anhu beliau berkata : D</strong><em style="line-height: 16px;"><strong style="line-height: 16px;">atang seorang pria laki-laki kepada rasulullah kemudian dia bertanya : Wahai rasulullah, siapakah yang paling berhak untuk kuperlakukan dengan baik?” Beliau bersabda, “Ibumu”, Orang tersebut bertanya lagi,”kemudian siapa?”. Beliau bersabda,”Ibumu”. Orang tersebut bertanya lagi,”kemudian siapa?”. Beliau bersabda,”Ibumu”. Orang tersebut bertanya lagi,”kemudian siapa?”. Beliau bersabda,”Bapakmu” (HR. Bukhari dan Muslim)</strong></em></span></div></blockquote><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;"><br style="line-height: 16px;" /></span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: large;"><br />
</span></div><blockquote style="border-left-color: rgb(204, 204, 204); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; color: grey; line-height: 16px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 10px; padding-bottom: 0px; padding-left: 10px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><em style="line-height: 16px;"><strong style="line-height: 16px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;">Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS. Luqman 14)</span></strong></em></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: large;"><br />
</span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><em style="line-height: 16px;"><strong style="line-height: 16px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;">Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun (QS, Al-Ahqaf 15)</span></strong></em></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: large;"><br />
</span></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><em style="line-height: 16px;"><strong style="line-height: 16px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: large;">Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS, Al-Luqman 14)</span></strong></em></div><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: large;"><br />
</span></div></blockquote><div style="line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: large;"><br />
</span></div><div><br />
</div>Azizah Maulidahttp://www.blogger.com/profile/11965350216511591125noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-9073216590574242317.post-22047261985136888792011-07-18T05:04:00.000-07:002011-07-18T05:04:35.060-07:00[Kaca] Catatan Pak Dian<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Mbak!” seseorang menyentak. Aku dan temanku yang sedang menaiki motor pun segera menoleh ke belakang.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Lain kali jangan rem mendadak dong!” katanya lagi dengan nada yang cukup tinggi. Kurasakan dengan jelas kemarahan yang muncul dalam dirinya. Wanita berjaket hitam tersebut menyorotkan mata tajam kearah kami. Slayer putih menutupi mulut dan hidungnya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Lama kami tertegun dan kemudian aku pun tersadar bahwa baru saja aku menyuruh temanku menyetop motor karena tempat yang kami tuju terlewat. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Mau saya tabrak ya Mbak?” <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jujur saja, ketika melihat wanita itu, yang tebersit di pikiranku bukan rasa bersalah atau mungkin rasa sakit hati akibat ucapannya yang begitu menusuk hati. Yang ku ingat pertama kali adalah sebuah bacaan yang pernah kubaca, yaitu <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>catatan FB yang ditulis oleh Pak Muhammad Dian. Wah, apa yang kualami, hampir mirip dengan cerita pak Dian. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Aku dan temanku akhirnya menundukkan kepala sambil memohon maaf. Tapi yang kami dapat bukan penerimaan maaf melainkan mementalkan apa yang baru saja kami ucapkan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Maaf-maaf!” katanya kemudian sinis. “Kalau nggak bisa bawa motor itu nggak usah pake motor!” katanya lagi. “Mau saya tabrak? Lain kali jangan rem mendadak!” wanita itu terus menerus meluapkan kekesalan cukup lama.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pikiranku kembali melayang. Pikiranku menjamah pada catatan pak Dian yang berjudul “Pernahkah memakan telur dengan cangkangnya?” hingga akhirnya memoriku kupaksa mengingat apa pesan yang ada di dalamnya. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center; text-indent: .5in;"><em><span style="color: #333333; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dalam kehidupan terlalu sering kita terpaku pada PERISTIWA dan PROSES dibanding ISI yang terkandung di dalamnya.</span><o:p></o:p></em></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center; text-indent: .5in;"><em><span style="color: #333333; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></em></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Yupz, benar sekali. Bagian ini bagian penting. Tapi ada pesan terakhir lagi yang bisa kita terapkan langsung. Maka kupaksa lagi memori untuk mengingatnya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><strong><span style="color: #333333; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">selalu nikmati ISI dari kehidupan ini, abaikan segala hal yang membungkusnya. Hidup akan lebih efektif dan bahagia.</span><o:p></o:p></strong></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><strong><span style="color: #333333; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></strong></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><strong><span style="color: #333333; font-size: 12.0pt; font-weight: normal; line-height: 150%; mso-bidi-font-weight: bold;">Maka, akhirnya aku pun mementalkan segala kata-kata menyakitkan dari wanita tersebut. mengambil langsung isi darinya. Baiklah, lain kali kami akan lebih hati-hati. Akan kami usahakan untuk tidak rem mendadak karena itu akan membahyakan nyawa kami. Walau yang ini sebenarnya bukanlah kehendak kami untuk menyetop motor secara mendadak.<o:p></o:p></span></strong></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><strong><span style="color: #333333; font-size: 12.0pt; font-weight: normal; line-height: 150%; mso-bidi-font-weight: bold;"><br />
</span></strong></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><strong><span style="color: #333333; font-size: 12.0pt; font-weight: normal; line-height: 150%; mso-bidi-font-weight: bold;">Aku pun akhirnya menepuk pundak temanku yang memboncengku setelah wanita itu berlalu membawa kekesalannya, “Abaikan kekasarannya, kita perhatikan isinya!”<o:p></o:p></span></strong></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><strong><span style="color: #333333; font-size: 12.0pt; font-weight: normal; line-height: 150%; mso-bidi-font-weight: bold;"><br />
</span></strong></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><strong><span style="color: #333333; font-size: 12.0pt; font-weight: normal; line-height: 150%; mso-bidi-font-weight: bold;">“Ya mbak? Kenapa?” katanya kemudian sebenarnya masih belum mengerti.<o:p></o:p></span></strong></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><strong><span style="color: #333333; font-size: 12.0pt; font-weight: normal; line-height: 150%; mso-bidi-font-weight: bold;"><br />
</span></strong></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><strong><span style="color: #333333; font-size: 12.0pt; font-weight: normal; line-height: 150%; mso-bidi-font-weight: bold;">Aku diam, masih tertegun dengan barusan yang kualami juga merasa heran karena tak sedikit pun ada rasa sakit hati dalam hatiku. Kalau dipikir-pikir bungkusannya padahal teramat kasar. Malah temanku adayang bilang bahwa semua ini mirip parade sinetron.<o:p></o:p></span></strong></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><strong><span style="color: #333333; font-size: 12.0pt; font-weight: normal; line-height: 150%; mso-bidi-font-weight: bold;"><br />
</span></strong></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><strong><span style="color: #333333; font-size: 12.0pt; font-weight: normal; line-height: 150%; mso-bidi-font-weight: bold;">Aku hanya terus teringat pada catatan Pak Dian. Sebelumnya aku sudah pernah menasehati seseorang dengan catatan tersebut saat dia dihina oleh seorang temannya. Betapa cepatnya kemudian akulah yang mengalaminya. Ini seperti sebuah ujian atas nasehatku pada temanku. Apakah aku juga bisa menerapkan seperti pesan yang terkandung pada catatan Pak Dian yang kubaca. Tidak lucu kalau hanya bisa menasehati tanpa bisa melakukannya juga.<o:p></o:p></span></strong></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><strong><span style="color: #333333; font-size: 12.0pt; font-weight: normal; line-height: 150%; mso-bidi-font-weight: bold;"><br />
</span></strong></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><strong><span style="color: #333333; font-size: 12.0pt; font-weight: normal; line-height: 150%; mso-bidi-font-weight: bold;">Referensi link:<o:p></o:p></span></strong></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><a href="http://www.facebook.com/note.php?note_id=202957089752130">http://www.facebook.com/note.php?note_id=202957089752130</a><span style="color: #333333; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-weight: bold;"><o:p></o:p></span></div>Azizah Maulidahttp://www.blogger.com/profile/11965350216511591125noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9073216590574242317.post-49152428497344610012011-07-17T05:27:00.000-07:002011-07-17T05:27:48.423-07:00[Kaca] MENANGIS<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Hari ini adalah hari yang memalukan, hari yang mungkin tak seharusnya terjadi. Ah, hari ini membuatku ingin segera bernyanyi lagu opick, langsung pada bait di bawah<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>ini:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Andai bisa ku mengulang<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">waktu hilang dan terbuang<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Andai bisa perbaiki<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Segala yang terjadi<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tapi waktu tak berhenti<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tapi detik tak kembali<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Harap ampunkan hambaMU ini<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sungguh, aku pun tak mengerti mengapa saat itu aku tak dapat menahan diri. Walau gemericik tawa mengelilingi, tapi semua mental tak memperindah hati. Ah, murung itu begitu cepat menyelimuti, mempergelap suasana diri.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kenapa kejadian itu harus terjadi? Kejadian yang benar-benar sangat kusesali. Kejadian yang sebenarnya ku tak habis pikir hingga tangan ini pun lincah bermain pada keyboard. Menelusuri google dan mencari penyebab dari segala kejadian, yaitu “Mengapa Kita Bisa Menangis?”<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Hari ini memang begitu memilukan. Aku tak dapat menahan tangisan. Kejadian bermula dari telepon kakakku yang pertama. Sebenarnya jika aku menangis, bukanlah hal yang tak biasa. Akhir-akhir ini jika beliau yang menelepon, aku selalu mengeluarkan air mata. Inilah yang selalu kuherankan. Ada emosi yang memuncak setiap berbincang dengannya. Sialnya, hal itu kali ini terjadi DI DEPAN UMUM!!!! Ah, sungguh hati ini mengerucut malu. Aku yakin banyak yang menyadarinya. Terbukti dari banyaknya orang-orang sekelilingku yang kemudian bertanya-tanya, memperhatikan wajah merahku prihatin. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sesalnya lagi, aku masih tak dapat menahan air mata berlangsung dengan sangat lama. Ketika sudah mereda, otakku kemudian kembali memutar memori lama hingga emosiku kembali bermain dan air mata pun jatuh seketika. Ya Tuhan… kenapa aku jadi begitu?<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ah, sekarang akhirnya aku pun menjadi bertanya-tanya. Apa sih yang menyebabkan kita menangis? Mengapa permainan emosi begitu mudah menjatuhkan air mata? Sudah bersusah payah menahan, tetap saja mengalir sempurna itu air mata.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><b>SO, MENGAPA KITA BISA MENANGIS???</b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Setelah berinisiatif menyalakan laptop dan menelusuri dunia <i style="mso-bidi-font-style: normal;">google</i>, kutemukanlah beberapa artikel mengenainya. Salah satunya yaitu yang sebagai berikut:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Di atas sudut luar mata kita, tepat di bawah alis, ada kelenjar lakrimal atau lebih dikenal dengan kelenjar air mata. Ukurannya hanya sebesar buah kenari, tetapi organ yang kecil ini dapat menyemburkan aliran air mata.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sebenarnya ada 3 tipe air mata. Tapi yang akan kita bahas kali ini adalah air mata tangisan (air mata psikis), yaitu air mata yang disebabkan karena stres emosional yang kuat, depresi atau nyeri fisik. Bukan hanya emosi yang bersifat negatif, seseorang juga menangis saat dalam keadaan sangat bahagia. Yaitu air mata yang juga kukeluarkan dengan sangat memalukan di depan orang-orang banyak hari ini.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Cara timbulnya air mata psikis berbeda dengan air mata jenis lain. Terdapat sistem yang disebut sistem limbik yang terlibat dalam produksinya. Khususnya organ yang disebut hipotalamus. Cabang parasimpatis dari sistem otonom mengatur kelenjar lakrimasi (air mata) melalui neurotransmiter asetilkolin melalui reseptor nikotinik dan muskarinik. Ketika kedua reseptor ini teraktivasi maka kelenjar air mata akan menghasilkan air mata. (Haduh, ngomong apa sih? Pusing ya? Wekeke,, mari kita lanjutkan saja!)</span></span><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sistem saraf kita akan beralih ke modus stres ketika tubuh kita merasakan ancaman. Pada saat itu proses menangis adalah ditangguhkan. Hanya ketika seseorang mulai untuk bersantai bahwa kegiatan menangis terjadi. Fisiologis, sistem saraf parasimpatik bertanggung jawab untuk relaksasi. Menangis atau mengeluarkan airmata, adalah sebuah aktivitas parasimpatik juga. Jadi orang yang stres jangan menangis. Tetapi mereka tidak bahagia.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ketika seseorang menangis atas kehilangan, itu berarti sistem saraf semakin 'nyaman' atau mencapai suatu tahap 'menerima' kehilangan. Hal ini menyebabkan keseimbangan antara simpatik (stres yang menghasilkan) dan parasimpatis (relaksasi menghasilkan) bagian dari sistem saraf. Tangisan kesedihan yang melibatkan hampir SELALU berakhir.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Menangis bekerja untuk tujuan emosional, kata Sideroff, yang juga seorang assistant clinical professor of psychiatry di UCLA David Geffen School of Medicine. "Menangis adalah sebuah pelepasan. Menangis adalah sebuah penambah energi dengan perasaan-perasaan."</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="apple-style-span"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="apple-style-span">Menangis juga merupakah sebuah mekanisme pertahanan, catat Jodi DeLuca, PhD, seorang neuropsikologi di Tampa General Hospital di Florida. "Ketika anda menangis," katanya. "Ini adalah sebuah pertanda anda butuh menyampaikan sesuatu." Di antara hal-hal yang lain, menangis dapat berarti anda sedang frustasi, kewalahan, atau bahkan sedang berusaha untuk menarik perhatian seseorang, yang DeLuca dan para peneliti lainnya menyebutnya sebagai tangisan "secondary gain".</span><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Di atas itu semua, menangis memiliki tujuan biokimia. Menangis dipercaya dapat melepaskan hormon-hormon stres atau racun-racun dari dalam tubuh, kata Lauren Bylsma, seorang murid Phd di University of South Florida di Tampa, yang memfokuskan menangis pada penelitiannya.</span></span><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Baiklah, saya tak usah bertele-tele, kalau ingin lebih jelasnya lagi, bukalah <i style="mso-bidi-font-style: normal;">link</i> berikut di bawah ini:<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><a href="http://www.forumkami.net/cafe/26658-alasan-manusia-kok-bisa-menangis.html">http://www.forumkami.net/cafe/26658-alasan-manusia-kok-bisa-menangis.html</a><o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><a href="http://faktabukanopini.blogspot.com/2011/01/mengapa-kita-bisa-menangis.html">http://faktabukanopini.blogspot.com/2011/01/mengapa-kita-bisa-menangis.html</a><o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tapi ternyata menangis juga ada manfaatnya, menurut di artikel yang saya baca di link di atas, <span class="apple-style-span"><span style="color: #222220;">ketika kita menghadapi sesuatu masalah yang cukup menyesakkan, biasanya air mata muncul menjadi tangis, ternyata itu malah sehat <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dibandingkan dengan menghadapi sesuatu dengan berusaha menahan perasaan.<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Menurut Dr. William Frey dari Minnesota, menangis membuat seseorang merasa lebih baik karena air mata yang keluar berfungsi menghapus ketegangan syaraf pada tubuh, yang salah satu penyebab dari stress karena beban masalah yang ditanggung. Katanya lagi air mata itu ada 2 macam, air mata iritasi dan air mata emosional (air mata yang keluar karena dorongan emosional).<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Orang merasa jauh lebih baik menangis saat emosional karena air mata yang keluar mengandung lebih banyak protein termasuk hormon penyebab stress. </span></span><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="apple-style-span">Dengan menangis air mata yang keluar akan menstimulasi produksi hormon endorphin yang memunculkan rasa lega dan merasa lebih baik di dalam perasaan.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><b>JANGAN MENANGISSS!!!!!</b><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Wah, saya sebenarnya adalah salah satu orang yang sangat tak mendukung kata-kata “Jangan Menangis!!” Bagi diri saya pribadi, memang menangis memberikan banyak manfaat. Rasa sesak yang teramat menyesakkan dapat hilang seketika dengan menangis selega-leganya. Walaupun mungkin menangis membuat orang di sekeliling kita kadang merasa tak nyaman dan bingung mau berbuat apa. Mungkin salah juga jika menangisnya di depan umum seperti yang terjadi pada diri saya hari ini. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sering sekali saya mempertanyakan mengenai masalah menangis ini. Karena sering pula seseorang menyarankan untuk tak usah menangis. Apakah kita tak boleh menangis? Terutama yang sering saya dengar kita tak boleh menangis ketika ada yang meninggal dunia, karena tangisan itu akan berpengaruh pada si Mayyit. Saya sudah menghadapi dua orang yang sangat saya sayangi, meninggalkan kehidupan dunia yang masih saya jalani. Yang pertama adalah meninggalnya ayah, dan yang kedua meninggalnya ibu.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Lantas, apakah saya benar-benar tak boleh menangis? Sungguh rasanya tak sanggup sekali saya menahannya. Jika saya terus tahan, sesak di dada semakin menekan. Padahal tangisan yang saya keluarkan hanyalah tangisan penyesalan akan kesalahan-kesalahan yang sebelumnya saya lakukan kepada mereka hingga akhirnya saya pun sering memohon ampun kepada Tuhan. Dan setelahnya, biasanya adalah tangisan rindu yang tak tertahankan atau keterharuan akan segala cinta dan kasih sayangnya yang sudah saya rasakan.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tapi kemudian saya pun menemukan jawaban </span></span><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: Wingdings; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: Wingdings;"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: Wingdings;">J</span></span></span><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">,,<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tangisan yang murni lahir dari kasih sayang diperbolehkan secara Syar`i. Rasulullah pernah menangis tatkala putra beliau, Ibrahim, meninggal. Dan ketika ditanyakan kepada beliau, beliau bersabda:<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></i></b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Hati bersedih dan air mata berlinang, sedangkan Rabb tidak membenci hal ini”</span></i></b></span><span class="apple-style-span"><sup><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">(</span></sup></span><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Al-Albani mengatakan “Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Shahihnya, hadist no. 743; dan al-hakim dalam mustadraknya, J. l.h. 382. Keduanya dari Abu Hurairah dan sanad hasan).<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></i></b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Mata berlinang air mata dan hati diliputi kesedihan, tetapi kita tidak diperkenankan mengatakan (apapun) kecuali yang membuat Rabb ridha”</span></i></b></span><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> (Hr. Bukhari, Muslim dan Abu Dawud).<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sudah jelaskan? Hehehe.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Jadi intinya “Ayo Menangis!” lho? Kok malah ngajak nangis. Maksudnya, menangislah selagi kau butuh menangis karena sebenarnya menangis tidaklah dibenci oleh Allah. Yang tak diperbolehkan adalah meratap dan menyebut-nyebut jasa dan menangis lalu putus asa. Bedakan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>meratap dengan menangis sedih. Yang penting jangan pernah kita menyebut atau berkata dengan sesuatu yang Allah tak ridha denganya.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jujur saja, di saat kakak pertama saya menelpon, beliau mengelurakan kata-kata yang membuat saya sangat merindukan masa-masa silam bersama ayah dan ibu. Di tambah sms kakak kedua saya secara tiba-tiba. Smsnya seperti ini berbahasa Banjar:<o:p></o:p></span></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></i></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kena mun bulik fotocopykan nilai dr semester 1 s.d 4, dan fotocopy smua mata kuliah yg harus d selesaikan<o:p></o:p></span></i></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">(Nanti kalo pulang, fotocopykan nilai dr semester 1 sampai 4, dan fotocopy semua mata kuliah yang harus diselesaikan).<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-indent: .5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jemari ini pun membalas<o:p></o:p></span></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Yupz2… gasan ap?<o:p></o:p></span></i></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">(</span></i></span><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Yupz, buat apa?)<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Lalu, kakak pun kembali membalas,<o:p></o:p></span></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></i></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dulu abah minta tarus tiap semester harus ada tanda tangan ketua jurusan, mun rendah disariki sidin. Jadi skg siti hafizah, s.pd yang memantau.<o:p></o:p></span></i></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">(</span></i></span><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dulu ayah selalu minta tiap semester dan harus ada tanda tangan ketua jurusan, kalau rendah dimarahi beliau. Jadi sekarang siti hafizah, s.pd yang akan memantau).<o:p></o:p></span></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center; text-indent: .5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="Apple-style-span" style="color: #222220; font-family: 'Times New Roman', serif;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="Apple-style-span" style="color: #222220; font-family: 'Times New Roman', serif;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #333333; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Membaca kata “abah” membuat emosi rinduku kembali bermain. Sudah lama tak mendengar kata “abah” apalagi menyebut nama “abah” karena memang sudah tak ada lagi yang bisa kupanggil dengan kata “abah”. Otakku pun kembali bermain ke saat dimana dulu ayah selalu menanyakan akademikku di sekolah. wajah abah pun tergambar baik di otak lalu mengingat segala aktivitas beliau. Hati pun teramat sangat rindu denganya dan akhirnya air mata kembali menetes setelah sebelumnya dibuat menetes oleh kakak pertama saat menelpon.</span><o:p></o:p></span></span></div><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Air mata pun kembali menetes karena keharuan terhadap kakak keduaku yang mengirimkan sms tersebut. Ah, sungguh aku amat terharu. Karena bagiku hal itu adalah sebuah bentuk perhatian lebih yang sebelumnya tak pernah kudapat. Dan akhirnya.. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">bess,, bess,,,</i> kembali air mata merembes. Sungguh, hati ini teramat lama menahan batin, merindukan segala bentuk perhatian kecil yang sudah tak bisa kudapatkan dari kedua orang tua. Alhasil, disentuh sedikit saja dengan perhatian macam ini aku langsung menangis.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tapi setelahnya, aku kembali mengingat percakapanku dengan kakak nomor satu hingga air mata sungguh tak dapat ditahan. Begitu banyak alasan, begitu banyak pemikiran dan begitu banyak emosi yang terasakan saat berbincang dengannya hingga air mata meleleh tanpa henti. Perbincangan itu terlampau lumayan lama.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dan itulah sebenarnya sekelumit alasan mengapa aku menangis di hari ini. semoga tak ada tulisan yang Allah tak ridha dengannya. Ini hanya ingin menghilangkan prasangka. Karena saya yakin, banyak sekali hari ini yang menyaksikan wajah saya merah karena menangis. Yaitu mereka yang mungkin memperhatikan saya saat acara BEM di hari ini tadi.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Menangis memang boleh, tapi menampakan keceriaan sebenarnya akan memberikan pahala tersendiri bagi Muslim. Ah, inilah yang sebenarnya saya sesalkan di hari ini. kenapa tiba-tiba gejolak emosi itu datang di saat yang tidak tepat, yaitu di depan orang banyak.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Teringat hadis berikut:<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Maka, Rasulullah Saw. Bersabda: <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Janganlah kamu meremehkan sedikit pun dari amal kebaikan, meski hanya sekedar bertemu saudaramu dengan wajah yamg berseri-seri”</i>. (Hr Muslim).<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Hadis yang mungkin seringkali terlupa dan diri pun main remah menampakkan segala kesedihan yang ada. Atau pun linangan air mata yang terlanjur mengalir seiring kerinduan yang datang tiba-tiba. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="color: #222220; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tapi, jika bukan karena kejadian hari ini pun, saya tak akan memeperoleh 1 tulisan di hari ini. padahal sudah menargetkan untuk 1 hari 1 catatan. Maka, patutlah memang mensyukuri apa yang ada.<span style="mso-tab-count: 2;"> </span><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><o:p></o:p></i></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><br />
</div>Azizah Maulidahttp://www.blogger.com/profile/11965350216511591125noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9073216590574242317.post-23699062091222796852011-07-13T09:57:00.000-07:002011-07-13T09:57:04.905-07:00[Kaca] DISIPLIN<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">1 hari 1 tulisan. Inilah ide yang saya tawarkan lalu disetujui beberapa hari yang lalu setelah dikompor-kompori dulu oleh pak tukang kompor menulis, Pak Heri Cahyo, TKM. Tidak lucu kalau saya yang menawarkan dan kemudian saya yang melanggarnya. Jadi intinya, 1 hari harus ada 1 tulisan yang saya buat. Hitung-hitung untuk latihan menulis. Kali aja tambah lancar menulis di <i style="mso-bidi-font-style: normal;">keyboard</i> dan kemudian berhasil mengetik tanpa melihat <i style="mso-bidi-font-style: normal;">keyboard</i>. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Tak tik tuk, tak tik tuk tanpa liat keyboard,, dan tereng,, jadilah NOVEL. (maunya).<o:p></o:p></i></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><br />
</i></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sebenarnya saya tak punya ide menulis hari ini. Tapi tiba-tiba di ingatkan oleh kata-kata “<span class="apple-style-span">TULIS APA YANG ADA DIPIKIRAN, BUKAN MEMIKIRKAN APA YANG DITULISKAN.”<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span class="apple-style-span"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tapi apa ya? Apa ya yang sedang saya pikirkan? Wah jangan-jangan saya lagi nggak mikir nih. Oke, oke. Kita <i style="mso-bidi-font-style: normal;">flashback</i> dulu ke masa silam alias kejadian tadi pagi. Sebentar, saya ingat-ingat dulu tadi pagi saya ngapain ya? <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Oh iya, tadi pagi saya ada agenda menghadiri upgradingnnya salah satu kepanitiaan yang saya ikuti. Apa yang terjadi di pagi tadi membuat saya kembali memutar memori ke tulisan saya beberapa waktu yang lalu yang berjudul [kaca] SI TEPAT WAKTU. Karena di tulisan itu saya berikrar untuk tidak terlambat, maka sayapun mengusahakan untuk tepat waktu. Sayangnya waktu hendak berangkat saya belum sarapan dan ada teman menawarkan untuk membelikan sarapan. Tentu dengan senang hati saya terima dan waktu sudah menunjukkan puku 07.10. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Makanan pun sudah datang. Saya mulai sarapan dengan estimasi waktu sekitar 10 menit. Namun sayang estimasi saya kurang tepat ditambah dengan embel-embel yang lainnya. Alhasil saya pergi ketika jam handphone saya menunjukkan pukul 07.35. Ah, hari ini saya terlambat. Sayapun berpikir agar lain kali lebih mengestimasikan waktu dengan lebih cermat. Jangan menunda-nunda, itu intinya. Tapi ini masih belum sangat terlambat dan masuk dalam angka tolerir keterlambatan. Maka sayapun melangkahkan kaki dengan mantap. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Saya masih melangkahkan kaki saya. Sampai saat kaki saya entah sudah beberapa sekian langkah, saya teringat sesuatu. Ya tuhan, saya lupa membawa almamater. Ah, alamat kembali ke kosan. Estimasi waktu pun semakin tak tepat. Hati ini kemudian bergemuruh merasa menyesal. Padahal sebenarnya saya bisa lebih tepat waktu lagi. Tapi almamater harus dibawa. Akhirnya saya pun kembali ke kos untuk mengambil almamter. Dan tebak, jam berapakah saya sampai? Jam tujuh lebih lima puluhan menitan.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><span class="apple-style-span"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Sudah berikrar untuk tidak berpikir “Ah, paling acaranya molor.” Tapi sejujurnya hari ini saya sedikit kecewa. Undangan diberikan pukul 08.30 dan saya sudah merasa<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>cemas dan sesal kaarena hadir tidak pada waktunya. Namun, apa yang terjadi? Pikiran “Ah, paling acaranya molor” mulai goyah. Hampir rapuh dan rapuh. Hampir puhan dan punah. Acara yang di agendakan jam 07.30, ternyata dimulai jam 08.45. Apa apan ini? telat sekitar 85 menit. Saya tidak terima!<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><span class="apple-style-span"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><i>Eits, eits,</i> tiba-tiba ada pikiran lain nongol secara tiba-tiba. Bukankah kau bilang ingin menghilangkan pikiran “Ah, paling acaranya molor?”. Berarti kamu mencoba untuk menghilangkan pikiran tersebut. Namun tetap sadarlah bahwa hilangnya pikiran itu bukan berarti kenyataannya seperti itu. Kau hanya mencoba menjadi manusia yang baik bukan? <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Menjadi manusia yang disiplin, manusia yang lapang dan manusia yang setia. Itu tujuanmu. Jika kau kemudian marah karena acaranya tak mengikuti pikiranmu, berarti tujuanmu untuk menjadi manusia disiplin, lapang nan setia tidaklah terwujud. Lagi pula hari ini kau masih masuk kategori terlambat. Ingatlah itu!<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sayapun kembali tersentak dengan pikiran sendiri. , untuk pertemuan hari ini tadi, saya gagal menerapkan ikrar saya pada catatan saya sebelumnya, [Kaca] SI TEPAT WAKTU. Tapi tulisan ini adalah salah satu cara saya untuk terus mengingatkan diri, terus berusaha agar menjadi orang yang disiplin, lapang dan setia tak peduli bagaimana orang lain berlaku. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sebenarnya saya hanya mencoba untuk disiplin. Disiplin menulis sesuai tawaran saya kepada teman-teman saya di FLP, I hari 1 tulisan, maka saya tulislah tulisan ini. Selanjutnya adalah disiplin untuk berusaha datang tepat waktu, menghilangkan pikiran “ah, acaranya paling molor” sesuai dengan catatan saya sebelumnya. Jadi intinya, DISIPLINLAH=D.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Oke, saya rasa cukup sekian karena waktu hampir pukul dua belas malam. Gara-gara minum the racik, saya jadi tidak mengantuk. Ternyata kafein teh nggak kalah sama kopi.<o:p></o:p></span></div>Azizah Maulidahttp://www.blogger.com/profile/11965350216511591125noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9073216590574242317.post-9169148728067956702011-07-12T06:33:00.000-07:002011-07-12T06:33:19.835-07:00[Fiksilisasi Lirik] Tiada Duka yang Abadi<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tuhan, kali ini tulisanku penuh luka. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Ampuni aku yang menulis resah, ampuni aku yang menulis gundah. Izinkan butiran bening ini mengalir tanpa dosa. Bukan, bukan maksudku menggugat takdir. Sungguh, diri ini hanya ingin mengeluarkan rasa perih yang menggorogoti hati, meredakan rasa sakit yang menyakiti, melapangkan rasa sesak yang menghinggapi dan menguapkan perasaan sedih yang menjangkiti. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tiada duka yang abadi di dunia<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tiada sepi merantaimu selamanya<br />
Malam akan berakhir, hari akan berganti<br />
Takdir hidup akan dijalani<br style="mso-special-character: line-break;" /> <!--[if !supportLineBreakNewLine]--><br style="mso-special-character: line-break;" /> <!--[endif]--></span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tuhan, kuatkan aku dalam menghadapi takdir luka sampai waktu suka menghampiri diri.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tangis dan tawa nyanyian yang mengiringi<br />
Hati yang rindu tanda cinta dijalanNya<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Namun ku percaya hati meyakini<br />
Semua akan indah pada akhirnya</span></i><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kaulah yang maha tahu akan segala isi hati. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Andai bisa ku mengulang<br />
Waktu hilang dan terbuang<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><span class="apple-style-span"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tuhan, ada yang berdenyut sakit ketika sekelebat bayangan melintas, memaksaku memutar kembali kaset lama. Menghantarkanku pada padang lawas, sebuah penyesalan tiada tara, akan sekelumit peristiwa.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><br />
Andai bisa perbaiki segala yang terjadi<br />
Tapi waktu tak berhenti<br />
Tapi detik tak kembali<br />
Harap ampunkan hamba-Mu ini<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Hati ini benar-benar kelabu. Apapun sekelumit peristiwa masa lalu, hanya bisa mengharap segala ampunanMu. Sungguh, diri ini tak mungkin bisa kembali ke masa lalu. Bahkan yang hilang hanya bisa dirindu. Dan segala yang terlanjur, hanya sesal menyelimut.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Waktu berputar rebulan dan matahari<br />
Bunga yang mekar akan layu akan mati<br />
Malam akan berakhir, hari akan berganti<br />
Takdir hidup akan dijalani<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><span class="apple-style-span"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tuhan, izinkanlah aku memetik rindu, sedikit membulirkan kristal bening mata yang jatuh dari terjangan hati. Bukan, bukan untuk menggugat, tapi sebagai bukti proses diri menjalani takdir. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tangis dan tawa nyanyian yang mengiringi<br />
Hati yang rindu tanda cinta dijalan-Mu<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><span class="apple-style-span"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Karena setelah kelabu akan terbit terang, <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>setelah suram akan terbit cerah dan setelah tangisan, akan terbit senyuman. Karena setelah duka akan datang rasa suka.<o:p></o:p></span></span></div><div style="line-height: 18.0pt;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: black;">Namun ku percaya hati meyakini<br />
Semua akan indah pada akhirnya<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><br />
</div>Azizah Maulidahttp://www.blogger.com/profile/11965350216511591125noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-9073216590574242317.post-39447111177957217392011-07-11T09:04:00.000-07:002011-07-11T09:04:08.060-07:00[Fiksilisasi Lirik :D] Bila Waktu Telah Berakhir<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ketika dunia hampir dalam genggaman, semua perhiasannya adalah tujuan. Dan ketika kegagalan demi kegagalan berhamburan. Ah, ini hanya kesuksesan yang tertunda. Kaki pun terus melangkah. Mata lurus menatap ke atas. Aku akan mencapainya. Namun, ketika keadaan tak lagi mendukung, kegagalanpun dirasa bukan lagi sebuah proses menuju kesuksesan. Hati merasa iri, serasa jatuh harga diri. Lihatlah mereka yang berhasil dengan segala perhiasannya. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br />
</span></i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">bagaimana kau merasa bangga<br />
akan dunia yg sementara</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Harusnya akulah yang mendapatkan posisi itu. Harusnya perhiasan dunia itu milikku dan bukan miliknya. Kenapa? Kenapa? Kenapa dia selalu mendapatkan apa yang dia inginkan. Ah, kenapa aku selalu berada di bawahnya?<o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 18.0pt;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: black;"><br />
</span></i></div><div style="line-height: 18.0pt;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: black;"><b>bagaimanakah bila semua hilang dan pergi<br />
meninggalkan dirimu<o:p></o:p></b></span></i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Bagaimana kalau semua hilang dan pergi? Tidak! Itu tidak boleh terjadi! Bukankah yang kudapatkan masih sedikit?<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><br />
</span></i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">bagaimanakah bila saatnya<br />
waktu terhenti tak kau sadari</span></i><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></i></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Tiba-tiba kepalaku berdenyut sakit. Aku pusing. Apa? Sekarang aku sudah pusing? Bagaimana jika setelah pusing tiba-tiba aku jatuh sakit lalu bertambah parah dan parah? Maka waktuku benar-benar berhenti.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><br />
</span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><b>masikah ada jalan bagimu untuk kembali<br />
mengulangkan masa lalu<o:p></o:p></b></span></i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ah, tentu waktu suatu saat akan berhenti tanpa disadari. Tak akan ada jalan untuk kembali. Masa lalu tak akan terulangi.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><br />
</span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><b>dunia dipenuhi dengan hiasan<br />
semua dan segala yg ada akan<br />
kembali padaNya<o:p></o:p></b></span></i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Semua hal yang kudapatkan saat ini akan hilang. Aku tahu ini hanya sedikit. Tidak sebanyak punya mereka. Lantas, kenapa aku selalu memikirkan mereka yang mendapat lebih banyak? Bukankah ini hanya sementara?<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><br />
</span></i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><b>bila waktu tlah memenggil<br />
teman sejati hanyalah amal</b><br style="mso-special-character: line-break;" /> <!--[if !supportLineBreakNewLine]--><br style="mso-special-character: line-break;" /> <!--[endif]--></span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Aku ingin masih mendaki, menggapai apa yang ingin kuraih. Mungkinkah aku bisa menghilangkan rasa iri ketika melihat yang lain bisa mencapainya lebih cepat? Mendapatkannya lebih banyak? Ah, siapa aku yang harus terus menerus memikirkan itu? kenapa tak kupikir saja berapa banyak amalku sambil berlalu mendaki, mencapai mimpi.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><br />
</span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 18.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><b>bila waktu telah terhenti<br />
teman sejati tingallah sepi</b><o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Dan ketika waktu terhenti, mereka-mereka tentulah lenyap dari diri. Setelahnya tentu diri sendiri menghadap sepi. Menanggung semuanya sendiri. Mempertanggung jawabkan apa yang sudah diperbuat diri.<o:p></o:p></span></div>Azizah Maulidahttp://www.blogger.com/profile/11965350216511591125noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9073216590574242317.post-57653068164854748622011-07-10T06:31:00.000-07:002011-07-10T06:31:15.223-07:00[Kaca] SI TEPAT WAKTU<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">“Jadi, kapan kita akan rapat lagi?”</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">“Besok jam 9 ya!”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">“Deal!”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">“Oke”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">“Tapi harus tepat! Jangan seperti hari ini! kasihan yang nunggu lama!”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">Sebuah percakapan yang sudah sangat biasa. Harus tepat ya! Kata-kata inipun kerap kali diucapkan saat orang-orang merencanakan janji bertemu kembali, berharap agar besok semua datang tepat pada waktunya. Namun apa yang terjadi? Kadang yang berucap bahkan tidak mengikuti apa yang dikata. Hasilnya, perjanjian yang awalnya dimulai jam 9, menjadi jam 10 bahkan mungkin jam 12 setelah adzan dzuhur berkumandang.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">Sebenarnya aku pun bukan orang yang bisa dicap sebagai orang yang <i style="mso-bidi-font-style: normal;">on time</i> (bahasa kerennyalah =D). ketika janji itu misalnya jam 9, aku kerapkali terlambat sekitar 15 bahkan 30 menit. Karena aku selalu berpikir “ah, paling juga molor” dengan tanpa sadar bahwa banyak orang yang berpikiran sama dan memutuskan hal yang sama, memolorkan waktu. Walau demikian, ilmu statistika tetaplah berlaku dalam sebaran normal. Pencilan itu pasti ada. Lantas, siapakah pencilan disini? Pencilan disini adalah orang yang tidak berpikir seperti yang di atas. Yaitu orang yang selalu berpikir <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“sudah disepakati pertemuan jam 9, maka aku harus datang tepat pada waktunya!”</i> sehingga dia pun adalah orang yang datang pertama kali dalam kesepakatan itu.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"></div><a name='more'></a>Teringat sebuah kejadian ketika aku memiliki agenda pertemuan.<o:p></o:p><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">“Apa? Kalian masih mau sarapan?” seorang temanku pernah sedikit <i style="mso-bidi-font-style: normal;">shock</i> <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>ketika datang ke kos untuk mengajak pergi bersama ke pertemuan tersebut <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dan aku masih sarapan. “Ini sudah jam berapa? Apa kalian tidak pernah mengatur jadwal? Missal aku ada agenda jam sekian lalu makan, mandi dan sebagainya dilakukan jam sekian?” katanya lagi mengomel.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">Aku yang lagi sarapan waktu itu pun seketika terhenti. Hatiku berdenyut kesal. Kesal yang mungkin tak seharusnya. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ni anak, ngomel-ngomel. Kalau nggak suka, duluan aja kenapa sih? Emang orang melankolis, kerjaannya terstruktur sekali.</i> Tapi sebenarnya secara tak langsung aku sangat memuji dan mengaguminya sebagai orang yang melankolis sempurna ini, yang terorganisir dengan baik. Wah, anak ini hebat sekali. Jadwalnya sangat teratur dan dia sangat mengutamakan ketepatan waktu. Dia adalah tipe orang yang ketika berjanji akan menepatinya sebaik mungkin.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">“Ah, kamu kayak nggak tahu aja. Pasti molor deh acaranya!” kataku kemudian menimpali. Yah, pikiran seperti biasanya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">Tapi dalam hati sebenarnya aku merasa berdosa untuk mengatakannya. Secara langsung aku berdoa agar acaranya molor dengan perkataan tersebut. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Ah, kamu kayak nggak tahu aja. Pasti molor deh acaranya!”</i><o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">Bagaimana kalau kita bersama-sama meninggalkan pikiran ini? Lalu menggantinya dengan ketika acara itu jam 8, maka aku tidak boleh datang melebihi jam tersebut. Artinya, datang tepat pada waktunya. Kalaupun acaranya nanti molor karena kebiasaan orang-orang yang molor, biarlah kita tetap pada keteguhan prinsip kita bahwa kita adalah pemegang amanah yang sangat baik. Jangan sampai kita menjadi alasan kejengkelan untuk orang-orang yang datang tepat waktu namun harus mengalami nasib <i style="mso-bidi-font-style: normal;">na`as</i>, menunggu acara dimulai sampai para penganut paham jam karet datang. Hal ini tentu akan sangat mendzholimi mereka yang datang tepat waktu. Hargailah mereka-mereka yang sadar akan pentinganya waktu.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">Aku akan berbagi sedikit ceritaku di hari ini. Kebetulan hari ini aku punya dua janji. Yang pertama, ke sekretariat BEM untuk mengantarkan photocopian brosur jam 08.00 dan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>ke Mesjid Al-Falah untuk melanjutkan proyek dengan beberapa teman jam 08.30. Waktu bangun pagi, diri pun berikrar, hari ini aku harus datang tepat waktu. Tapi sayangnya, karena sesuatu hal, akupun terlambat datang ke sekretariat BEM. Aku menemukan temanku Jakfar yang sudah berada disana dan menunggu sendirian. Wah anak ini tepat waktu sekali. Tapi mana yang lainnya? Baiklah, hari ini ikrarku sebenarnya tak berhasil untuk pertemuan di BEM. Tapi setidaknya aku adalah pendatang kedua. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">Setelah sampai di sekretariat BEM, aku pun segera menyerahkan nota dan pergi meninggalkan temanku yang datang pertama tersebut menuju masjid Al-Falah. Kali ini aku harus datang tepat waktu, rasanya sangat tak lucu jika aku telat sementara akulah yang terus menerus mengingatkan teman-teman agar kali ini datang untuk tepat waktu. Aku harus jadi orang pertama yang datang. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Sesampainya di mesjid Al-Falah, aku segera melihat ke sekililing mencoba memeriksa apakah teman-teman sudah datang atau belum. Aku berharap akulah yang pertama kali datang dan berharap setelahnya, tanpa selang waktu banyak menit, teman-teman yang lain datang semua. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">Aku tak melihat teman yang lain sudah datang. Jadi, akulah yang pertama. Aku masuk ke dalam masjid dan yang kulihat hanyalah seorang laki-laki yang sedang sholat, kemungkinan dia sedang sholat duha. Dari belakang terlihat seperti ustadz Pembina asramaku dulu di MAN3, hingga kukira orang itu adalah ustazdku. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Sudah berniat setelahnya mau menyapa. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Namun, betapa terkejutnya aku karena yang sebelumnya kukira Pembina asramaku dulu, adalah salah satu temanku yang juga terikat dalam pertemuan kali itu. wah, ternyata aku tetap yang kedua. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">Dua agenda dan menjadi yang kedua hadir dalam kesepakatan. Tapi tak apa, setidaknya aku datang tetap tepat pada waktunya. Dan tak lama yang lain menyusul. Beruntung hari ini molornya tak begitu lama. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Its amazing</i> sebenarnya. Jika semuanya pada datang lebih awal lagi, mungkin akan terasa melegakan dan menyenangkan. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Time is money!!<o:p></o:p></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">Pernah dapat pelajaran dalam pentingnya hadir tepat waktu. Seseorang memintaku untuk memperhatikan surah an-nam ayat 20-21.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Dan dia periksai burung-burung , lalu dia berkata : Mengapa aku tidak melihat burung takur? Apakah dia termasuk yang tidak hadir ? Sungguh akan aku siksa dia dengan siksaan yang sangat berat, atau sungguh akan aku sembelih dia atau dia segera datang kepadaku dengan keterangan yang jelas.”</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"> (An-naml 20-21)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">Silahkan renungkan sendiri isinya dan silahkan buka Al-Quran kalian untuk melihat kelanjutan ceritanya. Bila perlu, buka tafsir mengenainya =D.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">Aku memutuskan untuk merubah kebiasaan datang tak tepat waktu. Kata-kata “Ah, paling juga molor” akan kucoba untuk menghapuskannya dari kebiasaanku. Kumulai dari usahaku dalam memenuhi dua agenda hari ini walau aku masih menjadi yang kedua. Setidaknya masih tepat waktu dan tidak menjadi yang paling terakhir karena yang terakhir adalah orang yang dzholim terhadap si awal. Lalu, bagaimana dengan kalian? Akankah tetap pada kebiasaan lama atau masih selalu berpikir “Ah, paling acaranya molor?”<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">LIFE IS CHOICE ^^. Hidup adalah pilihan dan setiap pilihan memiliki alasan. Akankah alasan itu konkrit dan dapat diterima demi kehidupan yang lebih baik? Atau malah sebaliknya?<o:p></o:p></div>Azizah Maulidahttp://www.blogger.com/profile/11965350216511591125noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9073216590574242317.post-9739060590005915922011-07-08T23:30:00.001-07:002011-07-08T23:30:59.665-07:00Melepas Penat<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Aku tak tahu apa yang sedang kupikirkan. Tapi rasanya ada segunung materi membuat berat dihati. Hingga sesak ditahan dan terasa begitu perih. Kristal beningpun menahan diri. Tapi semua begitu kunikmati. Karena akupun tak tahu lagi bagaimana harusnya semua terjadi. Yang kutahu inilah yang harus kujalani. Biar kadang terasa perih menahan berat, biar kadang sesak menahan beban.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Memangnya aku bisa apa selain menjalani konsekuensi dari hidup.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">HIDUP ITU PILIHAN. Sebuah kata yang sebenarnya sering terngiang dalam hidupku. Setiap orang memiliki takdir masing-masing dan memiliki pilihannya masing-masing. Namun pilihan itupun sebuah keputusan yang tak mungkin mengabaikan proses.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><i style="mso-bidi-font-style: normal;">Setiap orang punya pilihan dan setiap pilihan memiliki alasan.<o:p></o:p></i></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><br />
</i></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sesungguhnya aku tak ingin memilih keputusan itu. Tapi sayang tubuhku terlanjur masuk dalam jalan itu. walaupun semua tahu tak ada yang mewajibkan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>untuk masuk kesana bahkan Tuhan sekalipun. Tidak akan ada dosa ketika kita<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tak masuk kesana. Tapi keterlanjuran ini membuatku harus menerima peraturan Tuhan. Karena keterlanjuran inilah kemudian aturan Tuhan berlaku. Tapi yakinlah bahwa Tuhan sudah merencanakan sesuatu untuk hidup kita semanis dan sepahit apapun itu.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><br />
</div>Azizah Maulidahttp://www.blogger.com/profile/11965350216511591125noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9073216590574242317.post-70434793622899980882011-07-06T09:13:00.000-07:002011-07-06T09:21:47.714-07:00Pelajaran dari VM (Virus Maker)<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center; text-indent: .5in;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><br />
</b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="apple-style-span"><span style="line-height: 150%;">Ada orang yang komputernya habis diserang virus. Datanya berubah menjadi shortcut semua. Diapun murka, “Aku marah, kesel, bete', aku kutuk orang yang udah menciptakan virus itu menjadi melarat, dan menderita kehilangan. Istigfhar, cha! Astafigrullah, ya Allah kembalikanlah folderku"</span></span><span class="apple-converted-space"><span style="line-height: 150%;"> </span> <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-converted-space"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 150%;">Miris sebenarnya melihat kemarahan orang ini pada si pembuat virus. Mungkin kalau saya jadi dia, saya juga akan kesal setengah mati. Jadi ingat waktu pertama kali punya laptop yang ternyata pemberian terakhir ayah. Dan virus pertama yang menjangkitinya adalah virus “bluefantasi”. Berhubung saya waktu itu gaptek, nggak punya pengetahuan cukup tentang laptop, sayapun menangis sejadi-jadinya. Saat itu rasanya hidup ini hancur karena laptop yang sebelumnya sudah saya jaga dengan sangat baik dari virus, akhirnya kena juga. Padahal sebelumnya saya tak pernah sembarangan menancapkan flashdisk atau apapun ke laptop saya. Tapi ngapain juga waktu itu saya pakai acara nangis ya? Padahal virusnya cuman numpang nampang doang </span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">dan nggak merusak. Ah, itulah salah satu akibat tak tahu menahu tentang permasalahan pada laptopnya sendiri. Bisanya cuman mikir negatifnya saja.</span><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-converted-space"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 150%;"></span></span><br />
<a name='more'></a><span class="apple-converted-space"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 150%;">Eh, tapi sebenarnya apa sih virus itu? Kadang virus itu sangat menyebalkan sekali. Ada virus yang benar-benar bahaya bagi komputer. Kenapa bisa membuat computer kita kacau balau? Atau membuat kita menjerit melihat kecacatan pada proses <i style="mso-bidi-font-style: normal;">loading</i> komputer kita?<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 150%;">Menurut artikel yang saya baca, virus itu <span class="apple-style-span">merupakan suatu program yang mempunyai kemampuan dapat berkembang biak dan menyebarkan dirinya ke media penyimpanan lain.Virus akan aktif, kalau sesuatu yang mengandung virus dijalankan</span> dan <span class="apple-style-span">bergantung pada system lain</span>. <span class="apple-style-span">Biasanya menyebar dalam satu Sistem Operasi</span>.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="apple-style-span"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 150%;">Sebenarnya saya bukan bermaksud untuk membahas masalah virus dan mekanisme kerjanya disini. Cuman baru saja saya membaca sebuah kisah tentang seorang vm (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">virus maker</i>) di buku “Dan Monalisa pun Tertawa” hingga ingin sedikit berbagi. Untuk membasmi virus, maka basmilah pembuatnya. Tapi itu sangat tidak mungkin. Jadi, yang mungkin bisa kita lakukan hanyalah mengambil sisi positifnya saja dari semuanya. Daripada terus mengumpat kasar mengutuk si pembuat virus, bagaimana kalau kita berpikir positif saja kepada mereka yang telah membuat virus.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="apple-style-span"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="line-height: 150%;">Virus maker</span></i></span><span class="apple-style-span"><span style="line-height: 150%;"> sebenarnya hanyalah manusia biasa yang mungkin ingin memperlihatkan keberadaanya pada masyarakat. Anggap saja tujuan mereka baik bahwa mereka ingin menyadarkan kita sebagai <i style="mso-bidi-font-style: normal;">user</i> agar tidak menjadi pengguna komputer yang tak mau tahu sama sekali tentang masalah yang terjadi pada komputernya dan hanya bisa langsung menyerahkannya pada yang lebih tahu untuk menyelesaikannya. <o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="apple-style-span"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="line-height: 150%;">Virus maker</span></i></span><span class="apple-style-span"><span style="line-height: 150%;"> sebenarnya hanya sekelompok orang yang hanya ingin mengasah ilmu tentang pemogramannya. Mereka tetap punya tujuan mulia yaitu menuntut ilmu pemrograman =D. Mereka hanyalah orang-orang yang senang dengan kreatifitas pemrograman. Mereka sekumpulan orang yang senang dengan ketidakaturan dan kecerobohan system. Mereka adalah orang yang berniat menyadarkan kita, bahwa <i style="mso-bidi-font-style: normal;">operating system</i> yang kita gunakan sebenarnya memikili celah kekurangan. <o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="apple-style-span"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="line-height: 150%;">Virus maker</span></i></span><span class="apple-style-span"><span style="line-height: 150%;"> hanya ingin melatih ketelatenan kita dalam menjaga komputer, melatih kecerdasan kita dalam memperbaiki operating system dan menguji kesabaran kita dalam menghadapi masalah.<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="apple-style-span"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="line-height: 150%;">Virus maker</span></i></span><span class="apple-style-span"><span style="line-height: 150%;"> hanyalah sekelompok orang yang ingin menyadarkan kita agar tak terlalu memuja kecanggihan si komputer, karena yang paling canggih tetaplah Allah SWT yang telah menciptakan otak untuk kita.<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 150%;">Yah, mungkin itulah sedikit yang bisa kita ambil pelajaran dari si <i style="mso-bidi-font-style: normal;">virus maker</i> walaupun logika dan jalan berpikirnya sedikit salah. Menggunakan logika dan kecerdasan di tempat yang salah. Menganggu para <i style="mso-bidi-font-style: normal;">user</i> dan bahkan kadang membuat malapetaka tak terduga. Tapi segala sesuatu dapat dipandang dari setiap sudut berbeda-beda. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="line-height: 150%;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Dunia bukan sekedar hitam dan putih saja, tapi harus dilihat dari sisi mana kita melihat hitam dan putih itu” –Arthas Drolervo-</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: small;"><o:p></o:p></span></span></i></div>Azizah Maulidahttp://www.blogger.com/profile/11965350216511591125noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9073216590574242317.post-42936385931461002402011-06-26T06:23:00.000-07:002011-06-26T06:33:14.791-07:00Tanamlah<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 16px;">Aku tersentak ketika membuka salah satu blog temanku. Di dalamnya, dia menceritakan peristiwa paginya yang membuatnya seketika tersadarkan akan sesuatu karena sebuah pesan pagi. Pesan itu berbunyi seperti ini:</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;"><span class="apple-style-span"><b><i><span style="color: black; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Sebuah cerita tentang seseorang yang baru bangun tidur di pagi hari dan merenungkan tentang kunci sukses dalam hidup ini ..</span></i></b></span><span style="color: black; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt; line-height: 150%;"><br />
<span class="apple-style-span"><b><i>jendela kamar tidur berkata " bangun, lihatlah dunia "</i></b></span><br />
<span class="apple-style-span"><b><i>langit2 kamar berpesan "Bercitacitalah setinggi mungkin"</i></b></span><br />
<span class="apple-style-span"><b><i>jam dinding berdetak " Setiap menit itu berharga"</i></b></span><br />
<span class="apple-style-span"><b><i>cermin pun menimpali " berkacalah, sebelum bertindak"</i></b></span><br />
<span class="apple-style-span"><b><i>kalender meja lirih berbisik " Jgn tunda samapi besok apa yang bisa kamu kerjakan hari ini"</i></b></span><br />
<span class="apple-style-span"><b><i>pintu berteriak " ayo, dorong yang keras & beranjaklah, mulailah hari !"</i></b></span><br />
<span class="apple-style-span"><b><i>tp... yang wajib diperhatikan adalah pesan dari lantai kamarmu " wudhulah, basuhkan air diwajahmu , BERLUTUTLAH & BERDOA ...</i></b></span><span class="apple-converted-space"><b><i> <o:p></o:p></i></b></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-indent: .5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sebuah pesan yang ternyata cukup membuatnya tersadar akan sesuatu. Sebuah pesan yang ternyata sangat melekat di hatinya sampai membuatnya tergerak untuk memposting peristiwanya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Lantas, sebenarnya apa yang membuatku tersentak dan sesaat terbengong melihat blognya? Bukan </span><br />
<a name='more'></a><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">karena pesan itu sebenarnya. Cukup simpel, karena yang memberikan pesan pagi itu sebenarnya adalah aku. Pesan itu kuterima dari ketua keputrian Rohis di Fakultasku. Pesan yang hanya kulihat sepintas lalu ber <i style="mso-bidi-font-style: normal;">oh</i> sekedarnya dalam hati. Pesan yang menurutku memang cukup bagus namun biasa efeknya bagiku. Terlalu sering mendapatkan pesan motivasi seperti itu, kadang hatipun terasa bosan dan akhirnya pesan itu berlalu begitu saja. Padahal kalau dibaca lagi, pesan tersebut penuh arti dan teguran akan lalainya kita di pagi hari.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Saat menerima pesan itu, yang kulakukan akhirnya memilih temanku acak yang bukan merupakan teman organisasiku. Kurang lebih 5 (agak lupa berapa yang jelas hanya sedikit=D). Kupilih mereka acak dan kukirimkan pesan itu termasuk temanku yang memposting pesan tersebut di blog. Aku mengirimkan asal-asalan. Sebenarnya aku jarang memforward pesan motivasi ke orang-orang. Karena ya itu tadi. Karena terlalu sering mendapatkannya, entah mengapa tiba-tiba aku jadi bosan sendiri dengan sms motivasi. (Hal yang lumrahkan kalau bosan? Hehehe,, harusnya pesannya bisa lebih kreatif lagi. Hihi,, ngeles,, padahal pesannya cukup untuk membuat kita sadar dari lalai).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tapi postingan temenku tersebut menyadarkanku akan satu hal. Aku tak pernah menyangka sebelumnya kalau temanku tersebut begitu terhenyak dengan pesan yang kukirim. Sampai memposting kembali pesan tersebut di blog. Padahal hanya sekedar sms motivasi biasa yang hanya terdiri dari beberapa karakter kata.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Mungkin intinya, tebarkanlah kebaikan walau hanya sekedar sms motivasi=D. Dari sekian sms kebaikan yang kita kirimkan, kita tak pernah tahu siapa yang paling tersadar akan sms yang kita kirim. Apesnya kalau yang menerima adalah orang sepertiku yang tiba-tiba merasa bosan dan menerimanya biasa saja. Hehehe, peace ^^’V. Tapi bersyukurlah ketika sms itu kuforward ke orang lain dan orang lain tersebut tiba-tiba menjadi sadar akan sesuatu. Pahalanyakan system MLM tho? Hehehe.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Teringat akan hadis berikut ini:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Rasulullah saw. Bersabda, <i><b>“Bila hari kiamat tiba dan di tangan salah seorang dari kalian terdapat tunas pohon kurma, tanamlah!”</b></i> (H.R Ahmad dalam musnadnya, III, 183)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Hadis yang cukup sering saya ingat. Bisa kita ambil artinya. Ketika hari kiamat tiba, langit terbelah, gunung meletus, bumi berguncang dengan hebatnya dan laut meledak sekalipun, ketika di tangan kita ada benih kebaikan, maka tanamlah! Meskipun kita mungkin tak melihat hasilnya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Kadang kita malas melakukan sebuah kebaikan ketika kita tak melihat hasil yang berarti dari apa yang kita lakukan tersebut. Kita akhirnya putus asa dan menyerah untuk tak melakukannya. Bisa berkaca pada pengalaman saya tadi. Jujur saja, saya awalnya begitu malas untuk mem<i>forward</i> sms tersebut. Entah ada angin-angin dari mana hingga akhirnya saya tergerak untuk mengambil acak sedikit teman saya, dikirimkan pesan tersebut. Dan ternyata, satu di antaranya begitu tersadarkan olehnya. Memang, kita tak pernah tahu di antara calon kontak di handphone kita, mungkin ada yang sangat membutuhkan sms motivasi. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kalau kembali pada hadist di atas tadi, implementasinya juga bisa pada harusnya kita bersikap optimis. Menanam tunas pohon kurma membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk berbuah. Dalam hadist tersebut kita disuruh untuk menanamnya walau kiamat tiba. Kita tak akan bisa melihat hasilnya tentunya. Tak akan ada yang selamat dari kiamat. Jadi intinya, tanamlah tunas-tunas kebaikan walaupun harapan hasil buahnya tak terlihat. Teruslah berusaha dan bangkit meski kiamat tiba. Yang kita lakukan hanyalah berusaha, soal hasil itu urusan Yang Maha Kuasa, Allah SWT. Dan yang harus kita lakukan hanyalah memforward sms berisi pesan kebaikan untuk teman-teman kita. Hehehe. Walau kita tak melihat efek berartinya seperti apa=D.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Oh iya, Kebetulan juga nih lagi masa UAS khusus mahasiswa Brawijaya Malang, maka yang harus kita lakukan adalah berusaha untuk UAS nanti =D. BELAJAR YANG RAJIN!!! Soal hasil, urusan Allah SWT. Jangan menebar tunas contekan ke teman-teman ya dan jangan pula mencari tunas contekan ke teman-teman ^^,, Mari kita tanam benih kejujuran walau kita sering melihat apesnya anak yang jujur karena curangnya anak yang tak jujur. Karena yakinlah, soal hasil, itu urusan Allah SWT. Segala jerih payah kita pasti akan dinilai dan diberi ganjaran.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Terakhir nih, sekedar memberikan cuplikan dari syairnya Imam Syafi`I untuk yang sedang menghadapi UAS dan giatnya menuntut ilmu:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Kuadukan kepada guruku Waki` tentang lemahnya daya ingatku, maka beliau memberiku petunjuk agar meninggalkan kedurhakaan. Beliau juga menyampaikan bahwa ilmu adalah nur (cahaya) sedang nur ilahi tidak di anugerahkan kepada pendurhaka.”<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Oke untuk semua yang membaca postingan ini. Mari kita tanamkan nilai-nilai kebaikan dimana saja dan kapan saja juga pada kondisi bagaimanapun=D dan tinggalkanlah segala kemaksiatan dan kedurhakaan. Dan untuk mahasiswa Brawijaya sekarang, mari hadapi UAS dengan penuh usaha, doa dan senyuman,, hoho =)<o:p></o:p></span></div>Azizah Maulidahttp://www.blogger.com/profile/11965350216511591125noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9073216590574242317.post-65950086717757285492011-05-07T04:55:00.000-07:002011-05-29T19:11:15.658-07:00Cukup Kujaga Kau dengan Doa<blockquote style="border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-left-width: 5px; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 15px; padding-right: 15px; padding-top: 0px;"><div style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">“Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah, bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepadaKu, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)Ku dan hendaklah mereka beriman kepadaKu agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Al-Baqarah: 186)</div></blockquote><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><div style="text-align: center;"><em>Doa adalah ibadah. </em></div></div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><div style="text-align: center;"><em>Doa adalah senjata. </em></div></div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><div style="text-align: center;"><em>Doa adalah benteng. </em></div></div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><div style="text-align: center;"><em>Doa adalah obat. </em></div></div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><div style="text-align: center;"><em>Doa adalah pintu segala kebaikan.</em></div></div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><div style="text-align: center;"><br />
</div></div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">“Mairaa,,” panggilku dengan menadayu khas anak kecil sambil celingak celinguk memperhatikan rumah tetanggaku tersebut. Apakah Maira akan segera keluar atau tidak.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">“Mairaa..” panggilku sekali lagi dengan suara cempreng khas anak kecil. Tapi sayang tak kulihat sedikitpun tanda-tanda kemunculannya. Yang ada hanya sahutan ibunya dari dalam rumah.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">“Mairanya lagi tidur siang Da, mainnya besok-besok saja lagi ya!”</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">Kudengar samar-samar di dalam rumah itu suara Maira yang merengek ingin keluar menemuiku bermain. Aku yang saat itu masi berumur 10 tahun hanya bisa kembali ke rumahku dengan hati kecewa. Padahal hari itu kami sama sekali belum bermain apapun, tapi Ibu Maira sudah melarangnya untuk bermain. Akhirnya akupun kembali ke rumah, menjadikan kucing-kucingku sasaran untuk bermain.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">Ada satu hal yang baru kusadari ketika aku mengingat masa kecilku bahwa aku jarang sekali diatur oleh kedua orang tuaku. Tidak seperti teman-temanku yang kadang kudapati menekuk wajah kecewa karena tidak boleh kesana kemari atau mungkin merengek tidak mau tidur siang. Seperti halnya Maira. Aku?</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><a name='more'></a><br />
<div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"> Rasanya tak pernah kudapati orangtuaku berkata padaku, “Jangan kesana! Jangan kesini!” Atau yang paling sering kudapati pada teman-temanku, “Tidur siang nak!”</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">Aku merasa benar-benar dibebaskan, tak pernah diatur-atur sedemikian rupa. Sepulang sekolah aku bisa melakukan apapun sesuka hatiku. Bermain-main sepuasnya diluar jadwal sekolah Al-Quran tentunya.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">“Aku nggak ikut camping, nggak boleh sama orang tua!” kata temen SDku saat itu. Akupun sedikit kecewa karena kelompokku akhirnya berkurang.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><em>Aku nggak boleh ini sama ayah, aku nggak boleh itu!</em> Sering sekali rasanya kudengar teman-temanku berucap demikian. Sedangkan aku tak pernah sedikitpun merasa khawatir tidak diperbolehkan.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">“Aku mau kesini!” jawab kedua orang tuaku hanyalah “iya, hati-hati! Keperluannya apa?” selesai.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">Sekarang aku berpikir bahwa kedua orang tuaku benar-benar percaya sekali padaku. Buktinya masuk SMP aku sudah disekolahkan jauh dari mereka. Prinsip ayahku cuman 1 “anak itu jangan dipegang trus, lepaslah dia biar mandiri!” intinya sperti ini.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"> Hampir semua keinginanku dulu selalu dipenuhi. Alhasil kadang ada rasa malas tidak usah izin orang tua menyergap. Ujungnya pasti aku akan diperbolehkan. Itulah pikiranku dulu.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">Kenapa orang tua percaya sekali padaku? Kadang aku berpikir seperti ini. bisa saja sebenarnya kepercayaan itu kugunakan untuk hal yang tidak-tidak. Tapi aku sangat bersyukur aku tak pernah berpikir untuk melakukan hal-hal yang melanggar moral. Kadang aku berkaca pada beberapa teman-temanku. Dari mereka ada yang sepertiku, sangat dipercaya oleh kedua orangtuanya, tapi hatiku miris melihatnya yang malah semakin tak karuan.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">Dan kenapa aku menjadi anak yang baik yang taat dan hormat pada aturan? Dan apakah orangtuaku tak khawatir sedikitpun padaku yang langsung dilepas jauh dari mereka? Padahal banyak anak-anak yang dilepas dengan niat mengjarkan mereka mandiri, tapi hasilnya anak itu malah menjadi anak liar yang hidupnya tak karuan.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">Dan baru kusadari bahwa sebenarnya <strong>mereka bukan percaya padaku,</strong> melainkan<strong>mempercayakanku pada yang Maha Menjaga. Mereka percaya bahawa Yang Maha Penjaga akan selalu menjagaku dalam kebaikan.</strong></div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><strong></strong></div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">Aku pernah mendapati handphone ayahku dengan <em>wallpaper</em> photoku. Masih zaman-zaman <em>handphone</em>berkamera dan aku dengan udiknya menggunakannya untuk mengambil photoku <em>close up</em> sebanyak-banyaknya. Tapi kenapa yang dijadikan wallpaper malah photoku? Harusnya photo ayah sendiri biar keren. Itulah pikiranku dan lantas langsung mencari-cari photo ayahku.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">“Eh, jangan diganti-ganti itu!” tiba-tiba ayah langsung mencegatku.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">“Biar keren itu yang dipasang photonya ayah!” akupun ngeyel. Sama sekali tak terharu sedikitpun kalau yang dipasang adalah photoku sendiri.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">Ayah mengambil handphonenya kembali.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">“Ini supaya ketika ayah liat hp, ayah akan langsung berdoa untuk kebaikanmu!”</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">Aku lantas diam. Saat itu aku sedikit terharu tapi aku baru menyadari sekarang bahwa kata-kata itu adalah kata-kata termanis yang pernah kudengar dari ayahku. Doa? Ya, ayahku tak pernah over protective terhadapku. Beliau hanya menjagaku dengan doanya, menitipkanku pada yang Maha Penjaga. Bukankah sebaik-baik penjaga adalah Dia? Apalagi doa ayah dan ibu adalah doa yang mustajab.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><em>“Ini supaya ketika ayah liat hp, ayah akan langsung berdoa untuk kebaikanmu,”</em></div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><blockquote style="border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-left-width: 5px; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 15px; padding-right: 15px; padding-top: 0px;"><div style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">Tiga macam do’a dikabulkan tanpa diragukan lagi, yaitu doa orang yang dizalimi, <strong>doa kedua orang tua</strong>, dan do’a seorang musafir (yang berpergian untuk maksud dan tujuan baik). (HR. Ahmad dan Abu Dawud)</div><div style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div></blockquote><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">Mengingatnya barulah aku sadar bahwa doa mereka benar-benar mempengaruhi hidupku. Ibu dan ayah adalah sosok orangtua yang kukenal sangat kuat doanya, sangat kuat dzikirnya. Terutama ayah, aku selalu mendapati mulutnya komat-kamit berdzikir diwaktu luang terutama saat pagi dan petang. Aku ingat sekali pernah ciut ditegurnya karena mengajaknya ngobrol saat beliau berdzikir di subuh hari. Dan disela-sela dzikirnya, aku sangat yakin beliau selalu berdoa untuk anak-anaknya.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">Bukankah begitu banyak anak yang dilepas orangtuanya dengan maksud mandiri malah menjadi tak karuan? Bukankah banyak anak yang benar-benar dijaga dan dididiik dengan segala cara namun ternyata juga malah nihil hasilnya diantara berhasilnya orangtua yang lain? Karena aku yakin aku seperti ini adalah berkat doa-doa mereka.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">Itulah juga kenapa aku merasa bahwa ketika mereka berdua masih hidup hatiku selalu tentram, rezekiku lancar terutama dalam akademik. Keberuntungankupun banyak, akupun adalah anak baik yang hormat dan patuh pada guru. Semua itu berkat doa mereka.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">Aku masih ingat bahwa saat SMA kelas satu aku masih seorang anak yang patuh dan hormat. Setelah ayah meninggal, mungkin karena sedikit down dan lebih sering kembali pada kesedihan, akademikku langsung turun dan akupun tiba-tiba menjadi anak yang sedikit bandel. Begitu banyak peraturan asrama yang kulanggar dan akupun jadi mulai malas-malasan. Rupanya ada satu doa yang hilang dan aku tak memperkuatnya dengan doaku sendiri.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">Dan sekarang? Satu doa kembali hilang dari ibuku. Lantas, apakah ketika dua doa mustajab itu hilang aku harus berdiam diri? Harusnya aku memperkuatnya dengan doaku sendiri. Bukankah Dia tetap adalah penerima doa?</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><blockquote style="border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-left-width: 5px; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 15px; padding-right: 15px; padding-top: 0px;"><div style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">Tiada seorang berdo’a kepada Allah dengan suatu do’a, kecuali dikabulkanNya, dan dia memperoleh salah satu dari tiga hal, yaitu dipercepat terkabulnya baginya di dunia, disimpan (ditabung) untuknya sampai di akhirat, atau diganti dengan mencegahnya dari musibah (bencana) yang serupa. (HR. Ath-Thabrani).</div></blockquote><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">Hal yg sulit ketika kita kehilangan orang yang kita sayangi. Kuakui ini, apalagi ketika kusadari bahwa yang hilang tidak hanya orang yang disayangi melainkan doa mustajabnya. Tapi Allah tetap adalah Maha Pemurah dan penyayang.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">Ketika dua kekuatan itu sudah hilang, kini saatnya memperkuatnya dengan menambah kekuatan itu sendiri.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">Doa, ya, mari kita perkuat doa kita! Dan bagi yang masih memiliki orangtua, jangan lupa untuk meminta doa mereka. Doa mereka adalah kekuatan besar untuk diri kita. Bukankah di hadis sudah dikatakan:</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><blockquote style="border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-left-width: 5px; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 15px; padding-right: 15px; padding-top: 0px;"><div style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">“Tiga macam do’a dikabulkan tanpa diragukan lagi, yaitu doa orang yang dizalimi, <strong>doa kedua orang tua</strong>, dan do’a seorang musafir (yang berpergian untuk maksud dan tujuan baik).” (HR. Ahmad dan Abu Dawud).</div><div style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div></blockquote><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"> Doa kedua orang tua memang mustajab, semoga kita juga tak pernah lupa berdoa untuk mereka, sebagai bukti bakti kita kepada mereka,</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><em>“Ya Allah, sesungguhnya mereka, ibu dan ayahku teramat menyayangiku, maka sayangilah mereka. Ya Allah sesungguhnya mereka teramat mencintaiku, maka cintailah mereka. Ya Allah, sesungguhnya Ibu dan ayah selalu memaafkan kesalahanku, maka ampunilah dosa-dosa mereka”</em></div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><blockquote style="border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-left-width: 5px; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 15px; padding-right: 15px; padding-top: 0px;"><div style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><strong>“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku dan kasihilah keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”</strong></div></blockquote><blockquote style="border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-left-width: 5px; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 15px; padding-right: 15px; padding-top: 0px;"><div style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><strong>“Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).” [Ibrahim:41]</strong></div></blockquote>Azizah Maulidahttp://www.blogger.com/profile/11965350216511591125noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-9073216590574242317.post-34945115576271728822011-02-08T21:14:00.000-08:002011-05-29T19:10:33.428-07:00Sebuah Nasehat untuk Nasehat<div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">“Wudhu seperti itu tuh salah!” seseorang berkopiah dengan baju koko putih bersih tiba-tiba bercelutuk ketika melihat seorang pria sedang berwudhu.<br />
<br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">Seketika juga sang pria tersentak dan terhenti dari wudhunya. Kepada siapa lagi pria berbaju koko ini berbicara kalau tidak kepadanya karena dialah satu-satunya yang berwudhu saat itu. Sedangkan yang lainnya hanyalah bocah-bocah yang ramai bermain dalam keceriaan. Saat itu juga tiba-tiba keramaian bocah terhenti. Seluruh mata kini reflek menatap pria dengan parfum yang tercium harum tersebut dan kemudian berbalik menatap pria yang sedang berwudhu.<br />
<br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">“Terus bagaimana yang benar?” sang priapun akhirnya balik bertanya dengan wajah sedikit merah padam. Suaranya serak seperti menahan amarah. Rupanya sang pria sedikit jengkel juga walaupun dia menyadari bahwa dirinya salah. Tepatnya sang pria kesal karena malu. Disana banyak orang dan banyak anak kecil juga salah satu putranya yang kini menyaksikan ayahnya yang tak becus dalam berwudhu.<br />
<br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">Dalam hati kini pria membatin “Mentang-mentang banyak ilmunya!” alih-alih merasa berterima kasih karena tengah hendak dibetulkan wudhunya, sang pria malah beralih meredam sakit hati dalam hati karena telah ditergur terang-terangan di depan orang banyak. Sang pria hanyalah manusia biasa yang pastinya punya perasaan.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><strong>~~~~~~~~~~~</strong></div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">Sedikit merenung tadi malam setelah membaca sebuah buku pada bab Nasihat dan akhirnya membuat saya tergerak menuliskan ini. Bukan karena apa-apa namun lebih karena saya amat tertohok dengan setiap baris kata-kata di dalamnya. Karena saya baru </div><a name='more'></a>sadar bahwa ternyata menasehati itu amat tinggi pahalanya disisi Allah. Dan karena saya juga miskin ilmu sehingga tak dapat menasehati, maka tidak apalah, semoga sepenggal tulisan yang merupakan rangkuman dari beberapa tulisan ini merupakan sebuah nasihat yang baik.<br />
<div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">Rasulullah bersabda “Agama adalah Nasihat” (HR Al-Tirmidzi: 1927 dan An-Nasa`i: 4211)</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">Seorang sahabat datang seraya mengabarkan “<strong><em>Rasulullah membaiatku atas tiga hal: mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan memberikan nasihat kepada setiap muslim</em></strong>”. (HR. Al-Bukhari : 57 dan Muslim:197)</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">Agama adalah nasihat dan saya sendiri merasa perlu sekali nasihat. Teringat firman Allah <strong><em>“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah kondisi suatu kaum sampai mereka merubah kondisi diri mereka” (Q.S Al-Ra`d:11)</em></strong>. Ketika kita ingin merubah diri kita tentu perlu nasihat. Bukankah kita manusia biasa yang sangat sering khilaf?</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">Nasihat menjadi amat penting dalam kehidupan sebagai sarana meluruskan masyarakat: <strong><em>“Kalian adalah umat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia sedang kalian memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran. (Q.S Al-Imran: 110)</em></strong></div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><strong><em></em></strong></div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">Wah, saya sangat yakin semua sudah menyadari akan pentingnya mencegah kemungkaran terutama yang semangat dalam bidang dakwah. Karena untuk menjadi orang-orang yang taat kita perlu memberikan nasihat. Ketika kita menyampaikan nasihat, kita sedang memperbaiki kondisi umat dan mengangkat martabat mereka.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">Namun sekarang permasalahannya adalah bagaimanakah cara mensaehati yang baik? Kita tentu tak boleh asal menasehati tanpa memikirkan bagaimana caranya? Bukankah Rasulullah bersabda bahwa <strong><em>Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya</em></strong>. (HR Abu dawud dan tirmidzi). Maka tentu kita perlu memperhatikan adab-adab dalam memberi nasehat.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">Dan menurut buku yang saya baca, karangan Dr. Amr Khaled, beliau berpesan “Berikanlah nasihat dijalan Allah! Ingatlah, diantara adab memberi nasihat adalah tidak menyampaikan nasihat di depan umum. Engkau tidak boleh mendatangi orang dan membuat wajahnya pucat pasi dihadapan orang banyak. Dengan begitu alih-alih memberi nasihat, engkau malah membuat orang lari. Manusia bukanlah malaikat. Seluruh manusia pernah berbuat salah. Kasihanilah, maafkanlah, dan berlaku lemah lembutlah kepada mereka! Ingat, dirimu pun sering berbuat salah.”</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">Dalam buku Dr. Amr Khaled dituliskan apa saja syarat nasihat</div><ol style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 16px; padding-bottom: 0px; padding-left: 25px; padding-right: 10px; padding-top: 0px;"><li>Meyakini kebenaran nasihat yang disampaikan.</li>
<li>Niat tulus. Pemberian nasihat bukan untuk tampil dihadapan manusia dan memosisikan diri lebih tinggi dari yang lain.</li>
<li>Menasihati tidak di depan umum dan tidak dengan membuka aib orang<strong><em>. Orang mukmin memberi nasihat dan menutupi aib, sedang orang munafik membuka dan menyebar aib.</em></strong></li>
</ol><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">Hmm… Senada dengan pernyataan ini, Imam Syafi’i menjelaskan uslub yang terbaik dalam menyampaikan nasehat yang tersebut dalam kumpulan syairnya )Diwan Asy-syafi’i/ 96):</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><em>“Biasakanlah nasihatmu (disampaikan) dalam kesendirianku</em><em></em></div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><em><em>Dan hindarilah (menyampaikan) nasehat di perkumpulan orang</em></em></div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><em></em></div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><em><em>Karena sesungguhnya nasehat di tengah orang banyak merupakan salah satu bentuk</em></em></div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><em><em>Penghinaan yang tidak aku relakan untuk mendengarnya</em></em></div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><em><em>Jika engkau menyalahi dan melanggar ucapanku ini</em></em></div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"></div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><em>Maka janganlah kecewa (kesal) jika tidak ditaati (nasehatmu)”</em></div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">4. Menyampaikan nasihat dengan lembut.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">Seorang laki-laki mendatangi khalifah Harun Al-rasyid untuk memberinya nasihat. Ia berbicara dihadapan khalifah dengan kasar: “Engkau melakukan ini dan itu.” Apa tanggapan khlaifah? Khalifahpun bertanya, “Saudaraku, apakah engkau lebih baik daripada Musa A.S? “Tidak,” jawabnya. Harun Al-rasyid bertanya lagi, “Apakah aku lebih jahat daripada firaun?” “Tidak”, jawabnya. Harun Al-Rasyid melanjutkan, “kalau begitu, jika dirimu tidak lebih baik daripada Musa dan aku tidak lebih buruk daripada firaun, tidakkah engkau mengetahui bahwa Allah berfirman kepada Musa, <em>“Katakanlah kepadanya dengan ucapan yang lemah lembut! Semoga dengan itu ia sadar atau merasa takut”(Q.S Thaha:44)</em></div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">Kembali pada cerita si bapak yang ditegur wudhunya pada cerita yang saya tuturkan di awal. Seperti itulah kira-kira kurang lebih cerita yang saya tangkap disalah satu artikel media dakwah. Dan didalam artikel tersebut penulis mengingatkan sebuah pesan dari guru ngajinya dulu. “Jangan sekali-kali kita melakukan <em>amar ma’ruf nahi munkar</em><em> </em>itu dengan cara yang kasar dan menyakitkan hati seseorang, karena telah banyak <em>amar ma’ruf nahi munkar </em>yang justru menimbulkan <em>amar munkar nahi thaat</em> (memerintahkan kemungkaran dan mencegah ketaatan). Lebih dikawatirkan lagi, karena sebab salah cara dalam ber <em>amar ma’ruf nahi munkar</em><em> </em>menimbulkan kebencian seseorang kepada hukum Allah. Maka bisa juga <em>amar ma’ruf nahi munkar</em><em> </em>itu dapat menyebabkan kekafiran seseorang karena bencinya terhadap Syariat.”</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">Saya hanya mencoba merangkum beberapa bacaan yang saya baca. Saya adalah orang yang tak pandai dalam memberi nasihat ato malah termasuk orang yang dibilang merugi karena tak berani dalam menyampaikan nasihat. Semoga kita semua menjadi orang yang berhati-hati dalam memberi nasihat sehingga tidak menyakiti hati orang lain. Dan semoga kita tidak kehilangan kesempatan untuk memberi nasihat di jalan Allah! Teringat hadis berikut:<strong><em>“Tiga golongan pertama yang masuk surga adalah; orang yang mati syahid, orang yang menjaga diri dan kehormatan, serta orang yang beribadah kepada Allah dengan ihsan dan memberikan nasihat kepada manusia.”</em></strong></div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: left;">NB: Semoga yang membaca ni tulisan paham deh. Kok kayaknya rangkuman saya amburadul y? hhe, masih belajar menulis nonfiksi tepatnya,, dr merangkum beberapa tulisan :D</div><div><br />
</div>Azizah Maulidahttp://www.blogger.com/profile/11965350216511591125noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-9073216590574242317.post-73908666229866329842011-02-07T18:56:00.001-08:002011-05-29T19:15:01.996-07:00KARENA POLISI (POLISI DILARANG BACA) Kejadian kecelakaan pertamaku<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span">Aku adalah orang yang sedikit <i>phobia </i>dengan polisi. Walaupun Dari lubuk hati yang terdalam aku benci dengan polisi, tapi rasa takut itupun ada dikala melihat polisi. Seharusnya ketika aku membenci polisi aku akan sangat jengkel melihatnya dan bahkan mungkin merencanakan rencana jahat untuk memusnahkan mereka. Tak mungkin ada kata takut ketika melihat orang yang sangat kita benci, malah mungkin semangat berani balas dendam. Tapi aku juga sedikit takut ketika harus melihat polisi.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span">Aku benci polisi? Kenapa? <i>Ah</i>, kurasa diriku tak perlu menjelaskannya karena bagian cerita ini bukan alasan memangapa aku membenci polisi. Bagian cerita ini adalah ceritaku ketika takut berhadapan dengan polisi.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span">Aku begitu takut dengan polisi. Disamping takut kalau tiba-tiba dimasukin penjara sama mereka karena dikira penjahat, aku sangat takut jika mereka menanyakan SIM C. SIM C? ya, SIM C! Aku sudah sangat sering mengemudikan kendaraan bermotor roda dua tapi aku belum memiliki surat izin mengemudinya. Karena itulah setiap aku bepergian menggunakan motor, aku sangat takut jika tiba-tiba ada polisi yang sedang razia. Alhasil, akupun jadi takut sendiri ketika ada polisi dijalan-jalan, di pos polisi dan dimanapun walaupun mereka tidak sedang razia.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span">Dan ini adalah beberapa kata-kata temanku dan sepupuku ketika kukatakan aku takut bawa motor kalau ada polisi.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span"><i>“Kalau bawa motor itu nyantai aja, ada polisi ya cuek aja. Dirimu kalau gerogi gitu malah bikin curiga polisi. Polisi itu tahu gelagatnya orang-orang!”</i></span></div><div style="text-align: justify;"><i></i><br />
<a name='more'></a><i><br />
</i></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span"><i>“Halah, kalau nggak ada razia ya nggak apa-apa kali! Orang polisinya cuman nangkring di pos polisi doang, ngapain kamu gerogi?”</i></span></div><div style="text-align: justify;"><i><br />
</i></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span"><i>“Kalau ada razia itu mah gampang. Kamu tinggal menepi aja di pinggir jalan. Pura-pura mau beli apa gitu ditoko!”</i></span></div><div style="text-align: justify;"><i><br />
</i></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span"><i>“Masuk aja ke halaman rumahnya orang! Bilang numpang bentar bu sampai razia berakhir! Begitu! Kalau ada razia itu pasti ketahuan dari jauh banyak motor yang antri dan tentunya ada polisi berjaga!”</i></span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span">Dan sekelumit kata-kata orang lainnya ketika aku berkata aku belum punya SIM dan tidak berani bawa motor walau aku sudah bisa menggunakannya.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span">Tapi ternyata dalam beberapa tahun ini, rasa terdesak membuatku mengalahkan rasa takut dan merasa bersalah tidak punya SIM. Alhasil, dirikupun sudah sering bawa motor kesana kemari tanpa SIM. Tapi aku tak dapat memungkiri kalau hatiku kadang deg-degan juga ketika melihat ada polisi. Takut tiba-tiba ada razia.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span">Dan rasa gerogi terhadap polisi membuatku harus mengalami hukuman.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span">Waktu itu aku habis mengantar sepupuku pulang ke kontrakannya yang ada di Banjarmasin sementara rumahku di banjarbaru yang perjalanannya sekitar 45 menit. Karena hari sudah mau maghrib, kuputuskan untuk sholat maghrib dulu baru pulang daripada aku harus mampir dulu di tengah jalan mencari mesjid untuk sholat maghrib. Sementara aku sendirian dan tak ada teman.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span">Waktu itu memang sudah malam dan kaca penutup helm semakin membuat penglihatan gelap saja. Tapi kalau kaca penutup helm itu tak kugunakan, maka yang ada debu masuk kemata membuat penglihatanku tambah tak sempurna. Akhirnya dengan hati-hati aku mengendarai motor pulang menempuh perjalanan 45 menit ke rumah.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span">Sebenarnya aku sudah 3 kali menempuh perjalanan malam-malam dari Banjarmasin ke banjarbaru. Mungkin karena sebelumnya aku habis jalan-jalan seharian yang melelahkan membuatku sedikit tak konsentrasi dalam mengendarai motor ditambah kejadian bertemu polisi. Kalian sudah tahukan kalau aku gerogi kalau lihat polisi.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span">Waktu itu tepat di bundaran dekat bandara aku tiba-tiba melihat polisi dengan sepeda motornya yang penuh lampu menepi di jalan. Setelah itu diapun kembali menancapkan gasnya dan aku ada tepat di belakangnya. Wah, ada polisi batinku dan muncullah rasa gerogi itu. Padahal aku sudah berpikir untuk tidak usah gerogi. <i>Polisinya cuman sedang berjaga-jaga saja melihat lalu lintas. Jangan sampai kau memunculkan gelagat aneh. Ok? Ok?</i> Dan pikirankupun malah dipenuhi dengan hal-hal itu. <i>Jangan gerogi jangan gerogi.</i> Alhasil aku malah tidak konsentrasi dan tidak sadar kalau mengemudiakan motor terlalu menepi sedangkan ditepi jalan ada lobang yang sangat dalam.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span"><i>Brakk!!!</i> Dan dalam waktu sepersekian detik aku hanya bisa sadar kalau aku sudah jatuh dari motor dengan posisi miring ke kanan. <i>Wew</i>, untungnya dibelakang tidak ada mobil atau truck. Kalau sampai ada kiamatlah sudah.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span">“Wah dek, kamu tidak apa-apa?” seorang <i>mas-mas</i> nan baik hati tiba-tiba menyetop motornya dan kemudian menghampiriku membantuku mendirikan motor.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span">Aku masih tak dapat berpikir saat itu. Sedikit <i>shock</i> juga mengapa aku bisa jatuh. Ini pertama kalinya dalam sejarah hidupku jatuh dari motor.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span">Aku membersihkan bajuku yang sedikit kotor dan aku tambah <i>shock</i> ketika melihat telapak tanganku sedikit terkelupas. Oh tidak, telapak tanganku sedikit lecet dan terasa perih. Kaki sebelah kanankupun sakit, tapi saat itu aku tak memperhatikan apa yang terjadi pada kakiku. Aku tambah tak dapat berpikir lagi karena tiba-tiba seorang polisi yang sebenarnya mau kuhindari malah balik menghampiriku.<i> Oh no!</i></span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span">“Nggak apa-apa dek?”</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span">Aku masih diam dan sedikit menampakkan wajah melas alias meringis karena perih.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span">“Tadi ditabrak orang apa jatuh sendiri dek?”</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span"><i>Nah lho,</i> sebenarnya sedkit malu juga mau jawab.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span">“Jatuh sendiri mas!” jawabku pada mas-mas yang menghampiriku duluan tersebut. “Nggak tahu kalo ada lobang!” tunjukku pada lobang yang sudah membuatku celaka.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span">“Rumahnya dimana dek?” balik pak polisi yang menanyaiku.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span">Aduh hatiku jadi tidak karu-karuan. Mengapa pula nih polisi nanya-nanya? Mau nganterin saya ke rumah? <i>Aduh!</i> Dan sekelebat pikiran aneh-anehpun muncul. Jangan-jangan nih polisi bertanya-tanya lagi, “<i>Mbak ini kok bisa jatuh sih? Bisa ngendarain motor nggak sih? Atau jangan-jangan tak punya SIM lagi?”</i> <i>huwaaa!! </i>Harus jawab bagaimana aku? Aku memang tidak punya SIM dan tidak bawa SIM. Bagaimana kalau polisi ini menyuruhku untuk memperlihatkan SIM? <i>Oh tidak!</i> Harus denda berapa diriku?</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span">“Di belakang brimob pak!” jawabku kemudian sambil meringis menahan sakit dan perih.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span">“Nggak kenapa-kenapa kan dek?” mas itupun ganti bertanya.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span">“kayaknya luka mas!” jawabku sambil memperlihatkan lecet pada tanganku tanpa tahu kalau ternyata bagian kakilah yang paling parah.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span">“Ayo sama mas jalannya! Satu arah kok dek ke brimob!”</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span">“Nah, tuh iringin masnya!” saran pak polisi dan akupun mengangguk.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span">Akhirnya kami bertiga mulai mengendarai motor masing-masing. Mas baik hati itu didepan, belakanganya pak polisi dan aku mengiringi pak polisi di belakang. <i>Wew</i>, lega juga rasanya dan ternyata pak polisi baik hati tidak mempertanyakan SIM. Padahal aku kira pak polisi mau nganterin diriku ke rumah dan bilang pada kakakku, <i>“Mbak, ini adeknya habis kecelakaan jatuh dari motor. Kok bisa jatu sih mbak? Nggak punya SIM ya adiknya?”</i> <i>glodak dah</i> dan aku juga mau ketawa kenapa aku bisa berpikiran seperti itu.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span">Awalnya aku membuntutui polisi tapi lama-lama pak polisi kuselip juga dan akupun lupa dengan mas baik hati yang sebelumnya menolongku mendirikan motorku. Karena setelah itu aku hanya bisa meringis menahan perih. Angin yang membawa debu mengotori lecet pada telapak tangan kiriku dan menambah rasa perih. Kaki kananku lama-lama juga tambah sakit. Sesampai dirumah kaos kakiku ternyata penuh darah. Luka di kaki sebelah kanan lumayan dalam dan terbuka. Bersyukur kakak tidak pingsan melihatnya. Hanya bisa meringis dan langsung membawaku ke dokter terdekat.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span"><i>Shock</i> juga ternyata kakakku melihatku datang lecet-lecet. Yang penting pak polisi tidak usah mengantarku sampai rumah. Bisa gawat kalau tahu aku tidak punya SIM.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span">Inilah pengalaman pertamaku jatuh dari motor dengan hasil telapak tangan kiri perih. Bagian kulit dekat jempol tangan kanan juga perih. Lutut dua-duanya biru bengkak dan punggung kaki kanan yang harus diperban. Semua gara-gara gerogi liat polisi yang berakibat fatal. Tidak tahu kalau ada lobang dalam di depan.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span"><i>Wew,</i> tapi apapun yang terjadi syukuri saja semuanya. Masih bersyukur karena masih luka ringan. Masih bersyukur yang luka hanya bagian kaki dan tangan. Masih bersyukur motor hanya lecet saja dan tak ada yang rusak. Masih bersyukur dan semuanya masih bersyukur. Dan yang paling kusyukuri dari semuanya adalah tidak ditanyain SIM sama pak polisi. <i>Wkwkwk..</i> okelah pak polisi, habis ini insya allah saya akan ke kantor polisi untuk membuat SIM. Tunggu luka kaki sembuh dulu tapi ya pak,,</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span">Dan siapakah yang harus bertanggung jawab atas kecelakaaanku ini?? <i>Hmmm,, peace my cousin,, </i>bukan maksud untuk meyalahkanmu dan janganlah merasa bersalah. Inilah ceritanya.. :)</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span">Oh iya, sedikit saran. Ketika mengendarai motor jangan lupa memakai baju tebal dan sepatu. Karena ternyata lututku selamat dari luka karena baju tebal yang kugunakan. Gesekan dengan aspal menyebabkan rokku robek namun menyelamatkan lutut. Lutut kakiku hanya bengkak. Helmpun ternyata menyelamatkan. Itulah mengapa polisi mewajibkan helm demi keselamatan kita semua dan kejadian itu membuatku sadar akan pentingnya helm. Jika bukan karena penutup kaca helm yang kubilang memperburam pandangan, mungkin wajahku sudah rusak karena menyentuh aspal. nah, patut disyukuri lagi bukan:)</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span"><i>catatan untuk my family:</i></span></div><div style="text-align: justify;"><i><br />
</i></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span"><i>Mohon maaf buat kakakku karena telah membuat motor sedikit lecet dan mohon maaf buat kakakku yang pertama karena kejadian ini akhirnya aku batal ke rumahnya. untuk my cousin yang merasa bersalah, hilangkan rasa bersalahmu. OK? ini murni karena kesalahan pak polisi. wkwkwkwk.. ya nggaklah, tapi memang sudah saatnya diriku merasakan pengalaman jatuh dari motor. hehe ;).. baiklah, tidak usah mulai lebay karena saya hanya luka biasa-biasa saja.</i></span></div>Azizah Maulidahttp://www.blogger.com/profile/11965350216511591125noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-9073216590574242317.post-61871198790779668072011-01-05T21:06:00.000-08:002011-05-29T19:24:27.054-07:00DETIK-DETIK ITU??? (end)<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheMtlx-_ZD50wL6Rul1Gi8r2fhBipmMDu3Fi7ct8__AE9Jqa0DEOLY8yJNv-Qp_iD4nRgxxhs_apjja8xlzVNJrUxuIHnPhFHaplCKO3Y3GJ1vxqYrN66pDfE5Fp9YEbyoEtXkRoRpzU4/s1600/3.GIF" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5558937265143360642" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheMtlx-_ZD50wL6Rul1Gi8r2fhBipmMDu3Fi7ct8__AE9Jqa0DEOLY8yJNv-Qp_iD4nRgxxhs_apjja8xlzVNJrUxuIHnPhFHaplCKO3Y3GJ1vxqYrN66pDfE5Fp9YEbyoEtXkRoRpzU4/s200/3.GIF" style="cursor: hand; cursor: pointer; float: right; height: 150px; margin: 0 0 10px 10px; width: 200px;" /></a><br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_SQdbQ_6GnbtaddgzyYRlCA5Fop0a5lyBHCpvIeOV8bpwXzUssOSSFse2Q4tgGp6ROX6HXrrdwtToAy2XgKjysCVDyXmLK2fN2givg5OU7aF_WnKEtT4UEV_le1vdl0pfFbhWLJ4sf5g/s1600/Bridge_in_the_Sky.JPG" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5558937263786467458" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_SQdbQ_6GnbtaddgzyYRlCA5Fop0a5lyBHCpvIeOV8bpwXzUssOSSFse2Q4tgGp6ROX6HXrrdwtToAy2XgKjysCVDyXmLK2fN2givg5OU7aF_WnKEtT4UEV_le1vdl0pfFbhWLJ4sf5g/s200/Bridge_in_the_Sky.JPG" style="cursor: hand; cursor: pointer; float: right; height: 150px; margin: 0 0 10px 10px; width: 200px;" /></a><br />
<span style="font-style: italic;">Wajah-wajah itu berderai air mata, satu sama lain saling mengelus pundak menenangkan. Wanita tua yang kukenal sebagai ibuku itu menutup wajahnya terisak di depan rumahku. Di samping kanannya kak Naura, kakak perempuanku yang pertama memeluknya erat. Disamping kirinya, kak Evi, kakak keduaku mengelus pundak ibu berdiri tak kalah isak. <br />
<br />
Aku melangkah gontai, memandang ketiga wanita penting dalam hidupku itu kosong. Aku melihatnya biasa, tak ada perasaan khawatir, perasaan sedih, panik dan segala macamnya. Seperti memandang pemandangan tanpa makna hingga aku menghampiri mereka, tak ada perasaan apapun yang muncul.<br />
<br />
Mereka bertiga terus menangis. Aku hanya melihatnya sebagai tontonan biasa untuk kemudian melihat mobil didepanku yang siap meninggalkan rumah. Di dalamnya, seorang pria 50 tahunan sibuk memeriksa stir mobil dan kemudian menyalakan mesin. Wajahnya teduh, kontras dengan wajah diluarnya yang berderai air mata.<br />
<br />
Ketiga wanita itu masih menangis dan aku memandang ayahku yang berada di dalam mobil dengan tatapan kosong. Beliaupun memandangku dan kemudian menyunggingkan senyum penuh arti. Senyum itu masih bertahan sampai mobil itu akhirnya mundur dan kemudian melaju pergi entah kemana.<br />
</span><br />
Handphone mungilku tiba-tiba bergetar, sedikit membuyarkan lamunanku tentang mimpiku tadi malam. Tanganku lantas mengambil benda haram di asramaku tersebut dengan cepat.<br />
<span style="font-style: italic;">Mama Sayang</span><br />
<a name='more'></a><br />
Aku memencet salah satu tombol dan memberikan salam “Assalamualikum,” sapaku.<br />
<br />
“Waalaikumsalam, kapan pulang nak?”<br />
<br />
Aku terdiam. Pertanyaan ini sebelumnya sudah pernah dilontarkan dan aku sudah menjawabnya dengan jelas tanggal 9 januari. Tapi mereka seperti tak pernah mendapatkan kepastian tentang kapan kepulanganku ke rumah.<br />
<br />
Aku ingin sekali-kali memperlihatkan nilai rapot SMAku kepada mereka. Selama ini karena rumahku jauh, aku sering langsung pulang usai ujian tanpa menunggu rapot dibagikan. Pengasuh asramalah yang biasa mengambilkan dan mengevaluasi semua hasil belajarku.<br />
<br />
“Kan sudah Alisya bilang tanggal 9!” jawabku.<br />
<br />
“Tidak bisa dipercepat?”<br />
<br />
Aku diam. Ada perasaan tidak enak muncul di dalam hatiku.<br />
<br />
“Kenapa harus dipercepat? Nanti nggak bisa liatin rapot Alisya dong!” jawabku kemudian. <br />
<br />
“Pulang cepat saja ya, bilang ke pengasuh asrama ayah sakit!”<br />
<br />
“Memangnya ayah sakit apa sih?” tanyaku kemudian penasaran. Bukankah katanya sakit biasa? Lantas apakah sakit biasanya ayah itu harus kujadikan alasan kepada pengasuh asramaku?<br />
<br />
Kudengar suara sahut-sahutan di seberang sana dan tiba-tiba saja kakakku menyahut.<br />
<br />
“Nggak bisa pulang cepat ya?” suara kak Naura di seberang sana.<br />
<br />
Ah, kenapa pertanyaanku tidak dijawab ibu?<br />
<br />
“Ayah sakit apa?” kini aku jadi sewot.<br />
<br />
“Sakit panas biasa, nggak sembuh-sembuh tuh!” jawab kak Naura kemudian santai. <br />
<br />
“Nggak bisa pulang cepat nih? Rapotnya ditinggal aja lagi nggak papa, Insya Allah tahu kok nilainya bagus!”<br />
<br />
Aku diam, entah mengapa aku merasa ada hal lain yang tidak kuketahui. Dalam hati sebenarnya lega mendengarnya. Ayah ternyata hanya sakit biasa. Tapi entah mengapa hatiku gelisah dan aku tak tahu apa yang kugelisahkan. <br />
<br />
“Mau bicara sama ayah dek?”<br />
<br />
Deg? Jantungku tiba-tiba saja berdebar. Bicara dengan ayah? Sejujurnya aku jarang bicara dengan ayah. Belum aku mengiyakan, handphone itupun kini sudah berpindah tangan ke tangan ayahku.<br />
<br />
“Alisya,” suara ayahku diseberang sana, terdengar sangat parau.<br />
<br />
Tanganku bergetar mendengarnya, ada hal yang hilang dari ayah. Sungguh, hatiku benar-benar menjadi tidak karuan setelahnya. Ada yang kurindukan namun hilang entah kemana dan aku tak tahu apakah harapan kembalinya ada. Aku juga tak tahu mengapa aku bisa gelisah tak menentu seperti ini. Ada apa? Mengapa hatiku sangat gelisah?<br />
<br />
“Ayah,” aku menyahut. Entah mengapa tiba-tiba hatiku berdenyut sakit. Suara itu bukan suara yang seperti biasanya. Suaranya terdengar amat lemah seperti bukan ayahku yang sesungguhnya. Suara ayah biasanya lantang dan bersemangat. Tapi suara ini benar-benar begitu lemah. <br />
<br />
“Ayah lagi sakit Sya,” kata beliau kemudian.<br />
<br />
Aku diam tak sanggup berkata karena tiba-tiba saja rasa sedih dikelilingi kecamuk hati gelisah menyelimutiku.<br />
<br />
“Doakan ayah biar cepat sembuh ya,”<br />
<br />
Ayahku yang periang, ayahku yang semangat, ayahku yang lantang, kemanakah kau? Mengapa suaramu diseberang begitu lemah tanpa daya?<br />
<br />
“Sya?” suara lembut namun lemah itu kembali terdengar. Mungkin sebuah pertanyaan atas kediamanku yang lama.<br />
<br />
Aku masih diam dari seribu kata. Air mataku meleleh tiba-tiba tanpa kuminta.<br />
<br />
“Iya ayah,” jawabku lirih dan terdengar sangat parau.<br />
<br />
Di seberang sana ayahku diam sejenak.<br />
<br />
“Sudah ya, ayah mau istirahat dulu!” kata beliau lagi dan kemudian handphone itu sudah berpindah tangan di tangan ibuku.<br />
<br />
Aku menyeka air mataku dan berusaha menutupi tangisku yang mulai muncul. Benar-benar pembicaraan yang hambar dan aku menyesalinya. Apa ayah menyadari kesedihanku yang tiba-tiba muncul?<br />
<br />
Aku rindu ayahku yang kuat. <br />
<br />
~~~~~~~~~~<br />
<br />
Seorang gadis muda melambaikan tangannya padaku di antara kerumunan orang-orang yang sedang menunggu. Gadis itu tidak lebih tua dari kakakku yang pertama. Tapi status dia adalah adik bungsu ibuku, dia adalah tanteku.<br />
<br />
Aku lega melihatnya di tempat kedatangan bandara ini dan akupun langsung menghampirinya. Akhirnya aku pulang sebelum tanggal 9 januari dan aku sudah tiba di kota tempat aku dilahirkan. Masih kuingat jelas telepon tadi malam yang membuatku ciut seketika, membuat hatiku kacau tak beraturan, membuat Kristal bening mata jatuh tak menentu, membuaku linglung tak tau arah.<br />
<br />
“Sya, segera beli tiket! Kamu harus pulang besok, tidak boleh ditunda!” tiba-tiba kakakku berkata dengan paniknya ditelpon waktu itu.<br />
<br />
“Ayah kritis dan kita tak dapat menunggu lama! Segera pulang!”<br />
<br />
Aku belum sempat bertanya apapun, tiba-tiba kakakku tanpa memberi ampun mengabarkan berita yang sangat buruk bagiku. Awalnya aku tak percaya, lama aku diam mencerna setiap kata-katanya. Tapi suara dengan rasa penuh harap meminta pulang itu membuatku seketika kaku. Kata-kata kritis darinya membuatku terbayang sebuah tempat tidur yang di atasnya seorang terbaring lemah terkulai tak berdaya. Seperti itukah ayahku saat ini yang ternyata kembali masuk rumah sakit.<br />
<br />
Hanya bisa diam menahan hati yang perih, dan hanya bisa mengiyakan setiap perintahnya. <br />
<br />
“Hei, kenapa matamu merah?” tanteku menepuk pundakku.<br />
<br />
Aku sedikit tersentak dan kemudian kembali menghapus air mataku yang dari tadi meleleh tanpa kendali.<br />
<br />
“Jangan menangis, apa yang ditangisi? Ayahmu tidak apa-apa Alisya!”<br />
<br />
Aku menatap tanteku tersebut setengah tak percaya namun hati begitu sumringah. Benarkah yang dikatakannya? Ayah tidak apa-apa? Setahuku ayah memang hanya sakit biasa, jadi pasti beliau hanya opname biasa di rumah sakit.<br />
<br />
Di depan sana, pamanku sudah menunggu. Aku segera mengikuti tanteku dan kami menaiki mobil avanza hitam. Mobil ini mengingatkanku pada mimpi beberapa hari yang lalu. Mimpi melihat ayah yang menyetir dengan senyum mengambang lebar lantas kemudian pergi meninggalkanku di samping kakak dan ibu yang sedang menangis. Lalu apa arti mimpi itu? Bolehkah sekarang aku memikirkan hal yang tidak-tidak walau aku hanya tahu ayahku sakit biasa? Bolehkah aku mengira yang tidak-tidak karena aku juga memikirkan mimpiku yang lalu-lalu?<br />
<br />
“Ayahmu baik-baik saja!” Tanteku kembali menepuk-nepuk pundakku dan aku hanya bisa tersenyum penuh paksa.<br />
<br />
~~~~~~~~~~<br />
<br />
<span style="font-style: italic;">“Ayahmu baik-baik saja!”</span><br />
<br />
Aku sudah benar-benar memakan omongan itu. Sesungguhnya hatiku sudah amat begitu lega mendengarnya. Sesungguhnya harapan itu sudah kukira ada. Tapi apa nyatanya? Setelah sampai di rumah sakit aku benar–benar kecewa dengan perkataan tante Emi. Ayah bukannya baik–baik saja melainkan terbaring di tempat tidur rumah sakit dengan infus dan selang–selang yang begitu ruwet. <br />
<br />
Aku yang tiba dipintu kamar VIP Aster D.12 langsung lemas tak berdaya. Ayahku? Aku melihat ayah yang sudah terbaring tak sadarkan diri. Kukira aku masih sempat untuk berbicara dengannya. Kukira kata kritis itu hanya sebuah keadaan lemah yang biasanya.<br />
Ibu yang melihatku tiba tak kuasa menahan tangis lantas memelukku erat. Dia pasti sudah menduga-duga perasaanku dan sangat mengerti bagaimana perasaanku hingga air matakupun tak dapat lagi kutahan. Aku menangis terisak di pangkuannya. Baru seminggu yang lalu aku bercakap dengan ayah ditelepon dan baru 6 bulan yang lalu beliau mengantarkanku ke bandara. Kini, 6 bulan berlalu aku mendapatinya tanpa bisa berucap sepatah katapun padaku.<br />
<br />
Begitu teganya mereka yang berkata padaku bahwa ayah hanya sakit biasa. Apa ini namanya sakit biasa?<br />
<br />
Ah, aku juga baru tahu kalau ternyata penderitaan ayah sudah berlangsung satu bulan lamanya. Tak ada yang mau memberitahuku tentang hal ini. Penyakit ayah adalah kanker hati stadium 3.<br />
<br />
Apalah lagi yang bisa kukata selain berdoa padaNya. Aku melihat wajah ayah yang begitu menderita. Apalah yang bisa kukata selain menenangkannya kalau ia kuat. Tapi akupun hanya manusia biasa yang mempunyai ketakutan luar biasa.<br />
<br />
<span style="font-style: italic;">“Ya Allah, jika engkau ingin mengambilnya kembali dari kami, kami ikhlas namun kami akan sangat bersyukur kepadamu jika sekiranya Engkau menyembuhkannya dari penyakitnya!”</span><br />
<br />
Doa yang sebenarnya aku sedikit tahu apa kehendakNya.<br />
<br />
Usai sholat subuh, tepat pukul 6.30, ruang Aster D.8 itu menjadi saksi bisu duka banyak orang. Aku tak tahu sudah berepa banyak orang yang disaksikan oleh ruangan ini. Yang jelas, 6.30 itu menjadi waktu perpisahan kami dengan ayah. <br />
<br />
Waktu itu mulut ayah tiba-tiba komat-kamit tak jelas. Matanya masih terpejam, namun mulut itu bergetar, bergerak dan aku dapat membacanya. Dzikir? Ya, ayah berdzikir membuatku ingat pada slide masa lalu, di saat aku tiba-tiba ciut ditegur karena mengganggunya yang sedang konsentrasi berdzikir dipagi hari. Sebuah kebiasaan yang ternyata berhasil dibawanya sampai di ujung penghabisan kerongkongannya. <br />
<br />
Aku hanya tersenyum sesak melihatnya hingga akhirnya kusadari ternyata malaikat maut tak bisa ditolerir. Disamping ayah, aku hanya bisa memegang Al-Quranku bergetar dengan air mata yang terus berderai, dengan bacaan yang sudah tak terdengar jelas.<br />
<br />
<span style="font-style: italic;">Selamat jalan ayah, selamat, kau telah lepas dari kehidupan dunia yang penuh tipu daya.</span><br />
<br />
Siapa yang pernah menyangka maut begitu cepatnya menghampiri. Kita tak akan pernah tahu kapan maut akan menjemput kita. <br />
<br />
<span style="font-style: italic;">Tenang ayah, sesungguhnya kamipun pasti akan menyusulmu.</span><br />
<br />
<br />
“Dan tiadalah khidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main main, dan sesungguhnya negeri akhirat itu yang sebenarnya hidup dan kehidupan jikalau mereka mengetahui”. ( Al-Ankabut 64)<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">The end</span><br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Kutulis ulang dengan air mata berderai dan hati yang sesak. Sesak karena aku tak tahu sesiap mana aku bisa menjemput maut. ~Azizah Maulida~</span>Azizah Maulidahttp://www.blogger.com/profile/11965350216511591125noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-9073216590574242317.post-83754547552395045392010-12-22T04:42:00.001-08:002011-05-29T19:23:01.059-07:00DETIK-DETIK ITU,,, (part II)<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2lUMRM48FB9eWX8hwKYISH34ye_O-jxrquoYFEz7BX69qgte4fcIOGcxz4ZFABg4RLN2CtoMSkKUKlYIaZ8E8kzTzLG0WXfqLnVo3jAiLzxC9zuyRgqamUxG2J_1jC0A8Lq1jY_h2DVQ/s1600/Bridge_in_the_Sky.JPG" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5553489365447432370" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2lUMRM48FB9eWX8hwKYISH34ye_O-jxrquoYFEz7BX69qgte4fcIOGcxz4ZFABg4RLN2CtoMSkKUKlYIaZ8E8kzTzLG0WXfqLnVo3jAiLzxC9zuyRgqamUxG2J_1jC0A8Lq1jY_h2DVQ/s200/Bridge_in_the_Sky.JPG" style="cursor: hand; cursor: pointer; float: right; height: 150px; margin: 0 0 10px 10px; width: 200px;" /></a><br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhD_3Di6r_tcdZzCY4OUlQ8kYeIl8qgGGuFGBfV_Ko-1KzxoFCj1UM6E47UaXYOh8tku_RnoGFmHNRx5CAodePXrepkCIkWtVXdLflyiXp0yD6yRmzYx1q2K27q_TXlj9stXpSr_UcaPzM/s1600/3.GIF" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5553489362089836882" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhD_3Di6r_tcdZzCY4OUlQ8kYeIl8qgGGuFGBfV_Ko-1KzxoFCj1UM6E47UaXYOh8tku_RnoGFmHNRx5CAodePXrepkCIkWtVXdLflyiXp0yD6yRmzYx1q2K27q_TXlj9stXpSr_UcaPzM/s200/3.GIF" style="cursor: hand; cursor: pointer; float: right; height: 150px; margin: 0 0 10px 10px; width: 200px;" /></a><br />
<br />
<br />
<br />
Sungguh, wanita itu ingin sekali marah. Sungguh hatinya sekarang teramat panas. Ingin sekali dia mengumpat kasar namun ditahannya. Apan-apan ini?<br />
<br />
Ayah yang sudah melihat gelagat tak nyaman dari anaknya itupun segera memegang tangan anaknya tersebut pelan dan tersenyum mendamaikan. Ayah menggeleng pelan isyarat menyuruhnya untuk menahan amarah.<br />
<br />
“Sudahlah Naura, jangan! Jangan kau tampakkan kemarahanmu itu!” pintanya kemudian.<br />
<br />
Naura memandang ayahnya protes. Ayah? Bisa-bisanya ayah menerima begitu saja perlakuan orang-orang itu. Sungguh Naura tak dapat menerimanya. Ini menyangkut keyakinan ayah, menyangkut iman.<br />
<br />
“Kaukan sudah tahu bagaimana keluarga nenek?” katanya lagi menenangkan. Naura hanya diam walau hati masih saja terus protes.<br />
<br />
“Jagalah hubungan keluarga kita!” kata ayah lagi kemudian. “Yakinlah hati ayah tidak apa-apa! Ayah hanya bisa tertawa dalam hati melihat semuanya!”<br />
<br />
Wanita yang bernama Naura itu memandang ayahnya tak tega. Ayah? Tidak ada kerelaan sama sekali dalam hatinya jika ayahnya dilakukan ritual aneh macam itu. Ah, sebenarnya Naura juga tidak terlalu tahu bagaimana asalnya hingga keluarga neneknya yang dikampung itu memvonis ayahnya yang tengah terkena guna-guna. Bukankah sudah jelas apa yang dikatakan dokter wanita itu beberapa hari yang lalu? Penyakit ayah adalah kanker hati stadium 3.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Jika bukan karena demi menjaga hubungan keluarga, Naura tentu tidak akan membiarkan ayahnya dilakukan ritual aneh macam itu. Karena keluarga nenek memang tidak dapat ditentang sama sekali.<br />
<br />
“Percayalah pada ayah anakku!”<br />
<br />
Naura menunduk dalam menahan hatinya yang amat teriris dan kemudian melepas ayahnya diatasi oleh orang keturunan dayak tersebut.<br />
~~~~~~~~~~<br />
<span style="font-style: italic;">Suara bergemuruh itu sudah terdengar. Saatnya memberikan posisi tubuh yang nyaman karena tubuh ini akan dibawa ikut mendarat menembus udara. Sudah kurasakan dengan jelas, pesawat yang sedang kutempati ini membawa kabinnya menuju titik yang ditentukan.<br />
<br />
Aku melirik ke bawah melalui baris-baris jendela kaca kecil pesawat tersebut. Dibawah terhampar lautan hijau. Aku sudah dapat melihat dengan jelas pulau yang akan kujejaki nanti. Hal yang memang rutin kulakukan ketika berada di pesawat, yaitu memandang ke bawah melalui kaca-kaca kecil yang terbaris rapi di dinding pesawat. Tapi kali ini aku menemukan sebuah pemandangan yang tidak biasanya. Aku merasa pulau itu agak lain. Semakin pesawat ini merendahkan tubuhnya semakin aku merasa abeh melihatnya.</span><br />
<span style="font-style: italic;"><br />
Apa itu? Sepertinya aku tak pernah melihatnya sebelumnya. Ada yang baru pada pulau-pulau ini. Pesawat ini semakin merendah dan akupun dapat melihatnya lebih jelas lagi. Ah, sepertinya aku tahu apa itu. Bukankah itu kuburan kaum muslim? Ya, aku melihat banyak kuburan yang berjejer rapi di bawah sana disamping pohon-pohon lebat bergandengan.</span><br />
<br />
“Sya, kumi, kumi, kumi!”<br />
<br />
Aku mendengar sayup-sayup orang memanggilku.<br />
<br />
“Heh, bangun!” aku merasa ada orang menggerak-gerakan tubuhku.<br />
<br />
Aku membuka mataku perlahan. Kesadaranku sepertinya sudah kembali. Dilla, teman satu kamarku berhasil sempurna membangunkanku. Kulihat dirinya yang sudah sangat rapi dibalut mukena. Wajahnyapun terlihat segar habis berwudhu.<br />
<br />
“Sholat subuh!”<br />
<br />
Allahuakbar, allahuakbar, asyhadu anlaa ilaa ha ilallah,,<br />
<br />
Kudengar masjid asrama kami sudah mengumandangkan iqomah dan ini sontak membuat temanku tersebut seketika panik.<br />
<br />
“Waaa,, gawat, nanti sie dakwah sudah nutup absennya!” Dillapun langsung memacu kakinya pergi tergesa-gesa ke masjid meninggalkanku yang juga setengah kaget.<br />
<br />
Akupun langsung ngacir ke kamar mandi, berwudhu secepat mungkin, memakai mukena sekenanya dan langsung pergi melupakan sajadah. Ah, lagi-lagi aku terlambat. Beberapa hari ini entah mengapa tidurku sangat susah dibangunkan. Aku harus cepat ke masjid sebelum absen ditutup. Jika tidak, sore ini aku akan mengulang hukuman lagi, membaca Al-quran sambil berdiri menghadap jejeran anak putra.<br />
<br />
Aku berhasil mengejar absen walau dengan hati yang sedikit berdosa. Mengapa aku jadi sholat subuh berjamaah karena absen? Tapi aku sungguh tak mau jika nanti harus berdiri lagi membaca Al-Quran menghadap jejeran anak putra.<br />
<br />
“Lain kali jangan bangunkan aku saat sudah iqomah dong!” aku menggerutu pada Dila. “Kemarin kamu malah tidak membangunkanku sama sekali!” kataku lagi seusai kami sholat subuh dan mengikuti kegiatan asrama seperti biasa.<br />
<br />
“Heh, tidakkah kau dengar Sya, ustadzah sudah menggedor-gedor kamar kita sebelum adzan subuh berkumadang?” Dilla malah melotot kepadaku.<br />
<br />
Ah, aku tidak mendengarnya. Inilah juga susahnya. Dua teman sekamarku yang tak betah di asrama keluar dari asrama sehingga hanya aku berdua Dillalah di kamar. Mana kami sama-sama pemalas dan jadilah semua terasa malas.<br />
<br />
“Eh, naroh barang haram jangan sembarangan dong Sya! Gila kamu ya?” Dilla kembali berkicau membuatku sedikit tersentak. Kulihat dia langsung meraih handphoneku yang bergeletakan dikasur dan kemudian menaruhnya dibawah bantal.<br />
<br />
“Sudah cukup diriku yang kena. Kalau kamu juga kena, kemana lagi aku bisa nebeng sms dan telepon!” katanya lagi dan aku hanya sempurna mendengarkan untuk kemudian kembali merebahkan diri dikasur.<br />
<br />
Handphone memang merupakan benda terlarang di asramaku. Memikirkannya membuatku pusing. Sesungguhnya aku tersiksa harus melanggar beberapa peraturan asrama. Tapi mau bagaimana lagi, aku sangat membutuhkannya agar mudah menghubungi keluargaku yang jauh disana. Apalagi kudengar ayah lagi sakit. Tak pernah sebelumnya aku menemukan ayahku yang sakit sampai harus mencicipi bagaimana rasanya menginap di ruang spesial tersebut.<br />
<br />
“Kamu akhir-akhir ini kenapa sih Sya? Bangunmu sering terlambat. Bukankah biasanya kau yang paling awal?”<br />
<br />
Aku melirik kearah Dilla yang sedang sibuk menyiapkan peralatan sekolah. Akupun juga tidak tahu diriku kenapa. Dan sepertinya otakku sedang kembali mengingat beberapa kejadian yang belum berlangsung lama. Bukankah waktu tidur tadi aku mengalami mimpi aneh. Aku bermimpi pulang naik pesawat dan melirik jendela. Terlihat dengan jelas dibawahnya kuburan muslim. Kuburan? Aku bermimpi melihat lautan kuburan.<br />
<br />
~~~~~~~~~~<br />
<br />
“Jangan, jangan kesini!” ayah menahan dadanya yang sakit sambil terus batuk dan muntah-muntah.<br />
<br />
Evi seketika menghentikan langkahnya. Dia ingin sekali menghampiri ayahnya tersebut. Tapi sebelum dia mengetahui apa yang terjadi pada ayahnya, ayahnya keburu menahannya dengan isyarat tangan.<br />
<br />
“Dirimu tidak akan kuat melihatnya!” ucap ayah lagi sambil terus membungkuk dan menahan dadanya yang sakit di kamar mandi. “Pergilah temui kakakmu Naura dan kemudian panggilkan ibumu!” pintanya kemudian dan kembali batuk.<br />
<br />
Evi seketika diam mematung. Dia ingin sekali menghampiri ayahnya, memapahnya yang sudah lemah tersebut, membelai punggungnya untuk mengurangi sesak karena muntah. Tapi isyarat tangan itu membuatnya benar-benar patuh. Evi sebenarnya ragu namun kemudian perlahan melangkahkan kakinya kebelakang. Masih dipandanginya terus ayahnya tersebut yang masih memegangi dadanya dan membasuh wajahnya di kamar mandi.<br />
<br />
“Kenapa ayahmu?”<br />
<br />
Evi sedikit tersentak. Tiba-tiba saja ibu muncul dan kemudian dengan wajah panik menghampiri ayah, membantunya membersihkan hasil muntahnya. Evi dapat melihat jelas raut wajah ibunya yang kemudian berkaca.<br />
<br />
Evi masih berdiri mematung memandangi kedua orang tuanya tersebut. Kakinya terkunci ketika tadi melihat cegahan ayah. Dia sempat melirik, melihat apa yang dimuntahkan ayahnya yang sempurna membuatnya tercekat tak percaya. Hatinya seketika perih. Ayah sedang muntah darah dan Evi tahu maksud ayah tadi mencegahnya. Ya, karena ayahnya tahu kalau anakanya yang bernama Evi ini sangat tidak kuat jika harus melihat darah.<br />
<br />
“Ah ayah, sempat-sempatnya dirimu memikirkanku yang takut darah, padahal keadaanmu dalam keadaan yang sangat parah,” batinnya kemudian seraya kembali ke kamar sambil terus menahan hatinya yang bertambah perih. Bayang-bayang kata-kata dokterpun menari- menari di kepalanya.<br />
<br />
“Bawa pulang ayahmu dan penuhi segala keinginannya!”<br />
<br />
Seakan-akan harapan itu memang sudah tidak ada. Benarkah sudah tidak ada harapan lagi? Benarkah hanya tinggal menunggu hari? Darah itu? Kanker hati stadium 3? Ah, penyakit ini sebenarnya hanya dia dan kakaknya yang tahu. Keluarganya tak ada yang mengerti betapa parahnya penyakit ini. Adiknya yang sedang sekolah jauh disana malah tak tahu sama sekali bagaimana keadaan ayahnya yang sebenarnya. Semua memang sepakat tidak memberi tahu adiknya tersebut sebelum ujian semesternya selesai.<br />
<br />
Ayah muntah darah? Sepertinya sudah benar-benar parah. Sebaiknya penuhi segala keinginan ayah sebelum hari itu tiba. Seperti kata dokter, bawa pulang ayah dan penuhi segala keinginannya.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">“Dan tiadalah khidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main main, dan sesungguhnya negeri akhirat itu yang sebenarnya hidup dan kehidupan jikalau mereka mengetahui”. ( Al-Ankabut 64)<br />
</span>Azizah Maulidahttp://www.blogger.com/profile/11965350216511591125noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9073216590574242317.post-40416811930843696412010-12-18T07:58:00.000-08:002011-05-29T19:25:02.795-07:00Mimpi Itu????<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXHVQEp6C4_tzfyFmPC4X_fCzpstWtk4LQwIuK9of7D1vcjounMW0XjaAYIPTZmxoMsE9-h68RAOSx26bfsLBRvyUSjdB1pKbkHtuBH7obHReTuKijTW-GnqhVxoTIJqDnrK7NSj_AhJ8/s1600/emo__8_.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5552056089353769298" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXHVQEp6C4_tzfyFmPC4X_fCzpstWtk4LQwIuK9of7D1vcjounMW0XjaAYIPTZmxoMsE9-h68RAOSx26bfsLBRvyUSjdB1pKbkHtuBH7obHReTuKijTW-GnqhVxoTIJqDnrK7NSj_AhJ8/s200/emo__8_.jpg" style="cursor: hand; cursor: pointer; float: left; height: 200px; margin: 0 10px 10px 0; width: 141px;" /></a><br />
<br />
<span style="font-style: italic;">“Aku adalah Tuhan!” Akunya tiba-tiba. Aku yang saat itu masih konsentrasi menunggu bis pulang kini tersentak kaget, samar-samar kudengar bapak tua itu mengaku Tuhan. <br />
<br />
“Akulah Tuhanmu!” akunya tiba-tiba.<br />
<br />
Sebenarnya tak jadi masalah jika dia mengaku Tuhan, akan kuanggap dia gila, tapi masalahnya dia tengah mengajaku bicara. Jadi initinya dia sedang mengaku bahwa dirinya Tuhan kepadaku dan bukan kepada orang samping kiri, kanan, depan dan belakangku.<br />
<br />
Mendengar pengakuannya tentu saja aku melongo sesaat dan kemudian langsung tertawa terbahak-bahak. Wajah itu memang sudah mulai keriput. Beberapa rambut putih muncul dari dagunya. Dan dengan wajah yang datar tiba-tiba dia mengakui dirinya sebagai Tuhan. Siapa yang akan percaya? Apalagi di zaman yang sekarang ini.<br />
</span><br />
<a name='more'></a><span style="font-style: italic;"><br />
“Jangan ngaco Pak!” bantahku sambil masih menahan tawa. “Bapak pikir saya percaya?”<br />
<br />
“Aku ini Tuhan!” orang itu masih tetap ngotot.<br />
<br />
“Pak, jangan begitu! Nanti Bapak kualat lho! Mau bernasib sama kayak firaun?”.<br />
<br />
Tiba-tiba suara bapak itu meninggi dengan raut wajah yang mulai marah,,”AKU INI TUHAN!”<br />
<br />
Aku terdiam. Kupikir Bapak tua ini bercanda tapi ternyata dia serius mengaku bahwa dirinya Tuhan. <br />
<br />
“Tidakkah kau percaya sedikitpun kalau aku ini Tuhan?” kali ini bapak tersebut menatapku dengan tajam.<br />
<br />
Aku masih diam. Hati yang tadi sebelumnya tertawa tiba-tiba ciut. Lama-kelamaan orang ini terlihat menakutkah. Setankah? Aku tak pernah mengenalnya sebelumnya. Tiba-tiba saja bertemu di halte bus ini dan dia langsung mengaku dirinya sebagai Tuhan. Siapa yang tidak kaget? Di zaman sekarang masih aja ada golongannya firaun yang mengaku sebagai Tuhan.<br />
<br />
“Kalau kau tidak percaya aku ini Tuhan, lalu siapa yang kau percayai bahwa dialah Tuhan? Siapa?” tanyanya lagi, “Siapa?”<br />
<br />
Aku bergidik dan kemudian menjawab terbata, “Ya Tuhankan A, Allah pak! Allah SWT!”<br />
<br />
“Kau percaya akan adanya Allah?” tanyanya lagi dan kali ini nadanya melemah.<br />
Aku mengangguk sambil menelan ludah. Entah kenapa tiba-tiba saja aku menjadi sangat merinding. <br />
<br />
Bapak itu tiba-tiba melembut dan tersenyum dengan senyuman damai namun kata-katanya tepat menusuk jantung, “Kalau begitu, mengapa kau tidak menunaikan hak-hakNya anakku? Mengapa kamu masih lalai?”</span><br />
<br />
<br />
“DAFAA….. BANGUN! SUDAH JAM BERAPA INI?” teriakan ibuku yang baru lewat depan kamarku terdengar membangunkanku dari mimpi bertemu pak tua tersebut. Memang aku ini kebanyakan nonton film, sampai-sampai mimpi yang aneh.<br />
Mataku yang masih sipit belum sempurna untuk melek, kuarahkan kearah jendela yang sudah mulai terang.<br />
TOK! TOK! TOK! Pintuku tiba-tiba bergetar. Seseorang mengetuknya dengan sangat keras.<br />
“Masya Allah kak Dafa! Sholat kak, sholat! Ini namanya kakak itu sholat pagi bukan sholat subuh!”<br />
Teriakan adikku Anggun ikut mengalun melewati telingaku. Memangnya ada sholat pagi? Namun aku sudah sangat kebal dengan cara mereka membangunkanku. Entah sudah berapa lama mereka teriak dan menggedor-gedor pintuku. Mataku masih sangat mengantuk. Rasanya tubuh ini benar-benar malas untuk bangun. <br />
“DAFAAAA! SHOLAT NAK!” terikan lagi.<br />
Baiklah. Aku akan bangun.<br />
<br />
~~~~~~~~~~<br />
<br />
“<span style="font-style: italic;">Apa kau tahu benda apa ini?” tanyanya seperti mengujiku.<br />
Kali ini aku ingin kembali tertawa. Apa sih maksud bapak tua ini? Ya jelas yang dipegangnya itu adalah Al-quran. Aku orang Islam dan aku tahu itu.<br />
<br />
“Ya jelaslah saya tahu wong itu setiap hari saya baca, itu Al-Quran!”<br />
<br />
“Lalu apa gunanya benda ini?” tanyanya lagi dan aku tahu ia memandangku remeh.<br />
<br />
“Ini pedoman umat islam! Membacanya akan dapat pahala! Masa sih bapak tidak tahu?<br />
<br />
Bapak ini orang Islamkan?” tanyaku sedikit sinis. Sebel juga lihatnya karena dia seperti mau mengujiku.<br />
<br />
Aku tidak dihiraukan. Dia langsung memalingkan pandangannya padaku dan langsung membaca surah Al Isro ayat 32. Dan aku menjadi ingat tentang arti ayat tersebut, Janganlah kau mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang sangat keji.</span><br />
<br />
Mataku kembali terbuka. Sepertinya hari masih subuh, kulihat jendelaku yang masih gelap. Pintu kamar juga masih belum terdengar gedoran. Ah, jadi ingat mimpi barusan tadi.<br />
<br />
Kenapa orang itu lagi? Lagi- lagi aku memimpikan Bapak tua itu. Ini adalah hari keduaku memimpikan Bapak itu. Ada apa ini? Aneh dan benar-benar aneh. Seingatku aku sudah berhenti nonton film-film misteri, fantasi dan sebagainya. Tapi mengapa bunga-bunga tidurku seperti ini? Oh Tuhan ada apa dengan mimpi-mimpiku ini? Jinkah yang ada di dalam mimpiku itu?<br />
<br />
Aku mengambil Handphone, memastikan jam karena kebetulan jam kamarku sedang tak berfungsi. Sepertinya tadi malam aku lupa untuk membuka sms dari Yoan pacarku.<br />
<br />
<span style="font-style: italic;">Say, bzk nonton yuk!<br />
Ada film bagus lho</span><br />
<br />
~~~~~~~~~~<br />
<br />
<span style="font-style: italic;">“Aku adalah seorang nabi, utusan Allah untuk menyempurnakan akhlak!” Akunya lagi.<br />
<br />
“Bapak jangan ngaco!” <br />
<br />
“Mengapa kau katakan aku ini ngaco? Sungguh kau akan berdosa jika tidak mengakui kenabianku!” ucapnya lagi.<br />
<br />
“Pak, nabi terakhir itu Nabi Muhammad. Beliau adalah nabi akhir zaman. Nggak ada lagi nabi setelahnya!”<br />
<br />
“Siapa itu Muhammad?”<br />
<br />
Aku kembali bingung. Orang ini benar-benar tidak waras. </span><br />
<br />
Aku membuka mataku perlahan, mimpi barusan masih sangat terasa. Apalagi mimpi tersebut seperti sebuah serangkaian episode dari mimpiku sebelumnya. Bapak tua itu. Ya, Bapak tua itu. Ya Tuhan, apakah aku sedang disihir oleh seseorang? Jangan-jangan Yoan tahu aku selingkuh lalu mengirimiku jin.<br />
<br />
Ini adalah mimpi ketigaku. Lagi-lagi aku memimpikan orang yang sama. Jangan-jangan ini pertanda aku akan mati. Mungkinkah? Jangan-jangan orang itu kelak yang akan menanyaiku di alam barzah. Siapa Tuhamu? Apa agamamu? Apa kitabmu? Siapa Rasulmu? Benar sekali karena pada mimpi pertamaku dia mengaku dirinya Tuhan dan setelah itu menanyaiku akan siapa Tuhanku. Setelah itu aku bermimpi dia menunjukkan Quran, kitab umat Islam padaku. Dan pada mimpi ketiga ini, dia menanyakan Muhammad, Rasulullah SAW.<br />
<br />
Apa? Benarkah? Jadi aku akan mati? <span style="font-style: italic;">TIDAAAAAKKKKKK!!!</span> Tidak, aku masih ingin hidup lama di dunia ini.<br />
<br />
<span style="font-style: italic;">Cekrekk!</span> Pintu kamarku tiba-tiba terbuka. Kulihat sosok ibuku yang kemudian kaget melihatku yang sudah bangun dari tidur walaupun masih berada di kasur dengan selimut yang masih menutupi kedua kakiku. Wajahku sekarang memang sudah tidak seperti orang yang bangun tidur karena aku berpikir keras tentang mimpi-mimpiku yang aneh.<br />
<br />
“Tumben nak sudah bangun! Ayo ngambil wudhu! setelah itu, sholat qabliyah dulu lalu kita berjamaah bersama!” katanya namun aku tahu dia yakin aku tidak akan mengikuti apa katanya. Sholat qabliyah? Ah ibu, itukan hanya sunnah. Aku masih malas untuk beranjak dari kasur. Tapi, kalau benar mimpi-mimpi itu petanda aku akan mati bagaimana? Tak ambil pikir lagi akupun langsung beranjak dari kasur menuju kamar mandi.<br />
<br />
~~~~~~~~~<br />
<br />
<span style="font-style: italic;">Hari itu hujan turun seperti petanda ikut berduka cita. Ibuku masih memaksakan senyumnya berterima kasih kepada orang-orang yang datang walau hidung dan matanya sudah memerah habis menangis. Adikku hanya bisa duduk menyaksikan orang-orang yang lalu lalang. Dia menahan tangisnya. Aku tahu itu dan sebentar lagi tangisnya pecah. Hari itu hari dimana ayahku meninggal dan siap untuk merasakan sedapnya aroma tanah. <br />
Aku mengikuti prosesi penguburan ayahku dan aku tiba-tiba tersentak kaget ketika kudapati seorang Bapak tua memperhatikanku dengan tajam. Dia kemudian mendekatiku.<br />
<br />
“Apa kau tahu apa yang akan terjadi setelah kau mati?”<br />
<br />
Aku diam dan tak menjawabnya. Aku baru dilanda duka dan tiba-tiba dia menanyakan hal yang membuatku seketika membeku. “Apa kau tidak yakin kalau kau akan mati?”<br />
<br />
Aku menatapnya tajam. Hatiku berdegup kencang. Aku tak tahu harus menjawabnya bagaimana. Tentu saja aku pun pasti akan mati. Aku ingin menjawabnya tapi aku tak dapat bersuara dan tubuhku tiba-tiba tidak bisa kugerakkan sedikitpun.<br />
<br />
“Ini adalah pertemuan terakhirku denganmu!” terangnya. “Sadarlah anakku akan beberapa hal pada mimpi-mimpimu! Sungguh, hatimu itu sudah hampir mati. Kau percaya Allah tapi kau masih lalai memenuhi hak-hak-Nya. Kau baca Al-Quran tapi kamu tidak mengamalkan ajarannya, kau percaya Rasul tapi kau tidak melaksanakan sunnahnya, dan aku tahu kau mengerti setan itu musuhmu namun kau masih menerima ajakan-ajakannya, kau melihat kematian anakku, kematian dari ayahmu sendiri namun kau tidak mengambil pelajaran daripadanya.”<br />
<br />
Jantungku seperti ditusuk tombak. Sakit dan perih. Semua kata-katanya tepat sasaran menggerakkan saraf-saraf tubuhku untuk menyadari akan semuanya.<br />
<br />
“Aku adalah doa dari ibumu. Aku adalah jawaban doa dari ibumu. Doa yang selalu dipanjatkannya setiap malam di akhir sujud tahajjudnya.”<br />
</span><br />
Mataku perlahan membuka. Kulirik jam menunjukkan pukul 3 pagi. Kudengar sebuah ketukan di kamar sebelah. <br />
<br />
“Anggun, ayo Tahajjud!” kudengar ibuku menyerunya.<br />
<br />
Aku membangunkan diri. Otakku masih masih berputar kesana kemari memikirkan mimpi-mimpi yang kualami dengan keras.<br />
<br />
<span style="font-style: italic;">“Aku adalah doa dari ibumu. Aku adalah jawaban doa dari ibumu. Doa yang selalu dipanjatkannya setiap malam di akhir sujud tahajjudnya.”</span><br />
<br />
Aku memaksakan diri beranjak dari kasur, suara ibuku menggerakan hatiku untuk menemuinya. Aku keluar dari kamarku, dan kulihat ibuku yang tengah sujud di ruang sholat.<br />
<br />
“Eh, kak Dafa?”<br />
<br />
Aku sedikit tersentak ketika adikku mengucek-gucek matanya dan memperhatikanku tajam. Wajahnya habis basah karena air wudhu.<br />
<br />
“Tumben kak? Ini belum subuh lho!”<br />
<br />
Aku diam tak memghiraukannya. Jika kalian mengalami apa yang kualami apakah yang kalian rasakan? Ya, seperti itulah perasaanku saat ini.Azizah Maulidahttp://www.blogger.com/profile/11965350216511591125noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9073216590574242317.post-79135418141083901442010-12-18T07:46:00.000-08:002011-05-29T19:13:52.013-07:00DETIK-DETIK ITU,,, (part I)<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKUBGiSqdAvs9i3p9V7jO1aYROnw8Khi6sxlJtJJfMFkRZ66V20YjXThCizE0CxMwFI8VjJ49E8UeD4Yo0bGhx_Zi__tWnGgeCmINDqcNtsEGCXzAiK0liyGwxBVaqStiPPywo9IUAKtg/s1600/3.GIF" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5552052093493538146" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKUBGiSqdAvs9i3p9V7jO1aYROnw8Khi6sxlJtJJfMFkRZ66V20YjXThCizE0CxMwFI8VjJ49E8UeD4Yo0bGhx_Zi__tWnGgeCmINDqcNtsEGCXzAiK0liyGwxBVaqStiPPywo9IUAKtg/s200/3.GIF" style="cursor: hand; cursor: pointer; float: left; height: 150px; margin: 0 10px 10px 0; width: 200px;" /></a><br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHLqoblFmXclFU332H8DDqosbpOQTbLy1gGCCJ6tfJdB8ilAHuJICYEZ28GtBTAh3jWYsc2Tcff9zx9AaKs9rQrl7QU89ubVBQaoMHWssAeE5wJfZJLT0vli7G0XkjmAdg_02H0ydQlss/s1600/Bridge_in_the_Sky.JPG" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5552052092785402178" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHLqoblFmXclFU332H8DDqosbpOQTbLy1gGCCJ6tfJdB8ilAHuJICYEZ28GtBTAh3jWYsc2Tcff9zx9AaKs9rQrl7QU89ubVBQaoMHWssAeE5wJfZJLT0vli7G0XkjmAdg_02H0ydQlss/s200/Bridge_in_the_Sky.JPG" style="cursor: hand; cursor: pointer; float: left; height: 150px; margin: 0 10px 10px 0; width: 200px;" /></a><br />
<br />
Gerimis, setetes demi setetes, air itu jatuh dari langit. Aku melihatnya, di dalam kegelapan malam, garis-garis tipis yang samar berjatuhan dengan cepat ke tanah. Jalan di depanku begitu lebar, namun jalan itu kian mengecil dan semakin tak kelihatan seiring jauhnya pandangan.<br />
Telepon tiba – tiba berdering, sedikit mengejutkan relung hatiku. Namun aku tak begitu peduli, tidak ada rasa penasaran siapakah yang menelpon saat itu, tapi tubuh tentu saja tetap merspon dan akupun mengangkatnya.<br />
“Assalamu`alaikum,,,” sapaku.<br />
“Dek, ayah meninggal!” suara kakak perempuanku di seberang sana.<br />
Meninggal? Aku hanya meresponnya dengan biasa. “Oh…” ayah meninggal ya, batinku. Tak ada perasaan sedih maupun kecewa, semua hanya biasa seakan kabar itu tak ada. <br />
<br />
Mataku perlahan membuka, aku melirik jendela. Sepertinya hari mulai terang dan jendela yang mulai terang itu sempurna mengejutkanku. Pertama kali yang kuingat, jelas aku belum menunaikan sholat subuh dan hari sudah mulai meninggalkanku untuk menunaikannya. Sudah berapa lama aku tidur? Sebegitu lelahkah aku sehingga aku bangun kesiangan seperti ini? Tak pikir panjang lagi aku langsung beranjak dari kasur, namun belum sempurna ku menjauh dari kasur, handphoneku tiba-tiba berdering.<br />
My sister `1 memanggil<br />
Kaki yang sebelumnya hendak bergerak kini seketika terkunci. Deg? Jantungku berdetak kencang. Telepon dari kakak? Otakkupun kini berputar, mengembalikan beberapa memori yang belum lama lewat. Bukankah baru saja aku bermimpi kakakku menelpon? Bukankah baru saja aku bermimpi kakakku mengabariku kabar buruk? Bukankah baru saja aku bermimpi kakakku mengabarkan bahwa ayahku meninggal? Akupun langsung ciut ditempat. Sesaat gagang telepon itu seperti monster yang siap menerkamku. Ada apakah gerangan kakakku menelpon? Akankah mimpi yang barusan kualami menjadi kenyataan untuk detik ini juga?<br />
Lama aku memandang handphone itu hingga akhirnya memberanikan diri mengambilnya. Dengan rasa cemas akupun memencet tombol jawab. Aku meneguk air liur hingga akhirnya menyapa kakaku yang ada diseberang sana.<br />
“Assalamualaikum,”<br />
“Dek?” suara kakak perempuanku diseberang sana.<br />
“Ya?” aku mejawabnya lagi dengan hati berkecamuk, tanpa sadar akupun mondar mandir ketakutan, takut ada kabar buruk yang keluar dari suara seberang itu. <br />
“Gimana kabarnya? Lama nih nggak nelepon!”<br />
Aku masih memasang kuping tajam dengan hati yang amat gelisah samapai lupa bahwa aku belum menunaikan sholat subuh. Aku menjawab setiap pertanyaan dan sapaannya. Namun, hatiku terus gelisah takut mimpi buruk itu benar–benar terjadi hingga akhirnya kuberanikan untuk menanyakan kabar ayah. <br />
“Ngomong-ngomong gimana kabar ayah?” tanyaku kemudian memberanikan diri menanyakannya, karena kudengar ayahku beberapa hari lalu masuk rumah sakit dan aku ingin memastikan bahwa tak ada hubungannya kejadian ini dengan mimpi yang barusan kualami.<br />
“Alhamdulillah, ayah sudah keluar dari rumah sakit, tapi keadaannya masih sedikit lemah. Adek do`ain aja ya biar ayah cepat sembuh. Jangan lupa sholat Tahajjud, sholat hajat biar ayah disembuhkan!”<br />
Serasa lepas dari maut. Hatiku akhirnya bisa benar-benar plong mendengarnya. Mimpi pasti hanyalah bunga-bunga tidur saja.<br />
<br />
~~~~~~~~~~<br />
<br />
“Ayahmu ini dibawa pulang saja, ada masa dihatinya dan sudah parah,” kata dokter wanita itu menjelaskan, “Sudah, bawa ayahmu pulang dan penuhi segala keinginannya!” tambahnya lagi seakan-akan harapan itu memang sudah tidak ada. “Saya akan berikan obat rawat jalan untuk 11 hari!”<br />
Kedua wanita bersaudara yang sedang konsultasi dengan dokter itupun saling pandang hingga akhirnya sibuk dengan rasa berkecamuk dalam hati. Hati mereka perih dan rasanya air mata itu sudah hendak jatuh di detik itu juga.Azizah Maulidahttp://www.blogger.com/profile/11965350216511591125noreply@blogger.com0