Presentasi #part I

Kamis, 06 Oktober 2011

Sudah lama tak posting blog, karena sebenarnya saya lebih senang posting catatan d FB. Tapi berhubung teman dekat saya tak punya FB,, postingan ini saya khususkan untuknya^^,,


Entahlah dan aku pun juga heran kepada diriku sendiri. Hari itu aku baru saja melewati sebuah presentasi yang paling mengesankan dalam hidupku sampai saat ini. Kalau dipikir-pikir, ini hanya sebuah presentasi biasa layaknya kita maju ke depan memaparkan beberapa materi. Tapi entah mengapa tiap detik menujunya menjadi sangat penuh arti.
Waktu itu tepat tanggal 22 september, beberapa kertas gulungan sempurna berada di tangan dosen kami Profesor Henny yang dijuluki anak-anak dengan sebutan Einstein. Selain karena orang ini sudah bertitel professor dan memiliki banyak titel lagi di belakanganya, rambut orang ini keriting mengembang kesamping layaknya Einstein yang sering digambarkan orang-orang. Dengan nama Prof.Dr.Ir.H. Henny Pramoedyo , MS sudah cukup membuat pikiran ini menilai bahwa orang ini sudah banyak makan ilmu pengetahuan. Pertama kali melihatnya, hati ini berdesir meraba bagaimanakah karakter orang ini sebenarnya. Dengan kacamata juga selipan guyonan diantara pembicaraannya yang berbobot, orang ini layak disebut keren dan unik. Setiap peraturan perkuliahannya begitu menantang. Tugas-tugas yang diberikan bersifat tak umum  dan yang paling kusuka adalah caranya untuk menitikberatkan sebuah nilai kejujuran dan kedisiplinan pada mahasiswanya. Karena kita pun tahu bahwa di jaman sekarang, kejujuran itu teramat mahal didapat.
Kembali pada tanggal 22 september, saat itu mahasiswa statistika A 2009 terlihat amat tegang dengan wajah harap-harap cemas. Pasalnya, ketika itu akan ditentukan kelompok siapakah yang maju pertama kali untuk presentasi  mata kuliah biometrika. Melihat persyaratan tugas paper dan presentasinya yang penuh syarat, seperti data yang dimiliki haruslah data asli dari skripsi mahasiswa yang belum diolah sampai tuntutan penggunaan software yang kami sama sekali belum pernah menyentuhnya. Dan kami harus menyelesaikan makalah dan bahan presentasinya dalam waktu 4 hari. Semua pun tak mau kedapatan duluan.
“Ada yang mau maju duluan? Ayo silahkan!” kata Proffesor Henny kemudian.
Profesor Henny mempersilakan mahasiswa yang hendak maju pertama kali.  Namun sayangnya mahasiswa kompak hanya  berdiam diri. Semua lirak-lirik teman sekelompoknya memohon agar masing-masing berdoa tak dapat yang maju duluan.
“Ayo, ini masih dasar lho materinya! Kalau kedalam lagi semakin susah!”
Rasanya kata-kata Profesor Heny itu masih tak mempan. Walaupun materinya mudah, tapi jika maju duluan tetap saja mahasiswa tak mau jika hanya diberi waktu 4 hari dengan persyaratan ini itu yang tak seperti biasanya.
“Kalau tak ada yang mau maju duluan, berarti kita undi!”
Mendengar kata undi, sontak hati para mahasiswa berdesir. Otak statistika mereka pun bermain.  Jika di undi, maka kelompok mereka semua pasti akan memiliki peluang yang sama yaitu 0.07. Tapi tak apalah, peluang itu masih lebih kecil dari 0.5. Walau begitu, semua tetap gelisah karena bagaimana pun juga semuanya masih sebuah ketidakpastian yang nyata. Kita tak pernah tahu kelompok mana yang akan maju.
“Hei, ditanya Mas Idul tuh, berani nggak duluan?” Rani, teman satu kelompokku tiba-tiba menyenggolku membuatku kemudian melongo dengan kata-katanya. Tidak, tidak! Aku belum siap jika maju duluan! Lebih baik yang kedua, biar kita bisa melihat bagaimana hasilnya kelompok pertama, lalu belajar daripadanya. Peluangnya 0.07.
Rani sebenarnya juga terlihat cemas, “Materinya sih tak masalah! Datanya ini yang susah nyarinya!” gumamnya kemudian dan membuatku mengangguk setuju dalam hati.
Kertas pun di undi, membuat seluruh mahasiswa menggigit bibir sambil komat kamit dalam hati berdoa semoga bukan kelompok mereka yang maju. Mata pun tak mau lepas sedetik pun dari tangan Proffesor Henny dan tak sabar untuk mendengar angka berapa yang akan keluar dari mulut beliau.
Profesor Henny tersenyum bercanda dan berkata, “Jangan-jangan kau tulis angka satu semua dikertas ini Pry!” katanya pada Apry, penanggung jawab mata kuliah biometrika di kelasku tersebut.
Semua pun mulai berkicau dan jelas saja hati kelompok satu pada berdesir semua. Mungkin dalam hati mereka sudah mulai menyiapkan pelajaran buat Apry jika itu benar-benar terjadi.
“Baik, yang akan maju duluan adalah kelompoknya…” katanya lagi dan kemudian sambil membuka satu kertas yang sudah di undi, setelahnya lalu melihat catatan nama kelompok.
Dan di saat itulah titik klimaks dari kegelisahan para mahasiswa yang tak mau maju presentasi pertama kali.
“Jangan-jangan kelompok kita,” tiba-tiba temanku Dinda bergumam sambil harap-harap cemas dan sontak membuatku menatapnya protes. Aduh Dinda, jangan didoakan seperti itu. its first time dan kita masih belum tahu apa-apa mengenai Profesor Henny.
“Kelompok 8!” ucap professor Henny. Mendengarnya, seketika hatiku lega karena aku adalah kelompok 9.
“Kelompok 8, Ahmad..” tiba-tiba pak Henny mulai menyebutkan nama. Ahmad? Akupun kemudian bertanya-tanya dan mulai menerawang layaknya peramal. Ahmad? Sebenarnya tepatnya adalah pikiran shocked tak percaya. Ahmad?  Bukankah ada salah satu kelompokku yang awal namanya Ahmad. Jangan-jangan…
“Kholidul… “ yah, hatiku pun kemudian pasrah. “Azhar..” rasanya seperti mendengar palu hakim berbunyi tiga kali menyatakan keputusan sidang. Ahmad kholidul Azhar, salah satu nama yang termasuk anggota kelompokku.
Tapi kenapa kelompok 8? Sepertinya professor Henny salah melihat daftar nama kelompok.
“Ahmad kholidul Azhar, Ranika Permata, Maulida Azizah, Dinda Rinai!” kata professor Henny kemudian lengkap menyebutkan nama anggota kelompok yang akan maju.
Rani seketika mengkerutkan keningnya heran, “Lho? Pak? Itu beneran kelompok 8?” katanya kemudian bingung. Pasalnya kami adalah kelompok 9.
Proffesoor Henny kembali menatap kertas dengan wajah berkerut, mungkin membenarkan fokus matanya pada kertas.
“Iya, kelompok 8 ini!” katanya kemudian yakin.
Rani masih menampakkan wajah heran dan membuat professor henny seperti tersangka yang hendak menipu mahasiswanya, “Temenan iki rek, aku lho nggak salah lihat! Tanya o Apry!” katanya kemudian dengan menggunakan bahasa Jawa ke beberapa mahasiswanya sambil mencari-cari sosok Apry. “Ki, kelompok 8 iki!” katanya lagi sambil memperlihatkan kertas undian satu persatu kepada mahasiswa dan malah membuat mahasiswa tertawa.
Rani menatapku mempertanyakan keheranannya sedangkan aku hanya bisa tersenyum kecut menerimanya.
Baiklah, intinya benar-benar kelompokkulah yang akan maju presentasi 4 hari lagi. Rasanya hati ini menangis dalam hati mendengarnya. Padahal saat itu tepat adalah hari ulang tahunku. Tugas presentasi dari Proffesor Henny tiba-tiba seperti kado ulang tahun menggenaskan yang pernah kuterima. Bayangan agenda hari Jumat, sabtu dan minggu sudah menari-nari dalam otak. Tak ada waktu untuk menyalurkan hobby meneruskan novel yang sudah digarap. Tapi apa lagi yang mau dikata, walaupun tak mau maju presentasi, pada saatnya juga giliran itu akan tiba. Jadi terima sajalah…
Usai dari perkuliahan, kami sontak menanyakan perihal kelompok kepada Apry, penanggung jawabnya.
“Heh Pry, kok bisa sih kami kelompok 8, bukannya jarkoman kami kelompok 9!”
“Heh Pry, ngaku kamu! Jangan-jangan kertasnya isinya angka 8 semua ya!”
“Heh Pry, tanggung jawab pokoknya!”
“Semua ini salah Apry!”
Apry pun menjawab dengan hati entahlah, “Emang awalnya kalian kelompok 9, nggak tahu juga kenapa jadi berubah! Pokoknya yang fix kertas yang kalian tanda tangani!”
Pokoknya semua salah Apry. Hahaha… peace Apry ^^!!

2 komentar:

tari mengatakan...

mampiiiir moliii :DDDD

Anonim mengatakan...

Doen dengan gaya belajar yang emmbuat mahasiswa termotivasi dan merasa greget.
Prof. Henny Doesen terbaik bagiku

Mengenai Saya

Foto saya
Apalah arti sebuah nama, tapi ternyata nama sangatlah berarti. siapa nama anda dan bisa jadi kehidupan anda adalah seperti nama anda,,,

Entri Populer

Followers

Daftar Blog Saya