KARENA POLISI (POLISI DILARANG BACA) Kejadian kecelakaan pertamaku

Senin, 07 Februari 2011

Aku adalah orang yang sedikit phobia dengan polisi. Walaupun Dari lubuk hati yang terdalam aku benci dengan polisi, tapi rasa takut itupun ada dikala melihat polisi. Seharusnya ketika aku membenci polisi aku akan sangat jengkel melihatnya dan bahkan mungkin merencanakan rencana jahat untuk memusnahkan mereka. Tak mungkin ada kata takut ketika melihat orang yang sangat kita benci, malah mungkin semangat berani balas dendam. Tapi aku juga sedikit takut ketika harus melihat polisi.

Aku benci polisi? Kenapa? Ah, kurasa diriku tak perlu menjelaskannya karena bagian cerita ini bukan alasan memangapa aku membenci polisi. Bagian cerita ini adalah ceritaku ketika takut berhadapan dengan polisi.

Aku begitu takut dengan polisi. Disamping takut kalau tiba-tiba dimasukin penjara sama mereka karena dikira penjahat, aku sangat takut jika mereka menanyakan SIM C. SIM C? ya, SIM C! Aku sudah sangat sering mengemudikan kendaraan bermotor roda dua tapi aku belum memiliki surat izin mengemudinya. Karena itulah setiap aku bepergian menggunakan motor, aku sangat takut jika tiba-tiba ada polisi yang sedang razia. Alhasil, akupun jadi takut sendiri ketika ada polisi dijalan-jalan, di pos polisi dan dimanapun walaupun mereka tidak sedang razia.

Dan ini adalah beberapa kata-kata temanku dan sepupuku ketika kukatakan aku takut bawa motor kalau ada polisi.

“Kalau bawa motor itu nyantai aja, ada polisi ya cuek aja. Dirimu kalau gerogi gitu malah bikin curiga polisi. Polisi itu tahu gelagatnya orang-orang!”


“Halah, kalau nggak ada razia ya nggak apa-apa kali! Orang polisinya cuman nangkring di pos polisi doang, ngapain kamu gerogi?”

“Kalau ada razia itu mah gampang. Kamu tinggal menepi aja di pinggir jalan. Pura-pura mau beli apa gitu ditoko!”

“Masuk aja ke halaman rumahnya orang! Bilang numpang bentar bu sampai razia berakhir! Begitu! Kalau ada razia itu pasti ketahuan dari jauh banyak motor yang antri dan tentunya ada polisi berjaga!”

Dan sekelumit kata-kata orang lainnya ketika aku berkata aku belum punya SIM dan tidak berani bawa motor walau aku sudah bisa menggunakannya.

Tapi ternyata dalam beberapa tahun ini, rasa terdesak membuatku mengalahkan rasa takut dan merasa bersalah tidak punya SIM. Alhasil, dirikupun sudah sering bawa motor kesana kemari tanpa SIM. Tapi aku tak dapat memungkiri kalau hatiku kadang deg-degan juga ketika melihat ada polisi. Takut tiba-tiba ada razia.

Dan rasa gerogi terhadap polisi membuatku harus mengalami hukuman.

Waktu itu aku habis mengantar sepupuku pulang ke kontrakannya yang ada di Banjarmasin sementara rumahku di banjarbaru yang perjalanannya sekitar 45 menit. Karena hari sudah mau maghrib, kuputuskan untuk sholat maghrib dulu baru pulang daripada aku harus mampir dulu di tengah jalan mencari mesjid untuk sholat maghrib. Sementara aku sendirian dan tak ada teman.

Waktu itu memang sudah malam dan kaca penutup helm semakin membuat penglihatan gelap saja. Tapi kalau kaca penutup helm itu tak kugunakan, maka yang ada debu masuk kemata membuat penglihatanku tambah tak sempurna. Akhirnya dengan hati-hati aku mengendarai motor pulang menempuh perjalanan 45 menit ke rumah.

Sebenarnya aku sudah 3 kali menempuh perjalanan malam-malam dari Banjarmasin ke banjarbaru. Mungkin karena sebelumnya aku habis jalan-jalan seharian yang melelahkan membuatku sedikit tak konsentrasi dalam mengendarai motor ditambah kejadian bertemu polisi. Kalian sudah tahukan kalau aku gerogi kalau lihat polisi.

Waktu itu tepat di bundaran dekat bandara aku tiba-tiba melihat polisi dengan sepeda motornya yang penuh lampu menepi di jalan. Setelah itu diapun kembali menancapkan gasnya dan aku ada tepat di belakangnya. Wah, ada polisi batinku dan muncullah rasa gerogi itu. Padahal aku sudah berpikir untuk tidak usah gerogi. Polisinya cuman sedang berjaga-jaga saja melihat lalu lintas. Jangan sampai kau memunculkan gelagat aneh. Ok? Ok? Dan pikirankupun malah dipenuhi dengan hal-hal itu. Jangan gerogi jangan gerogi. Alhasil aku malah tidak konsentrasi dan tidak sadar kalau mengemudiakan motor terlalu menepi sedangkan ditepi jalan ada lobang yang sangat dalam.

Brakk!!! Dan dalam waktu sepersekian detik aku hanya bisa sadar kalau aku sudah jatuh dari motor dengan posisi miring ke kanan. Wew, untungnya dibelakang tidak ada mobil atau truck. Kalau sampai ada kiamatlah sudah.

“Wah dek, kamu tidak apa-apa?” seorang mas-mas nan baik hati tiba-tiba menyetop motornya dan kemudian menghampiriku membantuku mendirikan motor.

Aku masih tak dapat berpikir saat itu. Sedikit shock juga mengapa aku bisa jatuh. Ini pertama kalinya dalam sejarah hidupku jatuh dari motor.

Aku membersihkan bajuku yang sedikit kotor dan aku tambah shock ketika melihat telapak tanganku sedikit terkelupas. Oh tidak, telapak tanganku sedikit lecet dan terasa perih. Kaki sebelah kanankupun sakit, tapi saat itu aku tak memperhatikan apa yang terjadi pada kakiku. Aku tambah tak dapat berpikir lagi karena tiba-tiba seorang polisi yang sebenarnya mau kuhindari malah balik menghampiriku. Oh no!

“Nggak apa-apa dek?”

Aku masih diam dan sedikit menampakkan wajah melas alias meringis karena perih.

“Tadi ditabrak orang apa jatuh sendiri dek?”

Nah lho, sebenarnya sedkit malu juga mau jawab.

“Jatuh sendiri mas!” jawabku pada mas-mas yang menghampiriku duluan tersebut. “Nggak tahu kalo ada lobang!” tunjukku pada lobang yang sudah membuatku celaka.

“Rumahnya dimana dek?” balik pak polisi yang menanyaiku.

Aduh hatiku jadi tidak karu-karuan. Mengapa pula nih polisi nanya-nanya? Mau nganterin saya ke rumah? Aduh! Dan sekelebat pikiran aneh-anehpun muncul. Jangan-jangan nih polisi bertanya-tanya lagi, “Mbak ini kok bisa jatuh sih? Bisa ngendarain motor nggak sih? Atau jangan-jangan tak punya SIM lagi?” huwaaa!! Harus jawab bagaimana aku? Aku memang tidak punya SIM dan tidak bawa SIM. Bagaimana kalau polisi ini menyuruhku untuk memperlihatkan SIM? Oh tidak! Harus denda berapa diriku?

“Di belakang brimob pak!” jawabku kemudian sambil meringis menahan sakit dan perih.

“Nggak kenapa-kenapa kan dek?” mas itupun ganti bertanya.

“kayaknya luka mas!” jawabku sambil memperlihatkan lecet pada tanganku tanpa tahu kalau ternyata bagian kakilah yang paling parah.

“Ayo sama mas jalannya! Satu arah kok dek ke brimob!”

“Nah, tuh iringin masnya!” saran pak polisi dan akupun mengangguk.

Akhirnya kami bertiga mulai mengendarai motor masing-masing. Mas baik hati itu didepan, belakanganya pak polisi dan aku mengiringi pak polisi di belakang. Wew, lega juga rasanya dan ternyata pak polisi baik hati tidak mempertanyakan SIM. Padahal aku kira pak polisi mau nganterin diriku ke rumah dan bilang pada kakakku, “Mbak, ini adeknya habis kecelakaan jatuh dari motor. Kok bisa jatu sih mbak? Nggak punya SIM ya adiknya?” glodak dah dan aku juga mau ketawa kenapa aku bisa berpikiran seperti itu.

Awalnya aku membuntutui polisi tapi lama-lama pak polisi kuselip juga dan akupun lupa dengan mas baik hati yang sebelumnya menolongku mendirikan motorku. Karena setelah itu aku hanya bisa meringis menahan perih. Angin yang membawa debu mengotori lecet pada telapak tangan kiriku dan menambah rasa perih. Kaki kananku lama-lama juga tambah sakit. Sesampai dirumah kaos kakiku ternyata penuh darah. Luka di kaki sebelah kanan lumayan dalam dan terbuka. Bersyukur kakak tidak pingsan melihatnya. Hanya bisa meringis dan langsung membawaku ke dokter terdekat.

Shock juga ternyata kakakku melihatku datang lecet-lecet. Yang penting pak polisi tidak usah mengantarku sampai rumah. Bisa gawat kalau tahu aku tidak punya SIM.

Inilah pengalaman pertamaku jatuh dari motor dengan hasil telapak tangan kiri perih. Bagian kulit dekat jempol tangan kanan juga perih. Lutut dua-duanya biru bengkak dan punggung kaki kanan yang harus diperban. Semua gara-gara gerogi liat polisi yang berakibat fatal. Tidak tahu kalau ada lobang dalam di depan.

Wew, tapi apapun yang terjadi syukuri saja semuanya. Masih bersyukur karena masih luka ringan. Masih bersyukur yang luka hanya bagian kaki dan tangan. Masih bersyukur motor hanya lecet saja dan tak ada yang rusak. Masih bersyukur dan semuanya masih bersyukur. Dan yang paling kusyukuri dari semuanya adalah tidak ditanyain SIM sama pak polisi. Wkwkwk.. okelah pak polisi, habis ini insya allah saya akan ke kantor polisi untuk membuat SIM. Tunggu luka kaki sembuh dulu tapi ya pak,,

Dan siapakah yang harus bertanggung jawab atas kecelakaaanku ini?? Hmmm,, peace my cousin,, bukan maksud untuk meyalahkanmu dan janganlah merasa bersalah. Inilah ceritanya.. :)

Oh iya, sedikit saran. Ketika mengendarai motor jangan lupa memakai baju tebal dan sepatu. Karena ternyata lututku selamat dari luka karena baju tebal yang kugunakan. Gesekan dengan aspal menyebabkan rokku robek namun menyelamatkan lutut. Lutut kakiku hanya bengkak. Helmpun ternyata menyelamatkan. Itulah mengapa polisi mewajibkan helm demi keselamatan kita semua dan kejadian itu membuatku sadar akan pentingnya helm. Jika bukan karena penutup kaca helm yang kubilang memperburam pandangan, mungkin wajahku sudah rusak karena menyentuh aspal. nah, patut disyukuri lagi bukan:)


catatan untuk my family:

Mohon maaf buat kakakku karena telah membuat motor sedikit lecet dan mohon maaf buat kakakku yang pertama karena kejadian ini akhirnya aku batal ke rumahnya. untuk my cousin yang merasa bersalah, hilangkan rasa bersalahmu. OK? ini murni karena kesalahan pak polisi. wkwkwkwk.. ya nggaklah, tapi memang sudah saatnya diriku merasakan pengalaman jatuh dari motor. hehe ;).. baiklah, tidak usah mulai lebay karena saya hanya luka biasa-biasa saja.

8 komentar:

Arsyil Statistikawan mengatakan...

Saya juga sama..
Soalnya sim hilang n stnk dah mati...
Tapi ingat..
Mencintai ataupun membenci sesuatu itu ilallah.. kalo karena lainnya itu dari syaiton..
Dan takutlah hanya kepada Allah.
Kalaupun kena razia itu mmg sdh karena Allah..

Azizah Maulida mengatakan...

ouw,, klo begitu segera dihidupkan lg STNKnya dan urus kembali SIMnya,, hhe

yupz2:)

Unknown mengatakan...

ckckck... Buat SIM heh!! apa kata dunia klo aktivis aja ngelanggar aturan mengemudi...
Klo g buat ya g usah jalan(Perkataan yg muncul krn saya ud punya SIM dan bayar mahal). So km jg musti bwt SIM biar bayar mahal.. hahaha

Azizah Maulida mengatakan...

Aku belum denger dunia berkata sesuatu padaku Fuzh,,
Iya2,, Insya Allah nanti sy bkin SIM liburan yg akan dtg,, darurat e Fuzh gk ada yang nganter kemana2,,, terpaksa deh mengendarai walo blum punya SIM

Unknown mengatakan...

behh.. nunggu liburan pula... tips klo buat SIM itu Hari jum'at jam 10... n_n

Anonim mengatakan...

saya juga benci polisi, benci sebenci-bencinya, benci dunia akhirat.

Anonim mengatakan...

saya juga jujur agak phobia sama polisi karena dulu trauma. melihat polisi tidak kenapa-kenapa tapi kalau mukanya serem saya takut apalagi pas megang senjata.

Legendary Frog mengatakan...

Saya gak benci polisi.saya benci polisi korup dah(.)

Mengenai Saya

Foto saya
Apalah arti sebuah nama, tapi ternyata nama sangatlah berarti. siapa nama anda dan bisa jadi kehidupan anda adalah seperti nama anda,,,

Entri Populer

Followers

Daftar Blog Saya