[Kaca] DISIPLIN

Rabu, 13 Juli 2011

1 hari 1 tulisan. Inilah ide yang saya tawarkan lalu disetujui beberapa hari yang lalu setelah dikompor-kompori dulu oleh pak tukang kompor menulis, Pak Heri Cahyo, TKM. Tidak lucu kalau saya yang menawarkan dan kemudian saya yang melanggarnya. Jadi intinya, 1 hari harus ada 1 tulisan yang saya buat. Hitung-hitung untuk latihan menulis. Kali aja tambah lancar menulis di keyboard dan kemudian berhasil mengetik tanpa melihat keyboard. Tak tik tuk, tak tik tuk tanpa liat keyboard,, dan tereng,, jadilah NOVEL. (maunya).

Sebenarnya saya tak punya ide menulis hari ini. Tapi tiba-tiba di ingatkan oleh kata-kata “TULIS APA YANG ADA DIPIKIRAN, BUKAN MEMIKIRKAN APA YANG DITULISKAN.”

Tapi apa ya? Apa ya yang sedang saya pikirkan? Wah jangan-jangan saya lagi nggak mikir nih. Oke, oke. Kita flashback dulu ke masa silam alias kejadian tadi pagi. Sebentar, saya ingat-ingat dulu tadi pagi saya ngapain ya?

Oh iya, tadi pagi saya ada agenda menghadiri upgradingnnya salah satu kepanitiaan yang saya ikuti. Apa yang terjadi di pagi tadi membuat saya kembali memutar memori ke tulisan saya beberapa waktu yang lalu yang berjudul [kaca] SI TEPAT WAKTU. Karena di tulisan itu saya berikrar untuk tidak terlambat, maka sayapun mengusahakan untuk tepat waktu. Sayangnya waktu hendak berangkat saya belum sarapan dan ada teman menawarkan untuk membelikan sarapan. Tentu dengan senang hati saya terima dan waktu sudah menunjukkan puku 07.10.

Makanan pun sudah datang. Saya mulai sarapan dengan estimasi waktu sekitar 10 menit. Namun sayang estimasi saya kurang tepat ditambah dengan embel-embel yang lainnya. Alhasil saya pergi ketika jam handphone saya menunjukkan pukul 07.35. Ah, hari ini saya terlambat. Sayapun berpikir agar lain kali lebih mengestimasikan waktu dengan lebih cermat. Jangan menunda-nunda, itu intinya. Tapi ini masih belum sangat terlambat dan masuk dalam angka tolerir keterlambatan. Maka sayapun melangkahkan kaki dengan mantap.

Saya masih melangkahkan kaki saya. Sampai saat kaki saya entah sudah beberapa sekian langkah, saya teringat sesuatu. Ya tuhan, saya lupa membawa almamater. Ah, alamat kembali ke kosan. Estimasi waktu pun semakin tak tepat. Hati ini kemudian bergemuruh merasa menyesal. Padahal sebenarnya saya bisa lebih tepat waktu lagi. Tapi almamater harus dibawa. Akhirnya saya pun kembali ke kos untuk mengambil almamter. Dan tebak, jam berapakah saya sampai? Jam tujuh lebih lima puluhan menitan.

            Sudah berikrar untuk tidak berpikir “Ah, paling acaranya molor.” Tapi sejujurnya hari ini saya sedikit kecewa. Undangan diberikan pukul 08.30 dan saya sudah merasa  cemas dan sesal kaarena hadir tidak pada waktunya. Namun, apa yang terjadi? Pikiran “Ah, paling acaranya molor” mulai goyah. Hampir rapuh dan rapuh. Hampir puhan dan punah. Acara yang di agendakan jam 07.30, ternyata dimulai jam 08.45. Apa apan ini? telat sekitar 85 menit. Saya tidak terima!

Eits, eits, tiba-tiba ada pikiran lain nongol secara tiba-tiba. Bukankah kau bilang ingin menghilangkan pikiran “Ah, paling acaranya molor?”. Berarti kamu mencoba untuk menghilangkan pikiran tersebut. Namun tetap sadarlah bahwa hilangnya pikiran itu bukan berarti kenyataannya seperti itu. Kau hanya mencoba menjadi manusia yang baik bukan?  Menjadi manusia yang disiplin, manusia yang lapang dan manusia yang setia. Itu tujuanmu. Jika kau kemudian marah karena acaranya tak mengikuti pikiranmu, berarti tujuanmu untuk menjadi manusia disiplin, lapang nan setia tidaklah terwujud. Lagi pula hari ini kau masih masuk kategori terlambat. Ingatlah itu!

Sayapun kembali tersentak dengan pikiran sendiri. , untuk pertemuan hari ini tadi, saya gagal menerapkan ikrar saya pada catatan saya sebelumnya, [Kaca] SI TEPAT WAKTU. Tapi tulisan ini adalah salah satu cara saya untuk terus mengingatkan diri, terus berusaha agar menjadi orang yang disiplin, lapang dan setia tak peduli bagaimana orang lain berlaku.

Sebenarnya saya hanya mencoba untuk disiplin. Disiplin menulis sesuai tawaran saya kepada teman-teman saya di FLP, I hari 1 tulisan, maka saya tulislah tulisan ini. Selanjutnya adalah disiplin untuk berusaha datang tepat waktu, menghilangkan pikiran “ah, acaranya paling molor” sesuai dengan catatan saya sebelumnya. Jadi intinya, DISIPLINLAH=D.

Oke, saya rasa cukup sekian karena waktu hampir pukul dua belas malam. Gara-gara minum the racik, saya jadi tidak mengantuk. Ternyata kafein teh nggak kalah sama kopi.

0 komentar:

Mengenai Saya

Foto saya
Apalah arti sebuah nama, tapi ternyata nama sangatlah berarti. siapa nama anda dan bisa jadi kehidupan anda adalah seperti nama anda,,,

Entri Populer

Followers

Daftar Blog Saya