Catatan untuk Morengku,, yang kurindukan,,

Sabtu, 18 Desember 2010



Aku tak ingat kapan tepatnya menemukanmu,, tapi yang jelas aku menemukanmu saat masa-masa 17 hari bersama ayah. Ibu dan kakak kedua pergi ke Makassar mengurus kakakku tersebut yang mau kuliah. Saat itu diriku merana. Bayangkan saja, selama 17 hari segalanya harus di urus sendiri. Yang biasanya makan masakan ibu kini harus ikhlas makan seadanya yang dimasak oleh ayah. Paling sering mie instan campur telor buatan ayah. Kalau lagi malas masak alias nggak bisa masak, warung depanlah solusinya. Beli Sate san Sop Pak Matseman.

Waktu itu aku adalah seorang anak SD yang manja, anak bungsu yang tahunya cuman cuci piring. Itupun maunya cuci piring cuman sekali sehari. Makan dimasakin ibu, baju dicuciin, untungnya masih nyadar diri nyetrika baju sendiri. Alhasil memang nggak bisa apa-apa. Ayahpun sama, yang dia tahu hanya mengurus pekerjaannya, sedang berjuang menghidupkan kembali sekolah yang mau mati. Beruntung ada kakak yang datang seminggu sekali ke rumah, ngurusin kami yang nggak bisa apa-apa. Itupun ibu sempat shock saat kembali ke rumah setelah 17 hari di Makassar, dapur kotor tak karuan, piring dan baju kotor bertumpuk antri minta dicuci. Semua adalah ulahku dan ayahku.

17 hari yang mungkin membuat rumah kami menangis karena tak diurus dengan baik. Saat itulah kau datang. Saat matahari mulai terbenam, saat kami harus menutup semua pintu dan jendela, saat kami harus bersiap-siap sholat maghrib. Dengan warna bulu unik dan tingkahmu yang lincah, tanpa permisi terlebih dahulu, kaupun ngeloyor masuk ke rumah membuat kami berteriak girang.

“Ya ampun, lucu sekali!”

Aku tahu, saat itu kau senang karena dibilang lucu. Kakakkupun langsung mengelus bulumu lembut dan mengangkatmu.

“Kucing Moreng!” seru ayahku waktu itu sambil tertawa saking tak kuatnya melihat warna bulumu yang memang coreng moreng tak beraturan.

“Namanya Moreng!” akhirnya kata inilah yang kulontarkan.

“Jadi namanya Moreng?”

Saat itulah kami sepakat menamaimu Moreng. Waktu itu kucing-kucing kami kebetulan sudah tidak ada lagi. Beberapa mati dan meninggalkan satu kucing jantan besar yang sepertinya tidak betah di rumah, namanya Kimpus yang hanya datang sesekali saja ke rumah.

Waktupun berjalan, kuhabiskan hidup bersamamu Moreng. Aku yang notebenenya waktu itu tidak berani tidur sendiri selalu menjemputmu diam-diam di tengah malam dan membawamu masuk ke kamar. Lucu memang, takut tidur sendiri akhirnya minta ditemanin tidur sama seekor kucing sepertimu. Tapi bagiku kaulah penyelamat hidupku dari ketakutan tidur sendiri waktu itu. Walaupun sekarang aku jadi berpikir, apa memangnya yang kutakutkan saat tidur sendiri waktu itu? Hantu? Ah, ini dia karena kebiasaan kakakku menakutiku soal hantu. Tapi apa yang dilakukan kakakku memang ada hikmahnya bagiku. Jika nanti aku punya anak, aku tak akan mau melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan kakakkku padaku. Menakuti anak kecil dengan hantu. Ini akan membuatnya jadi takut dengan hantu. Kurasa kakakku tersebut harus minta maaf padaku soal ini.

Anak SD itu sangat bahagia dengan kehadiranmu Moreng, tetap akan bahagia walau kau sudah semakin tua seiring bertambah dewasanya gadis itu. Walau kau sering ditinggal gadis itu pergi untuk sekolah di luar kota bahkan luar pulau, dia tetap merindukanmu. Walau kau tak selucu saat kau kecil, dia tetap merindukanmu. Merindukan suara mengeongmu saat kau marah dipegang, merindukan sikap manjamu saat melihat gadis itu membawakan makanan, merindukan lincahnya dirimu saat diajak bermain-main dengan seutas tali.

7 tahun lamanya, disana ada suka duka. Suka saat melihat anak-anak kucing yang kau lahirkan sehat dan duka saat harus menguburkan satu persatu anak-anakmu yang mati.

Kau adalah kucing terunik yang pernah kutemui, kucing pemarah yang pernah kutemui dan kucing yang tak pernah mencakar dan melukaiku.

Ah Moreng, dimanakah kau sekarang berada? Masih hidupkah? Atau sudah mati? Jika kau masih hidup, semoga kau baik-baik saja dan mendapat majikan baru. Jika kau sudah mati, kuharap kau tidak pernah menyesal telah menjadi bagian dari keluargaku. Maafkan kami Moreng, bukan maksud kami meninggalkanmu di rumah yang dahulu, tapi kamulah yang memilih untuk tidak ikut kami pindah rumah. Kau sembunyikan anak-anakmu hingga kami tak tega untuk membawamu pergi sementara anak-anakmu yang baru lahir menunggumu di tempat yang kau sembunyikan. Saat kami kembali ingin menjemputmu, kaupun sekarang hilang entah kemana.

Kucing tuaku yang malang yang tak sebahagia dulu saat ayah masih hidup. We always Love you,,T.T,, hiks, hiks, hiks,, walau kau tak membaca tulisan ini Moreng, paling tidak situs ini menjadi saksi atas rindunya aku padamu,,,

Dalam kerinduan yang sangat saat melihat kembali photo-photo Moreng masa dahulu kala,
Banjarbaru, Juli 2010

2 komentar:

Unknown mengatakan...

semacam... LEBAY.. hmm sory_^

seru juga tuhh klo di tinggal ortu.. say jg pernah merasakan sendirian di rumah 15 hari.. coz orng2 pd k java.. he

Anonim mengatakan...

Daku mampir moly ^_^

Mengenai Saya

Foto saya
Apalah arti sebuah nama, tapi ternyata nama sangatlah berarti. siapa nama anda dan bisa jadi kehidupan anda adalah seperti nama anda,,,

Entri Populer

Followers

Daftar Blog Saya