Mimpi Itu????

Sabtu, 18 Desember 2010



“Aku adalah Tuhan!” Akunya tiba-tiba. Aku yang saat itu masih konsentrasi menunggu bis pulang kini tersentak kaget, samar-samar kudengar bapak tua itu mengaku Tuhan.

“Akulah Tuhanmu!” akunya tiba-tiba.

Sebenarnya tak jadi masalah jika dia mengaku Tuhan, akan kuanggap dia gila, tapi masalahnya dia tengah mengajaku bicara. Jadi initinya dia sedang mengaku bahwa dirinya Tuhan kepadaku dan bukan kepada orang samping kiri, kanan, depan dan belakangku.

Mendengar pengakuannya tentu saja aku melongo sesaat dan kemudian langsung tertawa terbahak-bahak. Wajah itu memang sudah mulai keriput. Beberapa rambut putih muncul dari dagunya. Dan dengan wajah yang datar tiba-tiba dia mengakui dirinya sebagai Tuhan. Siapa yang akan percaya? Apalagi di zaman yang sekarang ini.


“Jangan ngaco Pak!” bantahku sambil masih menahan tawa. “Bapak pikir saya percaya?”

“Aku ini Tuhan!” orang itu masih tetap ngotot.

“Pak, jangan begitu! Nanti Bapak kualat lho! Mau bernasib sama kayak firaun?”.

Tiba-tiba suara bapak itu meninggi dengan raut wajah yang mulai marah,,”AKU INI TUHAN!”

Aku terdiam. Kupikir Bapak tua ini bercanda tapi ternyata dia serius mengaku bahwa dirinya Tuhan.

“Tidakkah kau percaya sedikitpun kalau aku ini Tuhan?” kali ini bapak tersebut menatapku dengan tajam.

Aku masih diam. Hati yang tadi sebelumnya tertawa tiba-tiba ciut. Lama-kelamaan orang ini terlihat menakutkah. Setankah? Aku tak pernah mengenalnya sebelumnya. Tiba-tiba saja bertemu di halte bus ini dan dia langsung mengaku dirinya sebagai Tuhan. Siapa yang tidak kaget? Di zaman sekarang masih aja ada golongannya firaun yang mengaku sebagai Tuhan.

“Kalau kau tidak percaya aku ini Tuhan, lalu siapa yang kau percayai bahwa dialah Tuhan? Siapa?” tanyanya lagi, “Siapa?”

Aku bergidik dan kemudian menjawab terbata, “Ya Tuhankan A, Allah pak! Allah SWT!”

“Kau percaya akan adanya Allah?” tanyanya lagi dan kali ini nadanya melemah.
Aku mengangguk sambil menelan ludah. Entah kenapa tiba-tiba saja aku menjadi sangat merinding.

Bapak itu tiba-tiba melembut dan tersenyum dengan senyuman damai namun kata-katanya tepat menusuk jantung, “Kalau begitu, mengapa kau tidak menunaikan hak-hakNya anakku? Mengapa kamu masih lalai?”



“DAFAA….. BANGUN! SUDAH JAM BERAPA INI?” teriakan ibuku yang baru lewat depan kamarku terdengar membangunkanku dari mimpi bertemu pak tua tersebut. Memang aku ini kebanyakan nonton film, sampai-sampai mimpi yang aneh.
Mataku yang masih sipit belum sempurna untuk melek, kuarahkan kearah jendela yang sudah mulai terang.
TOK! TOK! TOK! Pintuku tiba-tiba bergetar. Seseorang mengetuknya dengan sangat keras.
“Masya Allah kak Dafa! Sholat kak, sholat! Ini namanya kakak itu sholat pagi bukan sholat subuh!”
Teriakan adikku Anggun ikut mengalun melewati telingaku. Memangnya ada sholat pagi? Namun aku sudah sangat kebal dengan cara mereka membangunkanku. Entah sudah berapa lama mereka teriak dan menggedor-gedor pintuku. Mataku masih sangat mengantuk. Rasanya tubuh ini benar-benar malas untuk bangun.
“DAFAAAA! SHOLAT NAK!” terikan lagi.
Baiklah. Aku akan bangun.

~~~~~~~~~~

Apa kau tahu benda apa ini?” tanyanya seperti mengujiku.
Kali ini aku ingin kembali tertawa. Apa sih maksud bapak tua ini? Ya jelas yang dipegangnya itu adalah Al-quran. Aku orang Islam dan aku tahu itu.

“Ya jelaslah saya tahu wong itu setiap hari saya baca, itu Al-Quran!”

“Lalu apa gunanya benda ini?” tanyanya lagi dan aku tahu ia memandangku remeh.

“Ini pedoman umat islam! Membacanya akan dapat pahala! Masa sih bapak tidak tahu?

Bapak ini orang Islamkan?” tanyaku sedikit sinis. Sebel juga lihatnya karena dia seperti mau mengujiku.

Aku tidak dihiraukan. Dia langsung memalingkan pandangannya padaku dan langsung membaca surah Al Isro ayat 32. Dan aku menjadi ingat tentang arti ayat tersebut, Janganlah kau mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang sangat keji.


Mataku kembali terbuka. Sepertinya hari masih subuh, kulihat jendelaku yang masih gelap. Pintu kamar juga masih belum terdengar gedoran. Ah, jadi ingat mimpi barusan tadi.

Kenapa orang itu lagi? Lagi- lagi aku memimpikan Bapak tua itu. Ini adalah hari keduaku memimpikan Bapak itu. Ada apa ini? Aneh dan benar-benar aneh. Seingatku aku sudah berhenti nonton film-film misteri, fantasi dan sebagainya. Tapi mengapa bunga-bunga tidurku seperti ini? Oh Tuhan ada apa dengan mimpi-mimpiku ini? Jinkah yang ada di dalam mimpiku itu?

Aku mengambil Handphone, memastikan jam karena kebetulan jam kamarku sedang tak berfungsi. Sepertinya tadi malam aku lupa untuk membuka sms dari Yoan pacarku.

Say, bzk nonton yuk!
Ada film bagus lho


~~~~~~~~~~

“Aku adalah seorang nabi, utusan Allah untuk menyempurnakan akhlak!” Akunya lagi.

“Bapak jangan ngaco!”

“Mengapa kau katakan aku ini ngaco? Sungguh kau akan berdosa jika tidak mengakui kenabianku!” ucapnya lagi.

“Pak, nabi terakhir itu Nabi Muhammad. Beliau adalah nabi akhir zaman. Nggak ada lagi nabi setelahnya!”

“Siapa itu Muhammad?”

Aku kembali bingung. Orang ini benar-benar tidak waras.


Aku membuka mataku perlahan, mimpi barusan masih sangat terasa. Apalagi mimpi tersebut seperti sebuah serangkaian episode dari mimpiku sebelumnya. Bapak tua itu. Ya, Bapak tua itu. Ya Tuhan, apakah aku sedang disihir oleh seseorang? Jangan-jangan Yoan tahu aku selingkuh lalu mengirimiku jin.

Ini adalah mimpi ketigaku. Lagi-lagi aku memimpikan orang yang sama. Jangan-jangan ini pertanda aku akan mati. Mungkinkah? Jangan-jangan orang itu kelak yang akan menanyaiku di alam barzah. Siapa Tuhamu? Apa agamamu? Apa kitabmu? Siapa Rasulmu? Benar sekali karena pada mimpi pertamaku dia mengaku dirinya Tuhan dan setelah itu menanyaiku akan siapa Tuhanku. Setelah itu aku bermimpi dia menunjukkan Quran, kitab umat Islam padaku. Dan pada mimpi ketiga ini, dia menanyakan Muhammad, Rasulullah SAW.

Apa? Benarkah? Jadi aku akan mati? TIDAAAAAKKKKKK!!! Tidak, aku masih ingin hidup lama di dunia ini.

Cekrekk! Pintu kamarku tiba-tiba terbuka. Kulihat sosok ibuku yang kemudian kaget melihatku yang sudah bangun dari tidur walaupun masih berada di kasur dengan selimut yang masih menutupi kedua kakiku. Wajahku sekarang memang sudah tidak seperti orang yang bangun tidur karena aku berpikir keras tentang mimpi-mimpiku yang aneh.

“Tumben nak sudah bangun! Ayo ngambil wudhu! setelah itu, sholat qabliyah dulu lalu kita berjamaah bersama!” katanya namun aku tahu dia yakin aku tidak akan mengikuti apa katanya. Sholat qabliyah? Ah ibu, itukan hanya sunnah. Aku masih malas untuk beranjak dari kasur. Tapi, kalau benar mimpi-mimpi itu petanda aku akan mati bagaimana? Tak ambil pikir lagi akupun langsung beranjak dari kasur menuju kamar mandi.

~~~~~~~~~

Hari itu hujan turun seperti petanda ikut berduka cita. Ibuku masih memaksakan senyumnya berterima kasih kepada orang-orang yang datang walau hidung dan matanya sudah memerah habis menangis. Adikku hanya bisa duduk menyaksikan orang-orang yang lalu lalang. Dia menahan tangisnya. Aku tahu itu dan sebentar lagi tangisnya pecah. Hari itu hari dimana ayahku meninggal dan siap untuk merasakan sedapnya aroma tanah.
Aku mengikuti prosesi penguburan ayahku dan aku tiba-tiba tersentak kaget ketika kudapati seorang Bapak tua memperhatikanku dengan tajam. Dia kemudian mendekatiku.

“Apa kau tahu apa yang akan terjadi setelah kau mati?”

Aku diam dan tak menjawabnya. Aku baru dilanda duka dan tiba-tiba dia menanyakan hal yang membuatku seketika membeku. “Apa kau tidak yakin kalau kau akan mati?”

Aku menatapnya tajam. Hatiku berdegup kencang. Aku tak tahu harus menjawabnya bagaimana. Tentu saja aku pun pasti akan mati. Aku ingin menjawabnya tapi aku tak dapat bersuara dan tubuhku tiba-tiba tidak bisa kugerakkan sedikitpun.

“Ini adalah pertemuan terakhirku denganmu!” terangnya. “Sadarlah anakku akan beberapa hal pada mimpi-mimpimu! Sungguh, hatimu itu sudah hampir mati. Kau percaya Allah tapi kau masih lalai memenuhi hak-hak-Nya. Kau baca Al-Quran tapi kamu tidak mengamalkan ajarannya, kau percaya Rasul tapi kau tidak melaksanakan sunnahnya, dan aku tahu kau mengerti setan itu musuhmu namun kau masih menerima ajakan-ajakannya, kau melihat kematian anakku, kematian dari ayahmu sendiri namun kau tidak mengambil pelajaran daripadanya.”

Jantungku seperti ditusuk tombak. Sakit dan perih. Semua kata-katanya tepat sasaran menggerakkan saraf-saraf tubuhku untuk menyadari akan semuanya.

“Aku adalah doa dari ibumu. Aku adalah jawaban doa dari ibumu. Doa yang selalu dipanjatkannya setiap malam di akhir sujud tahajjudnya.”

Mataku perlahan membuka. Kulirik jam menunjukkan pukul 3 pagi. Kudengar sebuah ketukan di kamar sebelah.

“Anggun, ayo Tahajjud!” kudengar ibuku menyerunya.

Aku membangunkan diri. Otakku masih masih berputar kesana kemari memikirkan mimpi-mimpi yang kualami dengan keras.

“Aku adalah doa dari ibumu. Aku adalah jawaban doa dari ibumu. Doa yang selalu dipanjatkannya setiap malam di akhir sujud tahajjudnya.”

Aku memaksakan diri beranjak dari kasur, suara ibuku menggerakan hatiku untuk menemuinya. Aku keluar dari kamarku, dan kulihat ibuku yang tengah sujud di ruang sholat.

“Eh, kak Dafa?”

Aku sedikit tersentak ketika adikku mengucek-gucek matanya dan memperhatikanku tajam. Wajahnya habis basah karena air wudhu.

“Tumben kak? Ini belum subuh lho!”

Aku diam tak memghiraukannya. Jika kalian mengalami apa yang kualami apakah yang kalian rasakan? Ya, seperti itulah perasaanku saat ini.

0 komentar:

Mengenai Saya

Foto saya
Apalah arti sebuah nama, tapi ternyata nama sangatlah berarti. siapa nama anda dan bisa jadi kehidupan anda adalah seperti nama anda,,,

Entri Populer

Followers

Daftar Blog Saya