DETIK-DETIK ITU,,, (part I)

Sabtu, 18 Desember 2010




Gerimis, setetes demi setetes, air itu jatuh dari langit. Aku melihatnya, di dalam kegelapan malam, garis-garis tipis yang samar berjatuhan dengan cepat ke tanah. Jalan di depanku begitu lebar, namun jalan itu kian mengecil dan semakin tak kelihatan seiring jauhnya pandangan.
Telepon tiba – tiba berdering, sedikit mengejutkan relung hatiku. Namun aku tak begitu peduli, tidak ada rasa penasaran siapakah yang menelpon saat itu, tapi tubuh tentu saja tetap merspon dan akupun mengangkatnya.
“Assalamu`alaikum,,,” sapaku.
“Dek, ayah meninggal!” suara kakak perempuanku di seberang sana.
Meninggal? Aku hanya meresponnya dengan biasa. “Oh…” ayah meninggal ya, batinku. Tak ada perasaan sedih maupun kecewa, semua hanya biasa seakan kabar itu tak ada.

Mataku perlahan membuka, aku melirik jendela. Sepertinya hari mulai terang dan jendela yang mulai terang itu sempurna mengejutkanku. Pertama kali yang kuingat, jelas aku belum menunaikan sholat subuh dan hari sudah mulai meninggalkanku untuk menunaikannya. Sudah berapa lama aku tidur? Sebegitu lelahkah aku sehingga aku bangun kesiangan seperti ini? Tak pikir panjang lagi aku langsung beranjak dari kasur, namun belum sempurna ku menjauh dari kasur, handphoneku tiba-tiba berdering.
My sister `1 memanggil
Kaki yang sebelumnya hendak bergerak kini seketika terkunci. Deg? Jantungku berdetak kencang. Telepon dari kakak? Otakkupun kini berputar, mengembalikan beberapa memori yang belum lama lewat. Bukankah baru saja aku bermimpi kakakku menelpon? Bukankah baru saja aku bermimpi kakakku mengabariku kabar buruk? Bukankah baru saja aku bermimpi kakakku mengabarkan bahwa ayahku meninggal? Akupun langsung ciut ditempat. Sesaat gagang telepon itu seperti monster yang siap menerkamku. Ada apakah gerangan kakakku menelpon? Akankah mimpi yang barusan kualami menjadi kenyataan untuk detik ini juga?
Lama aku memandang handphone itu hingga akhirnya memberanikan diri mengambilnya. Dengan rasa cemas akupun memencet tombol jawab. Aku meneguk air liur hingga akhirnya menyapa kakaku yang ada diseberang sana.
“Assalamualaikum,”
“Dek?” suara kakak perempuanku diseberang sana.
“Ya?” aku mejawabnya lagi dengan hati berkecamuk, tanpa sadar akupun mondar mandir ketakutan, takut ada kabar buruk yang keluar dari suara seberang itu.
“Gimana kabarnya? Lama nih nggak nelepon!”
Aku masih memasang kuping tajam dengan hati yang amat gelisah samapai lupa bahwa aku belum menunaikan sholat subuh. Aku menjawab setiap pertanyaan dan sapaannya. Namun, hatiku terus gelisah takut mimpi buruk itu benar–benar terjadi hingga akhirnya kuberanikan untuk menanyakan kabar ayah.
“Ngomong-ngomong gimana kabar ayah?” tanyaku kemudian memberanikan diri menanyakannya, karena kudengar ayahku beberapa hari lalu masuk rumah sakit dan aku ingin memastikan bahwa tak ada hubungannya kejadian ini dengan mimpi yang barusan kualami.
“Alhamdulillah, ayah sudah keluar dari rumah sakit, tapi keadaannya masih sedikit lemah. Adek do`ain aja ya biar ayah cepat sembuh. Jangan lupa sholat Tahajjud, sholat hajat biar ayah disembuhkan!”
Serasa lepas dari maut. Hatiku akhirnya bisa benar-benar plong mendengarnya. Mimpi pasti hanyalah bunga-bunga tidur saja.

~~~~~~~~~~

“Ayahmu ini dibawa pulang saja, ada masa dihatinya dan sudah parah,” kata dokter wanita itu menjelaskan, “Sudah, bawa ayahmu pulang dan penuhi segala keinginannya!” tambahnya lagi seakan-akan harapan itu memang sudah tidak ada. “Saya akan berikan obat rawat jalan untuk 11 hari!”
Kedua wanita bersaudara yang sedang konsultasi dengan dokter itupun saling pandang hingga akhirnya sibuk dengan rasa berkecamuk dalam hati. Hati mereka perih dan rasanya air mata itu sudah hendak jatuh di detik itu juga.

0 komentar:

Mengenai Saya

Foto saya
Apalah arti sebuah nama, tapi ternyata nama sangatlah berarti. siapa nama anda dan bisa jadi kehidupan anda adalah seperti nama anda,,,

Entri Populer

Followers

Daftar Blog Saya