[Kaca] Catatan Pak Dian

Senin, 18 Juli 2011

“Mbak!” seseorang menyentak. Aku dan temanku yang sedang menaiki motor pun segera menoleh ke belakang.

“Lain kali jangan rem mendadak dong!” katanya lagi dengan nada yang cukup tinggi. Kurasakan dengan jelas kemarahan yang muncul dalam dirinya. Wanita berjaket hitam tersebut menyorotkan mata tajam kearah kami. Slayer putih menutupi mulut dan hidungnya.

Lama kami tertegun dan kemudian aku pun tersadar bahwa baru saja aku menyuruh temanku menyetop motor karena tempat yang kami tuju terlewat.

“Mau saya tabrak ya Mbak?”

Jujur saja, ketika melihat wanita itu, yang tebersit di pikiranku bukan rasa bersalah atau mungkin rasa sakit hati akibat ucapannya yang begitu menusuk hati. Yang ku ingat pertama kali adalah sebuah bacaan yang pernah kubaca, yaitu  catatan FB yang ditulis oleh Pak Muhammad Dian. Wah, apa yang kualami, hampir mirip dengan cerita pak Dian.

Aku dan temanku akhirnya menundukkan kepala sambil memohon maaf. Tapi yang kami dapat bukan penerimaan maaf melainkan mementalkan apa yang baru saja kami ucapkan.

“Maaf-maaf!” katanya kemudian sinis. “Kalau nggak bisa bawa motor itu nggak usah pake motor!” katanya lagi. “Mau saya tabrak? Lain kali jangan rem mendadak!” wanita itu terus menerus meluapkan kekesalan cukup lama.

Pikiranku kembali melayang. Pikiranku menjamah pada catatan pak Dian yang berjudul “Pernahkah memakan telur dengan cangkangnya?” hingga akhirnya memoriku kupaksa mengingat apa pesan yang ada di dalamnya.

Dalam kehidupan terlalu sering kita terpaku pada PERISTIWA dan PROSES dibanding ISI yang terkandung di dalamnya.

Yupz, benar sekali. Bagian ini bagian penting. Tapi ada pesan terakhir lagi yang bisa kita terapkan langsung. Maka kupaksa lagi memori untuk mengingatnya.

selalu nikmati ISI dari kehidupan ini, abaikan segala hal yang membungkusnya. Hidup akan lebih efektif dan bahagia.

Maka, akhirnya aku pun mementalkan segala kata-kata menyakitkan dari wanita tersebut. mengambil langsung isi darinya. Baiklah, lain kali kami akan lebih hati-hati. Akan kami usahakan untuk tidak rem mendadak karena itu akan membahyakan nyawa kami. Walau yang ini sebenarnya bukanlah kehendak kami untuk menyetop motor secara mendadak.

Aku pun akhirnya menepuk pundak temanku yang memboncengku setelah wanita itu berlalu membawa kekesalannya, “Abaikan kekasarannya, kita perhatikan isinya!”

“Ya mbak? Kenapa?” katanya kemudian sebenarnya masih belum mengerti.

Aku diam, masih tertegun dengan barusan yang kualami juga merasa heran karena tak sedikit pun ada rasa sakit hati dalam hatiku. Kalau dipikir-pikir bungkusannya padahal teramat kasar. Malah temanku adayang bilang bahwa semua ini mirip parade sinetron.

Aku hanya terus teringat pada catatan Pak Dian. Sebelumnya aku sudah pernah menasehati seseorang dengan catatan tersebut saat dia dihina oleh seorang temannya. Betapa cepatnya kemudian akulah yang mengalaminya. Ini seperti sebuah ujian atas nasehatku pada temanku. Apakah aku juga bisa menerapkan seperti pesan yang terkandung pada catatan Pak Dian yang kubaca. Tidak lucu kalau hanya bisa menasehati tanpa bisa melakukannya juga.

Referensi link:

0 komentar:

Mengenai Saya

Foto saya
Apalah arti sebuah nama, tapi ternyata nama sangatlah berarti. siapa nama anda dan bisa jadi kehidupan anda adalah seperti nama anda,,,

Entri Populer

Followers

Daftar Blog Saya