[Kaca] SI TEPAT WAKTU

Minggu, 10 Juli 2011

“Jadi, kapan kita akan rapat lagi?”
“Besok jam 9 ya!”
“Deal!”
“Oke”
“Tapi harus tepat! Jangan seperti hari ini! kasihan yang nunggu lama!”
Sebuah percakapan yang sudah sangat biasa. Harus tepat ya! Kata-kata inipun kerap kali diucapkan saat orang-orang merencanakan janji bertemu kembali, berharap agar besok semua datang tepat pada waktunya. Namun apa yang terjadi? Kadang yang berucap bahkan tidak mengikuti apa yang dikata. Hasilnya, perjanjian yang awalnya dimulai jam 9, menjadi jam 10 bahkan mungkin jam 12 setelah adzan dzuhur berkumandang.
Sebenarnya aku pun bukan orang yang bisa dicap sebagai orang yang on time (bahasa kerennyalah =D). ketika janji itu misalnya jam 9, aku kerapkali terlambat sekitar 15 bahkan 30 menit. Karena aku selalu berpikir “ah, paling juga molor” dengan tanpa sadar bahwa banyak orang yang berpikiran sama dan memutuskan hal yang sama, memolorkan waktu. Walau demikian, ilmu statistika tetaplah berlaku dalam sebaran normal. Pencilan itu pasti ada. Lantas, siapakah pencilan disini? Pencilan disini adalah orang yang tidak berpikir seperti yang di atas. Yaitu orang yang selalu berpikir “sudah disepakati pertemuan jam 9, maka aku harus datang tepat pada waktunya!” sehingga dia pun adalah orang yang datang pertama kali dalam kesepakatan itu.
Teringat sebuah kejadian ketika aku memiliki agenda pertemuan.
“Apa? Kalian masih mau sarapan?” seorang temanku pernah sedikit shock  ketika datang ke kos untuk mengajak pergi bersama ke pertemuan tersebut  dan aku masih sarapan. “Ini sudah jam berapa? Apa kalian tidak pernah mengatur jadwal? Missal aku ada agenda jam sekian lalu makan, mandi dan sebagainya dilakukan jam sekian?” katanya lagi mengomel.
Aku yang lagi sarapan waktu itu pun seketika terhenti. Hatiku berdenyut kesal. Kesal yang mungkin tak seharusnya. Ni anak, ngomel-ngomel. Kalau nggak suka, duluan aja kenapa sih? Emang orang melankolis, kerjaannya terstruktur sekali. Tapi sebenarnya secara tak langsung aku sangat memuji dan mengaguminya sebagai orang yang melankolis sempurna ini, yang terorganisir dengan baik. Wah, anak ini hebat sekali. Jadwalnya sangat teratur dan dia sangat mengutamakan ketepatan waktu. Dia adalah tipe orang yang ketika berjanji akan menepatinya sebaik mungkin.
“Ah, kamu kayak nggak tahu aja. Pasti molor deh acaranya!” kataku kemudian menimpali. Yah, pikiran seperti biasanya.
Tapi dalam hati sebenarnya aku merasa berdosa untuk mengatakannya. Secara langsung aku berdoa agar acaranya molor dengan perkataan tersebut. “Ah, kamu kayak nggak tahu aja. Pasti molor deh acaranya!”
Bagaimana kalau kita bersama-sama meninggalkan pikiran ini? Lalu menggantinya dengan ketika acara itu jam 8, maka aku tidak boleh datang melebihi jam tersebut. Artinya, datang tepat pada waktunya. Kalaupun acaranya nanti molor karena kebiasaan orang-orang yang molor, biarlah kita tetap pada keteguhan prinsip kita bahwa kita adalah pemegang amanah yang sangat baik. Jangan sampai kita menjadi alasan kejengkelan untuk orang-orang yang datang tepat waktu namun harus mengalami nasib na`as, menunggu acara dimulai sampai para penganut paham jam karet datang. Hal ini tentu akan sangat mendzholimi mereka yang datang tepat waktu. Hargailah mereka-mereka yang sadar akan pentinganya waktu.
Aku akan berbagi sedikit ceritaku di hari ini. Kebetulan hari ini aku punya dua janji. Yang pertama, ke sekretariat BEM untuk mengantarkan photocopian brosur jam 08.00 dan  ke Mesjid Al-Falah untuk melanjutkan proyek dengan beberapa teman jam 08.30. Waktu bangun pagi, diri pun berikrar, hari ini aku harus datang tepat waktu. Tapi sayangnya, karena sesuatu hal, akupun terlambat datang ke sekretariat BEM. Aku menemukan temanku Jakfar yang sudah berada disana dan menunggu sendirian. Wah anak ini tepat waktu sekali. Tapi mana yang lainnya? Baiklah, hari ini ikrarku sebenarnya tak berhasil untuk pertemuan di BEM. Tapi setidaknya aku adalah pendatang kedua.
Setelah sampai di sekretariat BEM, aku pun segera menyerahkan nota dan pergi meninggalkan temanku yang datang pertama tersebut menuju masjid Al-Falah. Kali ini aku harus datang tepat waktu, rasanya sangat tak lucu jika aku telat sementara akulah yang terus menerus mengingatkan teman-teman agar kali ini datang untuk tepat waktu. Aku harus jadi orang pertama yang datang.
                Sesampainya di mesjid Al-Falah, aku segera melihat ke sekililing mencoba memeriksa apakah teman-teman sudah datang atau belum. Aku berharap akulah yang pertama kali datang dan berharap setelahnya, tanpa selang waktu banyak menit, teman-teman yang lain datang semua.
Aku tak melihat teman yang lain sudah datang. Jadi, akulah yang pertama. Aku masuk ke dalam masjid dan yang kulihat hanyalah seorang laki-laki yang sedang sholat, kemungkinan dia sedang sholat duha. Dari belakang terlihat seperti ustadz Pembina asramaku dulu di MAN3, hingga kukira orang itu adalah ustazdku.  Sudah berniat setelahnya mau menyapa.  Namun, betapa terkejutnya aku karena yang sebelumnya kukira Pembina asramaku dulu, adalah salah satu temanku yang juga terikat dalam pertemuan kali itu. wah, ternyata aku tetap yang kedua.
Dua agenda dan menjadi yang kedua hadir dalam kesepakatan. Tapi tak apa, setidaknya aku datang tetap tepat pada waktunya. Dan tak lama yang lain menyusul. Beruntung hari ini molornya tak begitu lama. Its amazing sebenarnya. Jika semuanya pada datang lebih awal lagi, mungkin akan terasa melegakan dan menyenangkan. Time is money!!
Pernah dapat pelajaran dalam pentingnya hadir tepat waktu. Seseorang memintaku untuk memperhatikan surah an-nam ayat 20-21.

“Dan dia periksai burung-burung , lalu dia berkata : Mengapa aku tidak melihat burung  takur?  Apakah dia termasuk yang tidak hadir ? Sungguh akan aku siksa dia dengan siksaan yang sangat berat, atau sungguh akan aku sembelih dia atau dia segera datang kepadaku dengan ke­terangan yang jelas.” (An-naml 20-21)

Silahkan renungkan sendiri isinya dan silahkan buka Al-Quran kalian untuk melihat kelanjutan ceritanya. Bila perlu, buka tafsir mengenainya =D.
Aku memutuskan untuk merubah kebiasaan datang tak tepat waktu. Kata-kata “Ah, paling juga molor” akan kucoba untuk menghapuskannya dari kebiasaanku. Kumulai dari usahaku dalam memenuhi dua agenda hari ini walau aku masih menjadi yang kedua. Setidaknya masih tepat waktu dan tidak menjadi yang paling terakhir karena yang terakhir adalah orang yang dzholim terhadap si awal. Lalu, bagaimana dengan kalian? Akankah tetap pada kebiasaan lama atau masih selalu berpikir “Ah, paling acaranya molor?”
LIFE IS CHOICE ^^. Hidup adalah pilihan dan setiap pilihan memiliki alasan. Akankah alasan itu konkrit dan dapat diterima demi kehidupan yang lebih baik? Atau malah sebaliknya?

0 komentar:

Mengenai Saya

Foto saya
Apalah arti sebuah nama, tapi ternyata nama sangatlah berarti. siapa nama anda dan bisa jadi kehidupan anda adalah seperti nama anda,,,

Entri Populer

Followers

Daftar Blog Saya