[Ceritaku] Bertemu Ibu

Minggu, 31 Juli 2011


Tulisan ini ku ketik tepat setelah aku bangun dari tidur dan kemudian deras mencucurkan air mata kembali. Hari pertama puasa, tak kusangka malah kulalui dengan beribu butir air mata. Aku tak dapat menahannya karena kerinduan yang luar biasa yang terpancar dari dalam hatiku. Rindu pada ibuku. Bulan ramadhan ini adalah  ramadhan pertamaku tanpa seorang ibu. Ibu yang biasanya selalu menelponku, menanyakan sahur apa dan buka apa. Jika kemudian beliau menemukan sesuatu yang kurang special di dalam menuku, beliaupun memintaku untuk meningkatkan kualitas makananku.

Kali ini kedua kalinya aku menangis di depan umum. Tadi malam aku menangis rindu dalam sholatku. Tarawih membuatku teramat merindukannya hingga tetesan bening menetes tak terkendali saat aku tarawih. Tapi ini ada efeknya, sholat Isya dan tarawihku tiba-tiba khusyuk luar biasa. Karena di sela rinduku, aku pun menyadari bahwa ternyata dunia ini semu dan sementara. Ujung dari segalanya adalah akhirat.

Dari tadi malam dan hari ini, aku tak henti-hentinya merindukan ibu. Aku pun menangis. Air mataku tak dapat kubentung. Disela diamku, air mata sering nakal lewat mengalir begitu saja hingga tadi pagi, setelah selesai sahur, sholat subuh berjamaah dan membaca Al-Quran setengah juz, aku pun tidur karena mengantuk. Sebelum tidur, aku masih sempat meneteskan air mata rindu. Dan tiba-tiba, dalam tidurku  aku bermimpi berjumpa dengan ibuku. Mungkin ini efek dari begitu luar biasanya aku merindukan ibu. Disela mimpi-mimpiku yang sedikit tak jelas, tiba-tiba aku bermimpi berada di ruang tengah kos dan ibuku datang.

“Mama?”

Seperti baru melihat sesuatu yang sudah lama sekali diidamkan, seperti mendapatkan surprise tak terduga, Sontak, aku langsung berlari memeluknya dengan erat. Dan tiba-tiba di dalam mimpi tersebut aku menangis sesenggukan sambil memeluknya. Emosiku keluar melalui tetesan air mata yang sama derasnya ketika emosiku bermain saat tarawih tadi malam. Beliau pun memelukku erat lalu membelaiku.

“Mama…!” kataku sambil menangis. Kuarasakan bahwa emosiku saat itu benar-benar bermain, mengeluarkan air mata yang tak terekendali.

“Sudah.. sudah..!” Beliau membelaiku hangat, menenangkan. Ini seperti dulu ketika aku tak sengaja jatuh kemudian menangis terisak. Mama datang menghampiriku, menggendongku, membelaiku dan menyapu perlahan bagian yang bengkak, sambil meneguhkanku mengatakan aku kuat dan menenangkan.

“Mama.. maafkan aku!” aku tak tahu, tiba-tiba di mimpi tersebut aku berkata seperti itu. Meminta maaf atas segala kesalahanku yang lalu. Memang akhir-akhir ini aku juga sering menangis karena mengingat kesalahanku. Penyesalan-penyesalan atas sikapku terhadap ibu, atau penyesalan belum sempat memberikannnya yang terbaik ketika beliau masih hidup.

Ketika aku mengatakan itu, tiba-tiba ibu mengguncangku seperti nada protes atas permintaan maafku. Seakan-akan beliau tak mau aku terus menangis meminta maaf padanya karena beliau sudah memaafkannya dari dulu. Hal ini malah tambah membuatku menangis setelah sadar dari mimpi.

“Sudah!” katanya lagi menenangkan. “Ibu baik-baik saja. Tidak usah khawatir. Sudah nak, jangan menangis!”

“Mama….” Kataku lagi sambil memeluknya lebih erat. “Aku sayang mama!” kataku lagi dan ini membuatku lebih deras mengeluarkan air mata.

Aku masih menangis dalam pelukanya dan beliau terus menenangkanku sambil menceritakan apa yang di alaminya di dalam kubur. Inilah yang membuatku merasa mimpiku begitu unik. Dalam mimpi aku menyadarai ibu yang sudah tiada. Beliau mengatakan keadaannnya dalam kubur dan menanggapi pertanyaanku  yang tiba-tiba menanyakan tentang ayah. Karena dalam mimpi tersebut, aku pun menyadari bahwa kubur ibu dan kubur ayah berdampingan. Aku bertanya “Mana ayah? Kenapa tidak kesini?”

Tapi sayang aku lupa semua percakapanku dengan ibu. Yang jelas, mimpi tersebut membuatku lebih lega. Dan aku benar-benar bahagia bisa memimpikannya. Paling tidak, aku kembali merasakan hangatan pelukannya seorang ibu walau di dalam mimpi.

Hingga sampai saat ini aku masih tak bisa mengingat apa saja yang dikatakan ibu padaku.  Yang kuingat hanya di atas. Juga satu kata “Sebenarnya ibu sudah habis dimakan sawah!”  yang dikatakan ibu dengan semangat bercerita. Seperti gaya ibu bercerita tentang apa saja yang dialaminya seaktu ibu masih hidup. Kata-kata yang unik. Tapi dalam mimpi tersebut aku mengangguk dan mengiyakan jasadnya sudah melebur pada tanah karena kubur ibu memang di dekat sawah. Itulah pikiranku dalam mimpi tersebut.

Aku merasa bahagia bisa memimpikannya pagi ini. Walau hanya sebuah mimpi dan mungkin hanya efek dari kerinduanku yang luar biasa padanya. Paling tidak, skenario mimpi tersebut berhasil membuatku merasakan kehadiran seorang ibu. Juga atas jawaban-jawaban ibu tentang keadaannya di  alam sana walaupun aku lupa dan benar-benar lupa apa yang sudah dikatakan ibu padaku hingga ku bisa setenang ini.

Setelah mimpi tersebut usai, mataku membuka perlahan dan tak kusangka aku kembali menangis hingga tulisan ini kubuat. Tapi setelahnya tiba-tiba aku merasakan ketenangan yang sangat. Benar-benar berkah di bulan ramadhan.

“Ya Allah, ampunilah segala dosa ibuku….”

Sebuah kutipan pusis dari Kahlil Gibran

Ibu merupakan kata tersejuk yang dilantunkan oleh bibir – bibir manusia.
Dan “Ibuku” merupakan sebutan terindah.
Kata yang semerbak cinta dan impian, manis dan syahdu yang memancar dari kedalaman jiwa.
Ibu adalah segalanya. Ibu adalah penegas kita dikala lara, impian kata dalam rengsa, rujukan kita di kala nista.
Ibu adalah mata air cinta, kemuliaan, kebahagiaan dan toleransi. Siapa pun yang kehilangan ibinya, ia akan kehilangan sehelai jiwa suci yang senantiasa
merestui dan memberkatinya.

Alam semesta selalu berbincang dalam bahasa ibu. Matahari sebagai ibu bumi yang menyusuinya melalui panasnya.
Matahari tak akan pernah meninggalkan bumi sampai malam merebahkannya dalam lentera ombak, syahdu tembang beburungan dan sesungaian.

Bumi adalah ibu pepohonan dan bebungaan. Bumi menumbuhkan, menjaga dan membesarkannya. Pepohonan
dan bebungaan adalah ibu yang tulus memelihara bebuahan dan bebijian.
Ibu adalah jiwa keabadian bagi semua wujud.
Penuh cinta dan kedamaian.


MARI MULIAKAN IBU

Dari sahabat abu hurairah radiyalhu ‘anhu beliau berkata : Datang seorang pria laki-laki kepada rasulullah kemudian dia bertanya : Wahai rasulullah, siapakah yang paling berhak untuk kuperlakukan dengan baik?” Beliau bersabda, “Ibumu”, Orang tersebut bertanya lagi,”kemudian siapa?”. Beliau bersabda,”Ibumu”. Orang tersebut bertanya lagi,”kemudian siapa?”. Beliau bersabda,”Ibumu”. Orang tersebut bertanya lagi,”kemudian siapa?”. Beliau bersabda,”Bapakmu” (HR. Bukhari dan Muslim)


Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.  (QS. Luqman 14)

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun (QS, Al-Ahqaf 15)

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.  (QS, Al-Luqman 14)



[Kaca] Catatan Pak Dian

Senin, 18 Juli 2011

“Mbak!” seseorang menyentak. Aku dan temanku yang sedang menaiki motor pun segera menoleh ke belakang.

“Lain kali jangan rem mendadak dong!” katanya lagi dengan nada yang cukup tinggi. Kurasakan dengan jelas kemarahan yang muncul dalam dirinya. Wanita berjaket hitam tersebut menyorotkan mata tajam kearah kami. Slayer putih menutupi mulut dan hidungnya.

Lama kami tertegun dan kemudian aku pun tersadar bahwa baru saja aku menyuruh temanku menyetop motor karena tempat yang kami tuju terlewat.

“Mau saya tabrak ya Mbak?”

Jujur saja, ketika melihat wanita itu, yang tebersit di pikiranku bukan rasa bersalah atau mungkin rasa sakit hati akibat ucapannya yang begitu menusuk hati. Yang ku ingat pertama kali adalah sebuah bacaan yang pernah kubaca, yaitu  catatan FB yang ditulis oleh Pak Muhammad Dian. Wah, apa yang kualami, hampir mirip dengan cerita pak Dian.

Aku dan temanku akhirnya menundukkan kepala sambil memohon maaf. Tapi yang kami dapat bukan penerimaan maaf melainkan mementalkan apa yang baru saja kami ucapkan.

“Maaf-maaf!” katanya kemudian sinis. “Kalau nggak bisa bawa motor itu nggak usah pake motor!” katanya lagi. “Mau saya tabrak? Lain kali jangan rem mendadak!” wanita itu terus menerus meluapkan kekesalan cukup lama.

Pikiranku kembali melayang. Pikiranku menjamah pada catatan pak Dian yang berjudul “Pernahkah memakan telur dengan cangkangnya?” hingga akhirnya memoriku kupaksa mengingat apa pesan yang ada di dalamnya.

Dalam kehidupan terlalu sering kita terpaku pada PERISTIWA dan PROSES dibanding ISI yang terkandung di dalamnya.

Yupz, benar sekali. Bagian ini bagian penting. Tapi ada pesan terakhir lagi yang bisa kita terapkan langsung. Maka kupaksa lagi memori untuk mengingatnya.

selalu nikmati ISI dari kehidupan ini, abaikan segala hal yang membungkusnya. Hidup akan lebih efektif dan bahagia.

Maka, akhirnya aku pun mementalkan segala kata-kata menyakitkan dari wanita tersebut. mengambil langsung isi darinya. Baiklah, lain kali kami akan lebih hati-hati. Akan kami usahakan untuk tidak rem mendadak karena itu akan membahyakan nyawa kami. Walau yang ini sebenarnya bukanlah kehendak kami untuk menyetop motor secara mendadak.

Aku pun akhirnya menepuk pundak temanku yang memboncengku setelah wanita itu berlalu membawa kekesalannya, “Abaikan kekasarannya, kita perhatikan isinya!”

“Ya mbak? Kenapa?” katanya kemudian sebenarnya masih belum mengerti.

Aku diam, masih tertegun dengan barusan yang kualami juga merasa heran karena tak sedikit pun ada rasa sakit hati dalam hatiku. Kalau dipikir-pikir bungkusannya padahal teramat kasar. Malah temanku adayang bilang bahwa semua ini mirip parade sinetron.

Aku hanya terus teringat pada catatan Pak Dian. Sebelumnya aku sudah pernah menasehati seseorang dengan catatan tersebut saat dia dihina oleh seorang temannya. Betapa cepatnya kemudian akulah yang mengalaminya. Ini seperti sebuah ujian atas nasehatku pada temanku. Apakah aku juga bisa menerapkan seperti pesan yang terkandung pada catatan Pak Dian yang kubaca. Tidak lucu kalau hanya bisa menasehati tanpa bisa melakukannya juga.

Referensi link:

[Kaca] MENANGIS

Minggu, 17 Juli 2011

Hari ini adalah hari yang memalukan, hari yang mungkin tak seharusnya terjadi. Ah, hari ini membuatku ingin segera bernyanyi lagu opick, langsung pada bait di bawah  ini:

Andai bisa ku mengulang
waktu hilang dan terbuang
Andai bisa perbaiki
Segala yang terjadi
Tapi waktu tak berhenti
Tapi detik tak kembali
Harap ampunkan hambaMU ini

Sungguh, aku pun tak mengerti mengapa saat itu aku tak dapat menahan diri. Walau gemericik tawa mengelilingi, tapi semua mental tak memperindah hati. Ah, murung itu begitu cepat menyelimuti, mempergelap suasana diri.

Kenapa kejadian itu harus terjadi? Kejadian yang benar-benar sangat kusesali. Kejadian yang sebenarnya ku tak habis pikir hingga tangan ini pun lincah bermain pada keyboard. Menelusuri google dan mencari penyebab dari segala kejadian, yaitu “Mengapa Kita Bisa Menangis?”

Hari ini memang begitu memilukan. Aku tak dapat menahan tangisan. Kejadian bermula dari telepon kakakku yang pertama. Sebenarnya jika aku menangis, bukanlah hal yang tak biasa. Akhir-akhir ini jika beliau yang menelepon, aku selalu mengeluarkan air mata. Inilah yang selalu kuherankan. Ada emosi yang memuncak setiap berbincang dengannya. Sialnya, hal itu kali ini terjadi DI DEPAN UMUM!!!! Ah, sungguh hati ini mengerucut malu. Aku yakin banyak yang menyadarinya. Terbukti dari banyaknya orang-orang sekelilingku yang kemudian bertanya-tanya, memperhatikan wajah merahku prihatin.

Sesalnya lagi, aku masih tak dapat menahan air mata berlangsung dengan sangat lama. Ketika sudah mereda, otakku kemudian kembali memutar memori lama hingga emosiku kembali bermain dan air mata pun jatuh seketika. Ya Tuhan… kenapa aku jadi begitu?

Ah, sekarang akhirnya aku pun menjadi bertanya-tanya. Apa sih yang menyebabkan kita menangis? Mengapa permainan emosi begitu mudah menjatuhkan air mata? Sudah bersusah payah menahan, tetap saja mengalir sempurna itu air mata.

SO, MENGAPA KITA BISA MENANGIS???
Setelah berinisiatif menyalakan laptop dan menelusuri dunia google, kutemukanlah beberapa artikel mengenainya. Salah satunya yaitu yang sebagai berikut:

Di atas sudut luar mata kita, tepat di bawah alis, ada kelenjar lakrimal atau lebih dikenal dengan kelenjar air mata. Ukurannya hanya sebesar buah kenari, tetapi organ yang kecil ini dapat menyemburkan aliran air mata.

Sebenarnya ada 3 tipe air mata. Tapi yang akan kita bahas kali ini adalah air mata tangisan (air mata psikis), yaitu air mata yang disebabkan karena stres emosional yang kuat, depresi atau nyeri fisik. Bukan hanya emosi yang bersifat negatif, seseorang juga menangis saat dalam keadaan sangat bahagia. Yaitu air mata yang juga kukeluarkan dengan sangat memalukan di depan orang-orang banyak hari ini.

Cara timbulnya air mata psikis berbeda dengan air mata jenis lain. Terdapat sistem yang disebut sistem limbik yang terlibat dalam produksinya. Khususnya organ yang disebut hipotalamus. Cabang parasimpatis dari sistem otonom mengatur kelenjar lakrimasi (air mata) melalui neurotransmiter asetilkolin melalui reseptor nikotinik dan muskarinik. Ketika kedua reseptor ini teraktivasi maka kelenjar air mata akan menghasilkan air mata. (Haduh, ngomong apa sih? Pusing ya? Wekeke,, mari kita lanjutkan saja!)

Sistem saraf kita akan beralih ke modus stres ketika tubuh kita merasakan ancaman. Pada saat itu proses menangis adalah ditangguhkan. Hanya ketika seseorang mulai untuk bersantai bahwa kegiatan menangis terjadi. Fisiologis, sistem saraf parasimpatik bertanggung jawab untuk relaksasi. Menangis atau mengeluarkan airmata, adalah sebuah aktivitas parasimpatik juga. Jadi orang yang stres jangan menangis. Tetapi mereka tidak bahagia.

Ketika seseorang menangis atas kehilangan, itu berarti sistem saraf semakin 'nyaman' atau mencapai suatu tahap 'menerima' kehilangan. Hal ini menyebabkan keseimbangan antara simpatik (stres yang menghasilkan) dan parasimpatis (relaksasi menghasilkan) bagian dari sistem saraf. Tangisan kesedihan yang melibatkan hampir SELALU berakhir.

Menangis bekerja untuk tujuan emosional, kata Sideroff, yang juga seorang assistant clinical professor of psychiatry di UCLA David Geffen School of Medicine. "Menangis adalah sebuah pelepasan. Menangis adalah sebuah penambah energi dengan perasaan-perasaan."

Menangis juga merupakah sebuah mekanisme pertahanan, catat Jodi DeLuca, PhD, seorang neuropsikologi di Tampa General Hospital di Florida. "Ketika anda menangis," katanya. "Ini adalah sebuah pertanda anda butuh menyampaikan sesuatu." Di antara hal-hal yang lain, menangis dapat berarti anda sedang frustasi, kewalahan, atau bahkan sedang berusaha untuk menarik perhatian seseorang, yang DeLuca dan para peneliti lainnya menyebutnya sebagai tangisan "secondary gain".

Di atas itu semua, menangis memiliki tujuan biokimia. Menangis dipercaya dapat melepaskan hormon-hormon stres atau racun-racun dari dalam tubuh, kata Lauren Bylsma, seorang murid Phd di University of South Florida di Tampa, yang memfokuskan menangis pada penelitiannya.

Baiklah, saya tak usah bertele-tele, kalau ingin lebih jelasnya lagi, bukalah link berikut di bawah ini:

Tapi ternyata menangis juga ada manfaatnya, menurut di artikel yang saya baca di link di atas, ketika kita menghadapi sesuatu masalah yang cukup menyesakkan, biasanya air mata muncul menjadi tangis, ternyata itu malah sehat  dibandingkan dengan menghadapi sesuatu dengan berusaha menahan perasaan.

Menurut Dr. William Frey dari Minnesota, menangis membuat seseorang merasa lebih baik karena air mata yang keluar berfungsi menghapus ketegangan syaraf pada tubuh, yang salah satu penyebab dari stress karena beban masalah yang ditanggung. Katanya lagi air mata itu ada 2 macam, air mata iritasi dan air mata emosional (air mata yang keluar karena dorongan emosional).

Orang merasa jauh lebih baik menangis saat emosional karena air mata yang keluar mengandung lebih banyak protein termasuk hormon penyebab stress. Dengan menangis air mata yang keluar akan menstimulasi produksi hormon endorphin yang memunculkan rasa lega dan merasa lebih baik di dalam perasaan.

JANGAN MENANGISSS!!!!!
Wah, saya sebenarnya adalah salah satu orang yang sangat tak mendukung kata-kata “Jangan Menangis!!” Bagi diri saya pribadi, memang menangis memberikan banyak manfaat. Rasa sesak yang teramat menyesakkan dapat hilang seketika dengan menangis selega-leganya. Walaupun mungkin menangis membuat orang di sekeliling kita kadang merasa tak nyaman dan bingung mau berbuat apa. Mungkin salah juga jika menangisnya di depan umum seperti yang terjadi pada diri saya hari ini.

Sering sekali saya mempertanyakan mengenai masalah menangis ini. Karena sering pula seseorang menyarankan untuk tak usah menangis. Apakah kita tak boleh menangis? Terutama yang sering saya dengar kita tak boleh menangis ketika ada yang meninggal dunia, karena tangisan itu akan berpengaruh pada si Mayyit. Saya sudah menghadapi dua orang yang sangat saya sayangi, meninggalkan kehidupan dunia yang masih saya jalani. Yang pertama adalah meninggalnya ayah, dan yang kedua meninggalnya ibu.

Lantas, apakah saya benar-benar tak boleh menangis? Sungguh rasanya tak sanggup sekali saya menahannya. Jika saya terus tahan, sesak di dada semakin menekan. Padahal tangisan yang saya keluarkan hanyalah tangisan penyesalan akan kesalahan-kesalahan yang sebelumnya saya lakukan kepada mereka hingga akhirnya saya pun sering memohon ampun kepada Tuhan. Dan setelahnya, biasanya adalah tangisan rindu yang tak tertahankan atau keterharuan akan segala cinta dan kasih sayangnya yang sudah saya rasakan.

Tapi kemudian saya pun menemukan jawaban J,,

Tangisan yang murni lahir dari kasih sayang diperbolehkan secara Syar`i. Rasulullah pernah menangis tatkala putra beliau, Ibrahim, meninggal. Dan ketika ditanyakan kepada beliau, beliau bersabda:

“Hati bersedih dan air mata berlinang, sedangkan Rabb tidak membenci hal ini”(Al-Albani mengatakan “Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Shahihnya, hadist no. 743; dan al-hakim dalam mustadraknya, J. l.h. 382. Keduanya dari Abu Hurairah dan sanad hasan).

“Mata berlinang air mata dan hati diliputi kesedihan, tetapi kita tidak diperkenankan mengatakan (apapun) kecuali yang membuat Rabb ridha” (Hr. Bukhari, Muslim dan Abu Dawud).

Sudah jelaskan? Hehehe.  Jadi intinya “Ayo Menangis!” lho? Kok malah ngajak nangis. Maksudnya, menangislah selagi kau butuh menangis karena sebenarnya menangis tidaklah dibenci oleh Allah. Yang tak diperbolehkan adalah meratap dan menyebut-nyebut jasa dan menangis lalu putus asa. Bedakan  meratap dengan menangis sedih. Yang penting jangan pernah kita menyebut atau berkata dengan sesuatu yang Allah tak ridha denganya.

Jujur saja, di saat kakak pertama saya menelpon, beliau mengelurakan kata-kata yang membuat saya sangat merindukan masa-masa silam bersama ayah dan ibu. Di tambah sms kakak kedua saya secara tiba-tiba. Smsnya seperti ini berbahasa Banjar:

Kena mun bulik fotocopykan nilai dr semester 1 s.d 4, dan fotocopy smua mata kuliah yg harus d selesaikan
(Nanti kalo pulang, fotocopykan nilai dr semester 1 sampai 4, dan fotocopy semua mata kuliah yang harus diselesaikan).

Jemari ini pun membalas
Yupz2… gasan ap?
(Yupz, buat apa?)
Lalu, kakak pun kembali membalas,

Dulu abah minta tarus tiap semester harus ada tanda tangan ketua jurusan, mun rendah disariki sidin. Jadi skg siti hafizah, s.pd yang memantau.
(Dulu ayah selalu minta tiap semester dan harus ada tanda tangan ketua jurusan, kalau rendah dimarahi beliau. Jadi sekarang siti hafizah, s.pd yang akan memantau).

Membaca kata “abah” membuat emosi rinduku kembali bermain. Sudah lama tak mendengar kata “abah” apalagi menyebut nama “abah” karena memang sudah tak ada lagi yang bisa kupanggil dengan kata “abah”. Otakku pun kembali bermain ke saat dimana dulu ayah selalu menanyakan akademikku di sekolah. wajah abah pun tergambar baik di otak lalu mengingat segala aktivitas beliau. Hati pun teramat sangat rindu denganya dan akhirnya  air mata kembali menetes setelah sebelumnya dibuat menetes oleh kakak pertama saat menelpon.


Air mata pun kembali menetes karena keharuan terhadap kakak keduaku yang mengirimkan sms tersebut. Ah, sungguh aku amat terharu. Karena bagiku hal itu adalah sebuah bentuk perhatian lebih yang sebelumnya tak pernah kudapat. Dan akhirnya.. bess,, bess,,, kembali air mata merembes. Sungguh, hati ini teramat lama menahan batin, merindukan segala bentuk perhatian kecil yang sudah tak bisa kudapatkan dari kedua orang tua. Alhasil, disentuh sedikit saja dengan perhatian macam ini aku langsung menangis.

Tapi setelahnya, aku kembali mengingat percakapanku dengan kakak nomor satu hingga air mata sungguh tak dapat ditahan. Begitu banyak alasan, begitu banyak pemikiran dan begitu banyak emosi yang terasakan saat berbincang dengannya hingga air mata meleleh tanpa henti. Perbincangan itu terlampau lumayan lama.

Dan itulah sebenarnya sekelumit alasan mengapa aku menangis di hari ini. semoga tak ada tulisan yang Allah tak ridha dengannya. Ini hanya ingin menghilangkan prasangka. Karena saya yakin, banyak sekali hari ini yang menyaksikan wajah saya merah karena menangis. Yaitu mereka yang mungkin memperhatikan saya saat acara BEM di hari ini tadi.

Menangis memang boleh, tapi menampakan keceriaan sebenarnya akan memberikan pahala tersendiri bagi Muslim. Ah, inilah yang sebenarnya saya sesalkan di hari ini. kenapa tiba-tiba gejolak emosi itu datang di saat yang tidak tepat, yaitu di depan orang banyak.

Teringat hadis berikut:

Maka, Rasulullah Saw. Bersabda: “Janganlah kamu meremehkan sedikit pun dari amal kebaikan, meski hanya sekedar bertemu saudaramu dengan wajah yamg berseri-seri”. (Hr Muslim).

Hadis yang mungkin seringkali terlupa dan diri pun main remah menampakkan segala kesedihan yang ada. Atau pun linangan air mata yang terlanjur mengalir seiring kerinduan yang datang tiba-tiba.

Tapi, jika bukan karena kejadian hari ini pun, saya tak akan memeperoleh 1 tulisan di hari ini. padahal sudah menargetkan untuk 1 hari 1 catatan. Maka, patutlah memang mensyukuri apa yang ada.                

[Kaca] DISIPLIN

Rabu, 13 Juli 2011

1 hari 1 tulisan. Inilah ide yang saya tawarkan lalu disetujui beberapa hari yang lalu setelah dikompor-kompori dulu oleh pak tukang kompor menulis, Pak Heri Cahyo, TKM. Tidak lucu kalau saya yang menawarkan dan kemudian saya yang melanggarnya. Jadi intinya, 1 hari harus ada 1 tulisan yang saya buat. Hitung-hitung untuk latihan menulis. Kali aja tambah lancar menulis di keyboard dan kemudian berhasil mengetik tanpa melihat keyboard. Tak tik tuk, tak tik tuk tanpa liat keyboard,, dan tereng,, jadilah NOVEL. (maunya).

Sebenarnya saya tak punya ide menulis hari ini. Tapi tiba-tiba di ingatkan oleh kata-kata “TULIS APA YANG ADA DIPIKIRAN, BUKAN MEMIKIRKAN APA YANG DITULISKAN.”

Tapi apa ya? Apa ya yang sedang saya pikirkan? Wah jangan-jangan saya lagi nggak mikir nih. Oke, oke. Kita flashback dulu ke masa silam alias kejadian tadi pagi. Sebentar, saya ingat-ingat dulu tadi pagi saya ngapain ya?

Oh iya, tadi pagi saya ada agenda menghadiri upgradingnnya salah satu kepanitiaan yang saya ikuti. Apa yang terjadi di pagi tadi membuat saya kembali memutar memori ke tulisan saya beberapa waktu yang lalu yang berjudul [kaca] SI TEPAT WAKTU. Karena di tulisan itu saya berikrar untuk tidak terlambat, maka sayapun mengusahakan untuk tepat waktu. Sayangnya waktu hendak berangkat saya belum sarapan dan ada teman menawarkan untuk membelikan sarapan. Tentu dengan senang hati saya terima dan waktu sudah menunjukkan puku 07.10.

Makanan pun sudah datang. Saya mulai sarapan dengan estimasi waktu sekitar 10 menit. Namun sayang estimasi saya kurang tepat ditambah dengan embel-embel yang lainnya. Alhasil saya pergi ketika jam handphone saya menunjukkan pukul 07.35. Ah, hari ini saya terlambat. Sayapun berpikir agar lain kali lebih mengestimasikan waktu dengan lebih cermat. Jangan menunda-nunda, itu intinya. Tapi ini masih belum sangat terlambat dan masuk dalam angka tolerir keterlambatan. Maka sayapun melangkahkan kaki dengan mantap.

Saya masih melangkahkan kaki saya. Sampai saat kaki saya entah sudah beberapa sekian langkah, saya teringat sesuatu. Ya tuhan, saya lupa membawa almamater. Ah, alamat kembali ke kosan. Estimasi waktu pun semakin tak tepat. Hati ini kemudian bergemuruh merasa menyesal. Padahal sebenarnya saya bisa lebih tepat waktu lagi. Tapi almamater harus dibawa. Akhirnya saya pun kembali ke kos untuk mengambil almamter. Dan tebak, jam berapakah saya sampai? Jam tujuh lebih lima puluhan menitan.

            Sudah berikrar untuk tidak berpikir “Ah, paling acaranya molor.” Tapi sejujurnya hari ini saya sedikit kecewa. Undangan diberikan pukul 08.30 dan saya sudah merasa  cemas dan sesal kaarena hadir tidak pada waktunya. Namun, apa yang terjadi? Pikiran “Ah, paling acaranya molor” mulai goyah. Hampir rapuh dan rapuh. Hampir puhan dan punah. Acara yang di agendakan jam 07.30, ternyata dimulai jam 08.45. Apa apan ini? telat sekitar 85 menit. Saya tidak terima!

Eits, eits, tiba-tiba ada pikiran lain nongol secara tiba-tiba. Bukankah kau bilang ingin menghilangkan pikiran “Ah, paling acaranya molor?”. Berarti kamu mencoba untuk menghilangkan pikiran tersebut. Namun tetap sadarlah bahwa hilangnya pikiran itu bukan berarti kenyataannya seperti itu. Kau hanya mencoba menjadi manusia yang baik bukan?  Menjadi manusia yang disiplin, manusia yang lapang dan manusia yang setia. Itu tujuanmu. Jika kau kemudian marah karena acaranya tak mengikuti pikiranmu, berarti tujuanmu untuk menjadi manusia disiplin, lapang nan setia tidaklah terwujud. Lagi pula hari ini kau masih masuk kategori terlambat. Ingatlah itu!

Sayapun kembali tersentak dengan pikiran sendiri. , untuk pertemuan hari ini tadi, saya gagal menerapkan ikrar saya pada catatan saya sebelumnya, [Kaca] SI TEPAT WAKTU. Tapi tulisan ini adalah salah satu cara saya untuk terus mengingatkan diri, terus berusaha agar menjadi orang yang disiplin, lapang dan setia tak peduli bagaimana orang lain berlaku.

Sebenarnya saya hanya mencoba untuk disiplin. Disiplin menulis sesuai tawaran saya kepada teman-teman saya di FLP, I hari 1 tulisan, maka saya tulislah tulisan ini. Selanjutnya adalah disiplin untuk berusaha datang tepat waktu, menghilangkan pikiran “ah, acaranya paling molor” sesuai dengan catatan saya sebelumnya. Jadi intinya, DISIPLINLAH=D.

Oke, saya rasa cukup sekian karena waktu hampir pukul dua belas malam. Gara-gara minum the racik, saya jadi tidak mengantuk. Ternyata kafein teh nggak kalah sama kopi.

[Fiksilisasi Lirik] Tiada Duka yang Abadi

Selasa, 12 Juli 2011


Tuhan, kali ini tulisanku penuh luka.  Ampuni aku yang menulis resah, ampuni aku yang menulis gundah. Izinkan butiran bening ini mengalir tanpa dosa. Bukan, bukan maksudku menggugat takdir. Sungguh, diri ini hanya ingin mengeluarkan rasa perih yang menggorogoti hati, meredakan rasa sakit yang menyakiti, melapangkan rasa sesak yang menghinggapi dan menguapkan perasaan sedih yang menjangkiti.

Tiada duka yang abadi di dunia
Tiada sepi merantaimu selamanya
Malam akan berakhir, hari akan berganti
Takdir hidup akan dijalani

Tuhan, kuatkan aku dalam menghadapi takdir luka sampai waktu suka menghampiri diri.

Tangis dan tawa nyanyian yang mengiringi
Hati yang rindu tanda  cinta dijalanNya
Namun ku percaya hati meyakini
Semua akan indah pada akhirnya

Kaulah yang maha tahu akan segala isi hati.

Andai bisa ku mengulang
Waktu hilang dan terbuang

Tuhan, ada yang berdenyut sakit ketika sekelebat bayangan melintas, memaksaku memutar kembali kaset lama. Menghantarkanku pada padang lawas, sebuah penyesalan tiada tara, akan sekelumit peristiwa.

Andai bisa perbaiki segala yang terjadi
Tapi waktu tak berhenti
Tapi detik tak kembali
Harap ampunkan hamba-Mu ini

Hati ini benar-benar kelabu. Apapun sekelumit peristiwa masa lalu, hanya bisa mengharap segala ampunanMu. Sungguh, diri ini tak mungkin bisa kembali ke masa lalu. Bahkan yang hilang hanya bisa dirindu. Dan segala yang terlanjur, hanya sesal menyelimut.

Waktu berputar rebulan dan matahari
Bunga yang mekar akan layu akan mati
Malam akan berakhir, hari akan berganti
Takdir hidup akan dijalani

Tuhan, izinkanlah aku memetik rindu, sedikit membulirkan kristal bening mata yang jatuh dari terjangan hati. Bukan, bukan untuk menggugat, tapi sebagai bukti proses diri menjalani takdir.

Tangis dan tawa nyanyian yang mengiringi
Hati yang rindu tanda cinta dijalan-Mu

Karena setelah kelabu akan terbit terang,  setelah suram akan terbit cerah dan setelah tangisan, akan terbit senyuman. Karena setelah duka akan datang rasa suka.
Namun ku percaya hati meyakini
Semua akan indah pada akhirnya


Mengenai Saya

Foto saya
Apalah arti sebuah nama, tapi ternyata nama sangatlah berarti. siapa nama anda dan bisa jadi kehidupan anda adalah seperti nama anda,,,

Entri Populer

Followers

Daftar Blog Saya